Ambon Dolo-dolo

Jalan AY Patty, Chinesestraat di Kota Ambon

AMBON DOLO-DOLO

Penulis: Rusdin Tompo (warga Makassar kelahiran Ambon)


Kalau orang Ambon seng tau Jalan AY Patty, su talalu lai. Ini kawasan pertokoan, area perdagangan, dengan aktivitas ekonomi yang hidup. Ada banya kantor deng lembaga yang terhubung deng jalang ini. Dolo-dolo, ini merupakan Chinesestraat.

Ambon itu tadinya kota benteng yang dibangun di masa kolonial. Salah satu jejak arkeologisnya, bisa dilihat dalam struktur jalan kota. Jalan-jalan utama di kota yang oleh misionaris Portugis disebut Cidade de Amboyno ini, sudah selesai dibangun pada Abad ke-17. Inga to, setelah Portugis kalah dari Belanda, orang-orang Holland ini yang kuasai katong.

Sistem pembangunan jalan dalam tata kota ini diabadikan dalam lukisan buatan tahun 1718. Ale bisa baca dalam bukunya F Valentijn jilid II. Dalam lukisan itu, digambarkan jalan utama yang membentang di tenga kota, yang awalnya akang pung nama Heerenstraat lalu diganti jadi Groote Olievanstraat. Skarang jalan ini katong kanal deng nama Jalan Pattimura.

Jalan utama kedua, adalah Koningstraat yang melintasi rumah Raja Kilang dan tasambung deng Prinsenstraat. Katong lebe kanal jalan ini deng nama Jalan Sultan Hairun deng Jalan Yaan Pais.

Waktu itu juga dibangun jalan-jalan dengan ruas yang lebe pendek, membentang dari utara ka selatan deng dari timur ka barat. Jalan penting di kawasan ini, yakni Chinesestraat. Di daerah ini nanti jadi kawasan Pecinan.

Terhubung deng Chinesestraat, pemerintah konolial juga bangun ruas jalan yang menghubungkan Urimessengstraat (Weg van Nusaniwe) deng Koningstraat. Lalu Burgerstraat deng Groenegeuzenstraat. Ketiga jalan ini sakarang, masing-masing dikenal deng nama Jalan Anthony Rebok, Jalan Philip Latumahina, deng Jalan Said Perintah. Ale bisa baca lengkap ditulisannya Marlon NR Ririmase, “Tata Kota Ambon Abad XVI-XVIII” (2006).

Orang-orang China bisa sampe ka Ambon itu akang pung sejarah panjang lai. Kehadiran orang-orang China di Maluku, lebe dolo dibanding kedatangan imperialis pertama di daerah ini. Bangsa China mengenal daerah ini sejak Abad ke-7, yang dong bilang akang deng nama ma-li-ki (u). Dong tertarik ka Maluku karna perdagangan rempah-rempah, terutama cengkeh (Amal, 2010). Ada yang menyebut, gelombang pertama orang China yang masuk Maluku sejak Dinasti Tang, tahun 618-906.

Meski bagitu, hubungan dagang deng Maluku baru terjalin pada tahun 1350, di mana jung-jung China setiap tahun datang tukar barang dagangan deng hasil bumi warga (Andaya, 1993). Perdagangan cengkeh mendatangkan banyak uang bagi pedagang China, di masa itu, yang membuat dong merahasiakan daerah ini (Abdurachman, 1973). Berabad-abad kemudian baru orang-orang Portugis datang mau memonopoli perdagangan cengkeh. Mula-mula di Maluku Utara, lalu beralih ke Pulau Seram deng Pulau Ambon (silakan baca tulisan Cheviano Alputila, dari Balai Arkeologi Ambon, 2014).

Salah satu tokoh Tionghoa terkenal adalah Njio Tjoen Ean, perintis sastra dari Ambon. Saking terkenalnya, namanya parna jadi nama jalan, yang belakangan diubah jadi Lorong Arab.

Njio Tjoen Ean lahir di Ambon, 15 Juli 1860 dan wafat dalam usia 60 tahun, tepatnya pada tanggal 15 Agustus 1925. Antua dimakamkan di Benteng Atas. Semasa hidupnya, antua menerjemahkan buku-buku klasik Tionghoa ke dalam bahasa Melayu.

Antua ini disebut-sebut sebagai pendiri sekolah Tionghoa, Pai Tek Hak Tong di Ambon, tahun 1903. Skola ini bertahan cukup lama sampe tahun 1965. Gedung dan lahan bakas skola itu di Jalan AY Patty, nanti digunakan sebagai Gedung Perpustakaan Wilayah Provinsi Maluku.

Orang-orang China di Ambon dan di Maluku pada umumnya, sudah berasimilasi dengan penduduk lokal. Tak heran kalo ada yang berkulit sawo matang, bahkan coklat galap, kayak katong-katong ini hehehe.


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

1 2Next page

Berita Serupa

Back to top button