MusikPendapat

Lanjut dari Metz, Enghien – Les – Bains Ingin Bekerjasama dengan AMO

PENDAPAT

Oleh: Ronny Loppies (Direktur Ambon Music Office dan Focal Point Ambon UNESCO City of Music)

Menyimak presentasi Ambon Music Office (AMO) yang disampaikan oleh Pierre Ajawaila (Manajer AMO) dan Rence Alfons (Deputi Event AMO) tentang instrumen suling bambu, sebagai bagian dari alat musik yang diajarkan pada kurikulum muatan lokal wajib musik di Kota Metz-Prancis, Hélène Morales Icaza, focal point Enghien-les-Bains Kota Kreatif UNESCO di bidang Media Arts, Prancis inginkan terkoneksi langsung dengan Ambon City of Music.

Hal ini disampaikan Helena lewat emailnya kepada saya selaku Direktur AMO, yang juga focal point dari Ambon City of Music. Ia mengatakan sangat ingin mempelajari program kurikulum muatan lokal wajib musik tradisional yang diterapkan AMO di Ambon City of Music.

Hal ini semakin memperkuat keyakinannya ketika pertunjukan kolaborasi mendadak antara suling bambu yang dimainkan Rence Alfons, dan steelpan yang dimainkan oleh Akua dari Trinidad Tobago dalam lagu: Somewhere Over The Rainbow langsung di depan matanya di The International Conference on Arts Education di Kota Metz.

“Ini yang pertama di dunia, saya sangat menyukainya. Untuk itu atas nama direktur saya, Dominique Roland yang juga adalah koordinator sub-jaringan Media Arts Cluster UNESCO, saya ingin membicarakan berbagai hal tentang kolaborasi antar dua skema UCCN yaitu antara Musik dan Media Arts” katanya.

Helena juga menyampaikan bahwa direkturnya Dominique Roland dalam rangka misi ke wilayah Kansai di Jepang baru-baru ini, telah bertemu Konsul Jenderal Prancis untuk Kyoto, Jules Irrmann, yang akan segera menjabat sebagai Penasihat Kebudayaan di Kedutaan Besar Prancis untuk Indonesia, di Jakarta.

Berharap bahwa lewat Bidang Kebudayaan Kedutaan Besar Prancis di Jakarta, kolaborasi ini akan semakin kuat, terutama dalam kerangka Jaringan Kota Kreatif UNESCO dan kolaborasi masa depan antara kota Ambon dan kota Kreatif Prancis.

IMG 20230625 WA0017

Kolaborasi antar jejaring sudah dilakukan AMO sebelumnya antara lain dengan kota Jinju, Korea Selatan, dimulai di 2022 dan kota Paducah, Kentucky (Amerika Serikat) di tahun 2023 sebagai kota craft and folk arts.

Sebagai implementasi Program inovasi AMO “Sound of Green (SoG)”, kerjasama dan kolaborasi antar kota-kota kreatif UNESCO baik di dalam kluster musik maupun yang lainnya, akan sangat memperkaya ekosistim musik dunia dan Ambon sendiri, terutama dalam pembangunan kota Ambon secara menyeluruh.

Berbagai hal telah dipelajari dan ditindaklanjuti, dalam memperkenalkan komunitas musik Kota Ambon ke belahan dunia lainnya.

Peraturan Walikota Nomor 39 tahun 2020 tentang Kurikulum Muatan Lokal Wajib Musik yang diresmikan oleh Dirjen Pendidikan Tinggi pada tanggal 31 Oktober 2020, telah menunjukkan komitmen Pemerintah Kota Ambon menjawab berbagai permasalahan urban.

Selanjutnya arah pengembangan pembangunan ke depan, dengan menjadikan budaya musik sebagai strategi penyelesaian berbagai masalah urban menjadi solusi kreatif, melalui Sustainable Development Goals 2030 (SDGs, 2030) pada goals ke-11 (sustainable cities and communities) dan goals ke-4 (quality education) itu tidak dapat dipungkiri.

Ambon City of Music dengan Inovasi Pelayanan Publik yang sementara menuju penilaian KemenpanRB dan Kemendagri di 2023 ini, harus memberikan kepastian kepada Ambon City of Music untuk mengandalkan musik bukan hanya sebatas cerita masa lalu, melainkan merupakan tindakan kreatif yang dapat memberi dampak pada kota yang terkenal dan masyarakatnya.

Terus bergerak dan berkarya demi kota tercinta Ambon City of Music.(*)


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Berita Serupa

Back to top button