Deng Bakat Berharap Berkat
Penulis: Rusdin Tompo (warga Makassar kelahiran Ambon)
Berbuat sesuatu yang punya nilai positif, bisa dengan potensi dan bakat yang katong miliki. Memang banyak cara untuk berbuat baik. Seperti ungkapan, banyak jalan menuju Roma. Begitu juga, banyak jalan untuk menebar kebaikan, termasuk deng bakat yang katong punya. Karena beta dikasi sadiki potensi bisa melukis dan membuat hal-hal kreatif, tentu itu yang beta gunakan.
Beta pung reputasi sebagai orang yang bisa menggambar, orang su kanal sejak beta masih Sekolah Dasar. Beta parna carita tentang ini. Hal itu berlanjut ketika masuk SMP Negeri 3 Ambon. Mungkin juga karena beta suka coret-coret buku, bikin gambar, atau bikin tulisan-tulisan di buku. Sehingga, tamang-tamang tau kalo beta pintar menggambar. Itu dong yang bilang hehehe. Sadiki kewel (sombong) ee.
Kalau ada tugas-tugas menggambar, atau tugas yang terkait dengan gambar, beberapa teman akan datang ka ruma untuk dibuatkan gambarnya. Ini terutama kalau gambar peta. Maklum jua, gambar pulau-pulau itu banyak lekuk-lekuknya, butuh ketelitian dan, su pasti, butuh keberanian menarik garis alias menggambar. Biasanya, supaya seng parsis sama, beta minta tamang bikin kombinasi warna yang agak beda.
Waktu dudu klas 2 SMP, beta pernah biking gambar tentang Revolusi Prancis, Revolusi Industri, dan beberapa gambar yang menceritakan sejarah dunia, di karton manila. Gambarnya pake spidol sa. Setelah jadi, gambarnya dibingkai dengan gaba-gaba (pelepah daun sagu), lalu dipajang di ruang kelas sebagai media pembelajaran.
Gambar-gambar itu bagian dari materi pelajaran sejarah. Katong pung guru sejarah saat itu Ibu Lopulalan. Antua ini juga pung laki (suami), guru di SMP Negeri 3 Ambon. Namanya Pak Lopulalan. Orang Maluku yang sudah berkeluarga, biasanya iko fam (marga) suaminya. Pak Lopulalan itu ajar mata pelajaran Biologi.
Rumah Bapak dan Ibu Lopulalan ini seng talalu jauh dari katong pung rumah. Antua tinggal di belakang Waringin atau jalan yang menuju Talake. Antua ini beta pung Mama pung langganan. Biasanya antua blanja keperluan sayur deng bumbu-bumbu di beta pung Mama di Pasar Wainitu.
Entah karena rumah dekat atau karena beta cukup menonjol di pelajaran sejarah, maka antua biasa minta tolong bantu periksa hasil ujian tamang-tamang. Kadang juga anak-anak kelas laeng. Ini rahasia puluhan tahun hahaha. Kalau periksa pilihan ganda itu gampang. Karena su ada kotak-kotak yang dikasi lubang sebagai panduan dan kunci jawaban. Bisa jadi, antua minta tolong lantaran hasil ujian yang harus diperiksa lumayan menumpuk.
Dengan keahlian menggambar itu juga bikin beta bisa iko beberapa kegiatan. Salah satunya, saat ada perkemahan Pramuka di Paso. Mungkin waktu itu se-Maluku Tengah. Beta ini sebenarnya bukan anak Pramuka, cuma karena ada lomba menggambar maka beta diajak. Tampa lombanya itu bagus, deka kali dengan air yang mengalir jernih. Hasilnya cukup membanggakan, beta juara I.
Di tampa tinggal di Air Putri, dong juga tau kalo beta bisa gambar deng pintar meletter. Barangkali karena secara otodidak, beta suka bikin huruf-huruf yang unik dan indah, sejak masih Sekolah Dasar. Sering, teman-teman pung buku penuh dengan tulisan-tulisan yang beta buat. Ini mungkin semacam hand lettering atau drawing letter, yakni seni menulis indah dengan pena.
