Ambon Dolo-dolo

Pemilu 1987, Beta Kehilangan Hak Pilih

Penulis: Rusdin Tompo (warga Makassar kelahiran Ambon)


Beta mulai rasakan atmosfer pesta demokrasi pada saat penyelenggaraan Pemilihan Umum (pemilu) tahun 1982. “Pesta demokrasi” ini, merupakan istilah yang dipopulerkan Presiden Soeharto. Pak Harto menggunakan istilah itu saat berpidato di Pembukaan Rapat Gubernur/Bupati/Walikotamadya se-Indonesia di Jakarta, Senin, 23 Februari 1981 (tirto.id).

Suasana Pemilu 1982 itu beta rasakan, waktu ada konvoi deng arak-arakan kampnye Partai Persatuan Pembangunan (PPP), yang lewat di jalan depan katong pung tampa mangaji, Pengajian Rahmat, di Waihaong. Karena heboh paskali, dengar orang bataria, jadi katong samua kaluar untuk lia.

Arak-arakan pendukung PPP banyak paskali e. Dong pake macam-macam kendaraan, mulai dari becak-becak yang su dihias, sepeda motor, deng kendaraan roda ampa lainnya. Samau orang pake baju hijau, warna PPP. Ada juga naik oto trek bak tabuka. Bendera-bendera hijau bergambar Ka’bah juga dong bawa.

Di atas truk, bagian tenga, ada semacam miniatur Ka’bah, yang dibuat mirip lambang partai. Sepanjang jalan, dong pung juru kampanye seng brenti ajak orang pilih partainya: “Islam agamaku, Ka’bah pilihanku”. Ini memang tagline PPP, saat itu, sebagai strategi menarik calon pemilih dari umat Islam.

Pemilu 1982 itu untuk memilih anggota DPR RI, DPRD Tingkat I Provinsi, deng DPRD Tingkat II Kabupaten/Kotamadya se-Indonesia. Pemilu ini diikuti tiga kontestan, terdiri dari 2 partai dan 1 golongan fungsional. Yakni, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Golongan Karya (Golkar), dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI).

Pemilu 1982 merupakan Pemilu ketiga di era Orde Baru. Sebelumnya, Pemilu 1971, lalu Pemilu 1977. Penyelenggara Pemilu saat itu adalah Lembaga Pemilihan Umum (LPU). Di zaman Orde Lama, era Bung Karno, juga parna bikin Pemilu, tahun 1955.

Saat itu, untuk Golkar deng PDI, beta seng pung ingatan tentang model kampanye yang dong lakukan. Maklum, tahun 1982 itu, beta masih duduk di kelas 6 SD Negeri 7 Ambon. Jadi, balong talalu tau yang namanya politik.

Beta cuma inga lambang Golkar itu Pohon Beringin ada padi deng kapas dalam ruang persegi lima. Sedangkan PDI, gambar kapala Banteng, juga ada padi deng kapas dalam ruang persegi lima.

Selama masa kampanye, katong bisa lia bendera partai, spanduk yang membentang di jalan-jalan kota, atau poster deng baliho yang dong gambar di papan-papan triplek. Selebaran deng brosur bergambar lambang partai, bukan cuma dibagikan, tapi juga ditempel di dinding-dinding gedung deng ruko, serta di pohong-pohong deng tiang-tiang listrik.

Selebarannya dicetak di atas kertas ukuran A5, sewarna dengan warna partai. Jadi selebaran PPP pake kertas warna ijo, Golkar pake warna kuning, dan PDI pake warna merah. Cetakannya hitam putih sa. Sebelum hari pencoblosan, tanggal 4 Mei 1982, samua alat peraga kampanye su barsih dari pandangan mata.

Pada Pemilu 1987, beta su dudu di kelas 3 SMA Negeri 2 Ambon. Beta su umur 18 tahun. Berarti su pung hak pilih, deng su sadiki mangarti. Itu mungkin karena katong suka nonton berita TVRI deng baca koran atau majalah.


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

1 2Next page

Berita Serupa

Back to top button