Penulis: Rusdin Tompo (warga Makassar kelahiran Ambon)
Kalo bicara pesta, beta jadi inga joged kadayo deng pesta dangsa. Ini dua agenda remaja atau muda-mudi dekade 70 deng 80an. Memang seng selalu ada acara dansa atau joged kadayo setiap kali pesta digelar. Tapi kedua aktivitas itu bisa jadi fenomena sosial yang menarik beta carita.
Beta pung pengalaman mulai lia pesta itu, saat katong pung kakak Cece (Rostina) menikah dengan Daeng Amir, di tahun 70an. Waktu itu, katong biking sabua (tenda pesta) di Daeng Talli pung kintal (halaman) yang luas. Uniknya, dekorasi pestanya itu sederhana saja. Selain janur dari daong pohong kalapa, hiasannya berupa bendera-bendera ukuran sedang dari berbagai negara, yang digantong di bawah tenda. Bendera-bendera itu mirip yang ada di KRI Dewaruci. Itu tu, kapal pelatihan bagi taruna atau kadet Akademi Angkatan Laut (AAL), TNI Angkatan Laut.
Kalau pesta-pesta kawinan bagini, nanti su agak malam, setelah acara pegang tangang (salaman), baru dong lanjut biking acara spesial voor muda-mudi. Akan ada pengumuman, bahwa setelah ini acara muda-mudi. Jadi, dorang yang merasa anak muda bisa tinggal, dudu par iko acara.
Menariknya, acara ini juga terbuka bagi anana laeng, meski dong seng pung undangan. Yang penting dong pake busana sopan, kameja deng spatu, bisa bagabong di acara. Itu memang ketentuan yang dibikin tuan rumah. Acara bagini bahkan ada yang memang sangaja dibiking untuk itu: pesta muda-mudi!
Kalo su maso acara muda-mudi, dong ator kursinya dua deret. Satu deret untuk cowok, satu deret lainnya untuk cewek, saling berhadapan. Posisi dudu bagitu, tentu ada maksud. Biar laki-laki mudah melihat parangpuang mana yang mau dia ajak joged nanti. Seng harus minta parangpuang yang dudu tepat di muka. Bisa saja, parangpuang yang diajak itu duduknya agak di kanan atau di kirinya. Jadi, ale bisa ajak sapa saja sebagai pasangan, tergantung nyali hehehe.
Sekali lagi, yang penting mintanya sopan. Caranya, bagitu donci subunyi (masuk intro lagu), laki-laki akang badiri dari tampa dudu, mendekat ka arah cewek, lalu mengulurkan tangan, sambil sadiki membungkuk, dengan kode (gestur) tangan meminta kesediaan dia. Parangpuang yang diajak akang kasi respons, deng cara langsung badiri dari tampa dudu. Setelah itu… goyang sudah.
Dalam acara muda-mudi bagini, para tetamu dijamu layaknya para undangan pesta. Mungkin karena itu, acaranya selalu rame. Kampong tenga terjamin to. Balong lai, dapa kesempatan joged kadayo deng lawan jenis hehehe. Untung banya e. Sapa seng mau. Tapi inga, kalo joged jang batanjong hehehe.
Barangkali itu pula, orang tahang ada di pesta sampe pagi. Dorang matawana (begadang) biar hati sanang. Nah jadi soal, karena muncul stigma. Kalo lia anak muda bajalang kaki pulang dini hari, orang tarkira itu “anjing aer”. Yakni, julukan bagi ana-ana muda yang pi pesta, meski tidak diundang. Cuma karena mau iko joged (deng makang) gratis sa. Sio… dong baterek su talalu e. Lala hati (iri) paskali hehehe.
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi
