Seram Bagian Barat

Ciptakan Iklim Demokrasi Sehat, Mitra Tular Nalar Bersama Mafindo Maluku Kembali Gelar Sekolah Kebangsaan 3.0

“Hajatan demokrasi adalah hajatan rakyat, karena itu berpikir kritis merupakan sine quo non atau syarat mutlak bagi warga negara di aras demokrasi, terutama demokrasi di era digital dewasa ini,” jelasnya.

Dia mengatakan, salah satu isu paling krusial dari demokrasi di era digital adalah kemampuan mengelola informasi, baik yang benar ataupun palsu. Terkait berita palsu, ada studi menarik tentang informasi palsu yang menunjukan trend dipolitiasi untuk membenarkan penggunaan taktik represi digital.

“Represi digital bisa mengancam siapa saja dan dalam profesi apapun. Hal inilah yang mematikan ruang sipil (civic space),” jelasnya lagi.

Di akhir komentarnya, Abdul Manaf juga megajak siswa-siswi untuk menggunakan handphone secara bijak. Artinya harus punya kesadaran kritis dengan mengakses informasi-informasi yang mendidik. Yang tidak penting tidak usah diakses.

Sementara itu Muslan Kalidupa, Anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) SBB mengatakan, peran Generasi Z dan Milenial dalam pesta demokrasi atau pemilihan umum sangat penting. Karena berdasarkan data Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI, jumlah pemilih terbesar ada di GenerasiZ dan Milenial, di mana angkanya sekitar 64 persen lebih.

Karena itu, Bawaslu membutuhkan partisipasi aktif dari masyarakat, terutama untuk GenerasiZ dan Milenial yang saat ini sedang mengikuit Sekolah Kebangsaan Tular Nalar.

“Ya, harapan kita di Bawaslu SBB, dengan adanya pemahaman literasi digital semacam ini, para generasi (siswa-siswi) bisa membantu mengawasi jalannya pemilu, terutama dalam mengantisipasi berita-berita bohong yang beredar di berbagai platform sosial media,” harapnya.

Nurul Ismi Jumat, Siswa SMA 11 Seram Bagian Barat mengaku, kegiatan Sekolah Kebangsaan Tular Nalar 3.0, tentu sangat bermanfaat bagi siswa-siswi di sekolahnya. Menurut dia, materi yang diberikan para pendamping atau fasilitator sangat menambah wawasan kebangsaan, karena sebelumnya mereka tak punya pengetahuan terkait hal tersebut.

Dia berharap, ke depannya Tular Nalar bisa kembali lagi di sekolah mereka agar dapat memberi pengetahuan seputar literasi digital. Nurul juga mengaku, dalam setiap materi yang diajarkan, para fasilitator selalu menekankan agar siswa harus mempunyai kesadaran berpikir kritis.

“Iya, kesadaran berpikir kritis adalah kalimat yang selalu diulang-ulang oleh kakak-kakak pendamping. Kami sangat terkesan dan senang dengan kegiatan Sekolah Kebangsaan ini,” ujarnya singkat.

Sekolah Kebangsaan Tular Nalar 3.0 ini dipartisipasi oleh 110 peserta, yang terdiri dari siswa-siswi aktif dan para alumni yang saat ini tengah mengenyang pendidikan pada sejumlah Perguruan Tinggi di Ambon.

Dihadiri pula oleh Wakil Kepala Sekolah, Tamzit Hehanussa, Kepala Pemerintah Negeri (Kapeneg) Hualoy, Arief Tubaka, Imam Masjid Zainal Abidin, Ustd Bakri Tubaka, Ketua Panwaslu Amalatu, Agusalim Patty, dan para staf dewan guru SMA 11 Seram Bagian Barat.(*/TIA)

IKUTI BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DIĀ GOOGLE NEWS


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Previous page 1 2

Berita Serupa

Back to top button