Keahlian ini terbawa sampe beta mahasiswa di Fakultas Hukum Unhas, tahun 1987. Kalau ada kepanitian di kampus, baik yang dilakukan oleh Senat Mahasiswa atau fakultas, beta biasa diminta tolong tulis piagam atau sertifikatnya. Seng heran, kalo beta selalu masuk kepanitiaan. Apapun jabatannya, kerjanya seng jauh-jauh dari spanduk, baliho, deng sertifikat hehehe.
Beta bale carita do ee. Karena keahlian menggambar deng menulis indah itu, beta baku bantu kelurahan bikin pesan-pesan supaya warga sadar menjaga kebersihan. Semacam kampanye publik untuk membangun kesadaran warga. Ajakan bantu kelurahan bikin poster kebersihan ini setelah Kantor Lurah pindah dekat rumah, di sebelah Pasar Wainitu.
Posternya belakangan malah bernuansa keagamaan. Itu karena menyambut Natal dan Tahun Baru. Pak Lurah minta tolong menggambar sesuai dengan suasana saat itu. Antua bali triplek lalu dipotong dua. Posternya itu sebesar itu. Beta kemudian gambar “Hati Kudus”, “Mahkota Duri”, dan “Domba yang Sesat”. Itu yang beta ingat. Gambar-ganbar itu dicontoh dari almanak yang dipinjamkan.
Beta juga pernah bikin mural dengan gambar sejenis di tembok pembatas tikungan ke arah Wainitu. Kalo yang ini, pesanan warga di situ. Kalo seng salah ingat, beta gambar “Mahkota Duri”. Gambar di pinggir jalan dengan orang nonton, lengkap deng komentar-komentar, punya sensasi dan pengalaman tersendiri. Syukur jua, rata-rata dong puji gambarnya.
Tahun-tahun 1985-1986 itu, memang ada tren orang bikin taman-taman secara swadaya. Era itu, orang kreatif memanfaatkan kintal (tanah) kosong jadi taman-taman sederhana tapi asri dan indah. Anak-anak muda deng warga patungan bikin taman di tanah yang agak babukit atau lahan yang tidak terpakai di pinggir jalan atau di sudut-sudut dong pung kampong.
Namanya juga taman, selain dipenuhi bunga-bunga, dong juga bikin tampa duduk untuk nongkrong dan pasang lampu hias. Lampu-lampunya itu dong bikin dari peralatan dapur yang terbuat dari plastik. Misalnya, dong taro lampu dalam ember plastik merah kacil, yang digabung dua. Jadi kalo malam, akang pung warna indah. Beberapa taman dihiasi dengan nuansa religius. Di taman-taman itu, anak-anak muda dudu bacarita sambil dengar musik yang diputar dari tape compo. Pemda kayaknya, menangkap fenomena ini dengan mengadakan lomba antar-taman.
Dari yang tadinya menggambar deng hanya bikin huruf-huruf indah, lalu diminta juga bikin kreasi yang lain. Dasarnya mungkin berpikir dan bertindak kreatif. Sehingga, ketika orang mau bikin sesuatu yang berbau kreatif, orang ingat katong. Kira-kira bagitu.
Itulah mengapa, ketika suatu hari ada lomba sepeda hias yang diadakan Golkar, beta diajak bantu hias sepedanya. Saat itu, beta hias tiga sepeda, masing-masing sepedanya Husna, deng sepeda anak-anaknya Om Amir Andalas. Ambon waktu itu lagi gencar-gencarnya menggalakkan kebersihan, jadi temanya seputar itu. Alhamdulillah, dari tiga speda yang dihias, salah satunya juara, yakni juara 2. Mungkin karena servisnya waktu itu mantap. Karja sampe malam seng terasa karena ditemani Milo panas.(*)
Gowa, 17 Februari 2022
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi