Kenangan pada Kota Ambon dalam Lukisan Poster dari Masa ke Masa

Penulis: Rusdin Tompo (warga Makassar kelahiran Ambon)
Beta itu lebe duluan melukis. Beta melukis sejak klas 3 Sekolah Dasar. Nanti klas 4 atau 5 baru mulai menulis puisi. Tapi sejak tahun 1990an, beta seng lagi melukis. Belakangan orang lebe kanal beta sebagai penulis. Meski bagitu, ada beberapa momen bagus yang beta inga saat-saat masih suka melukis.
Salah satu di antaranya adalah lomba melukis tingkat umum di tahun 1986. Semua karya peserta lomba kemudian dipajang di gedung dekat Bioskop Bima, di kawasan Benteng, Ambon. Panitia pajang lukisan peserta lomba deng karya-karya lain, yang sengaja dipamerkan beberapa hari.
Beta inga momen itu, karena beta Juara I. Saat itu, beta masih klas 2 di SMA Negeri 2 Ambon. Bikin bangga, karena bisa kasi kala salah satu pelukis yang cukup terkenal pada masa itu. Antua itu karyawan di kantor Telkom.
Beta saat itu lukis suasana terminal yang menyatu deng pasar. Gaya lukisannya, ekspresionisme. Pake cat air di atas kartas gambar A3. Tarikan kuasnya lugas, dengan warna yang saling tindis dan saling tabrak.
Di atas kartas gambar itu, beta lukis suasana terminal yang semrawut. Kalabor, seng tertib. Ada warung-warung dengan tenda yang seng beraturan, kendaraan angkutan kota yang lagi rame antre, dengan sampah terlihat di sana-sini.
Masih di tahun 1986, beta kembali Juara I. Kali ini, boleh dibilang, akang pung gengsi lebe tinggi. Beta juara Lomba Lukis Poster Pembangunan dalam rangka peringatan Hari Ulang Tahun Kota Ambon ke-411 Tahun 1986. Lomba diadakan selama dua hari, tanggal 4-5 September 1986 di Lapangan Merdeka.
Syarat dan tata cara lombanya menarik. Lomba ini bisa diikuti perseorangan atau tim, terdiri dari 2 orang. Beta iko sandiri sa, seng pake tamang. Panitia menyediakan media untuk dilukis, seukuran tripleks 2 lembar. Jadi, ukuran posternya lumayan basar. Tripleks kosongnya sudah disatukan oleh panitia.
Sehari sebelum lomba, samua peserta diundang oleh panitia untuk menentukan tema apa yang akan dilukis. Caranya, melalui lot. Mirip seperti orang maeng arisan. Ini supaya lombanya fair. Supaya seng ada yang merasa dia dikasi tema berat, yang laeng ringan.
Jadi, masing-masing peserta diminta ambel kartas putih tagulung. Di dalam kartas itu su ada tema yang akan dilukis oleh peserta. Potongan-potongan tema ini, kalo disatukan, akang jadi potret sejarah, keragaman budaya, dan kekayaan alam Kota Ambon, dari era kolonial sampe zaman modern, saat itu. Kira-kira, Ambon dari masa ke masa. Beta saat itu dapa tema tentang kekayaan alam dan budaya Maluku.
Bagitu lomba mulai, beta ambel tampa melukis di tribun upacara, sabla kiri, yang lebe dekat ke Benteng Nieuw Victoria. Beta inga, hari pertama itu lebe banyak dihabiskan untuk cat dasar. Mengecat tripleks deng warna putih sa. Delapan kaleng cat yang lain balong takore. Hari kedua baru beta kasi selesai lukisan.
Dalam lukisan itu, beta berupaya tuangkan gambar sesuai tuntutan tema. Beta gambar hasil bumi Maluku, berupa cengkih, pala, pohon kalapa, deng pohon sagu. Beta gambarkan budaya Maluku, dalam bentuk tari lenso, tifa totobuang deng bambu gila. Beta juga perlihatkan aspek sosial keagamaan, dalam hal ini gambar baileo, serta gereja dan masjid. Inspirasi gambar itu beta banya inga dari pengalaman saat masih blajar gambar di Museum Siwa Lima.
Sebelum lukisan dipajang atau dipampangkan ke publik, panitia su umumkan pemenangnya. Beta Juara I, yang label pemenangnya lalu dipasang di lukisan yang bisa diketahui masyarakat. Lukisan-lukisan itu dipajang cukup lama, mungkin selama satu bulan.
Lukisan-lukisan samua peserta, lalu dideretkan jadi satu rangkaikan carita di pinggir Lapangan Merdeka, menghadap ke sepanjang jalan Pertokoan Pelita. Era itu, kawasan ini termasuk yang tersibuk di Ambon. Karena di dalam kawasan pertokoan itu ada stamplas oto, terminal angkutan dalam kota.
Jadi, masyarakat bukan saja bisa menilai kualitas lukisannya tapi juga dapat edukasi tentang sejarah, alam, budaya dan potensi kotanya dalam sudut pandang para pelukis.
Sebagai Juara I, beta dapa piagam yang ditandatangani Wali Kotamadya KDH Tkt I Ambon, JD Wattimena. Antua juga selaku Ketua Umum Panitia Peringatan HUT Kota Ambon ke-411 Tahun 1986. Decky Wattimena ini, merupakan Wali Kota Ambon ke-12. Antua merupakan Kolononel (Purn) Angkatan Darat.
Selain piagam dengan stempel burung Garuda itu, beta juga dapa hadiah berupa satu unit pesawat televisi merek Polytron dengan nomor seri: ABE 14236.
Pesawat TV, jenis tabung itu, seukuran televisi umum yang biasa ditempatkan di ruang publik, pada beberapa lokasi di masa Orde Baru. Nomor serinya, sebagai bukti bahwa TV yang beta pung bebas iuran dari TVRI.
Rupanya, ada pesan dalam surat yang ditandatangani Kepala Kantor Deppen (Departemen Penerangan, kini Kominfo) PKotamadya Ambon S. Laimera. Dalam surat yang menyertai hadiah TV itu, disebutkan, semoga TV tersebut dipergunakan sebagai sarana guna memonitor berita-berita pembangunan nasional. Jadi, cocok dengan tema besar lomba.(*)
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi