Penulis: Rusdin Tompo (warga Makassar kelahiran Ambon)
Durian merupakan salah satu buah favorit di Indonesia, termasuk di Kota Ambon. Bahkan, buah durian jadi oleh-oleh andalan para pemudik yang datang ke ibu kota Provinsi Maluku itu. Seng bisa disangkal, itu karena rasanya yang manis deng sadap. Juga harganya yang cukup murah. Untuk ukuran kacil, dong bali Rp5.000 sabuah, sedangkan yang jumbo seharga Rp25.000-Rp30.000. Itu berita yang beta baca di salah satu portal, tahun 2024 ini.
Di Ambon memang ada varietas durian unggulan Indonesia, yang punya rasa nikmat. Varietas durian itu akang pung nama Durian Soya. Daging durian Soya warnanya kuning cenderung pucat. Tekstur dagingnya halus dan tidak berserat. Aromanya, jang tanya lai, sangat menyengat. Durian Soya masuk 5 durian unggulan Indonesia, menurut detik.com.
Di Ambon, ada Festival Durian Negeri Hutumuri, yang terletak di Kecamatan Leitimur Selatan. Akang pung jarak kira-kira 40 km dari arah kota atau seng sampe satu jam kalau ka sana dengan menggunakan kendaraan. Di Festival Durian ini, tersedia 70 jenis buah durian khas Hutumuri. Dong bisa kenali durian Hutumuri yang bentuknya kacil tapi akang pung rasa legit (manis dan kenyal).
Akang pung nama durian Soya, mungkin karena tumbuhnya di Negeri Soya. Kalau mau ka Negeri Soya, naiknya dari samping Polda Maluku, di Pandan Kasturi, ke arah gunung. Durian Soya su terkenal sejak lama. Dolo-dolo itu, ada yang jual durian dengan cara dikeku (dijunjung), yang ditaro di atas nampan terbuat dari papan kayu berbentuk bulat sebagai penahan, ibu-ibu yang bakeku itu pake kain yang digulung ditaro di atas kapala. Biar stabil deng biking kapala seng saki. Bisa dibayangkan, betapa beratnya.
Dolo-dolo itu, tahun 80an, kalo musim durian di Ambon, akang pung harga termurah bisa sampe Rp50 per buah. Jang ale kira beta salah tulis. Harganya memang Rp.50 sabuah. Itu uang gobang dolo-dolo konco. Pecahan Rp50, keluaran tahun 1971, yang akang pung gambar burung Cenderawasih.
Dolo-dolo itu di Ambon ada banyak pilihan jajanan buah-buahan. Selain durian, ada juga langsat, yang terkenal dari Negeri Liliboy di Kecamatan Leihitu Barat, Kabupaten Maluku Tengah. Sejenis langsat, ada pula duku yang kulitnya agak tabal dengan daging yang lebih bening dan manis. Masih ada mumusan, yang juga mirip langsat, tapi kalau dimakan seng parlu kupas kulitnya. Langsung dimumus (diisap) saja.
Dong pung cara jual buah-buahan ini ada banyak macam. Ada buah-buahan yang dijual per biji (buah), ada yang per ikat, per potong, atau ada juga yang dikumpul satu tampa. Bicara jajanan buah ini biking air mulu malele sa hahaha.
Buah kutikata, salah satu yang dijual per ikat. Di Indonesia, buah ini tumbuh di Sumatra, Jawa, Maluku, Sulawesi dan Kalimantan. Di Sulawesi Selatan, kutikata pung nama buah bune. Buah kutikata itu kacil, dagingnya berair, warna merah kekuningan hingga violet kebiruan. Kalau habis makan kutikata, akang kasi tinggal noda. Bisa-bisa katong pung bibir, gigi, deng lidah berwarna biru, mirip noda tinta.
Rambutan juga dijual per ikat atau dikumpul satu tampa. Sedangkan yang dijual per buah itu kucapi (kecapi) dan kadondong. Penjualnya kadang menyediakan cabe garam yang sudah diulek.
Manggustang atau manggis, juga dijual per buah. Orang kadang bali bukan hanya untuk dimakan tapi dong pake untuk barmaeng tebak-tebakan. Bahkan taruhan (judi) menebak jumlah kelopak yang terdapat di bagian bawah buah manggis. Jumlah ‘kelopak’ ini akan menunjukkan jumlah ruah buah di dalamnya. Kelopak manggis rerata berjumlah 6, tapi ada juga yang 5 atau 4. Itulah kenapa muncul istilah “tebak-tebak buah manggis”.
Buah lainnya, yakni gandaria yang merupakan buah tropis Maluku. Tanaman gandaria (bouea macrophylla griff) ini dikenal sebagai exotic fruit (Rehatta, 2005). Pohon gandaria ini tumbuh di Air Putri, yang arah jalan ke Talake deng Waringin. Kulit gandaria warnanya kuning dan tipis. Makanya, orang potong akang pake piso yang terbuat dari bulu (bambu).
Jajanan lain yang dijual perpotong, antara lain papaya, buah pala, deng nanas. Ini buah pala asli, bukan yang su jadi manisan pala. Supaya imbangi buah pala yang kecut, katong makang pake gula merah cair atau kecap. Nanas dijual dengan direndam terlebih dahulu dengan air garam biar seng biking gatal, lalu ditaburi sadiki gula pasir.
Kalau ale mau makan buah yang lengkap, ya su pasti rujaklah. Rujak Ambon itu sadiki beda karena pake bumbu kacang, dengan dominasi rasa manis dari gula merah. Rujaknya berisi beragam buah. Ada papaya, ubi jalar, pala, jambu air, kedondong, mangga. Pokoknya kaya rasa: manis, kecut, pedas. Samua ada. Rujak yang terkenal skarang itu rujak di Pantai Natsepa, salah satu ikon destinasi wisata di Kota Ambon manise
Namanya juga pedagang, dong bajual seng jauh-jauh dari aktivitas pembeli. Bajualnya di meja-meja yang ada di Pasar Wainitu, siang sampe sore hari. Pas anak-anak lagi barmaeng, atau saat orang tatua lagi kumpul-kumpul bacarita.
Pedagang ini, yang kebanyakan juga katong pung tetangga, paling jaga kebersihan. Sampah sisa kulit buah seng dibuang sembarangan. Dong juga punya alat pengusir lalat yang dibuat sandiri. Biasanya dong pake pengusir lalat dari batang bambu. Ujungnya diikat daun pisang yang sudah dirumbai-rumbai. Jadi dong satu kali kabas sa, lalat pi par setang hehehe.(*)
Makassar, 9 Januari 2024
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi