Kutikata

Tidor Mar Jang Sono

KUTIKATA

Oleh: Elifas Tomix Maspaitella (Pemerhati Sosial)

Ada banyak ajaran yang “kas’ inga par jaga-jaga” (=mengingatkan untuk berjaga-jaga). Tujuannya “jang sampe talat” (=jangan terlambat) atau “jang sampe tatinggal” (=jangan ketinggalan), “jang orang pi kas’ tinggal” (=jangan orang pergi mendahului), “mar musti ada” (=harus ada), “musti iko” (=harus ikuti), “biar dar’ blakang mar seng tatinggal” (=walau dari belakang tetapi tidak tertinggal).

Tidor mar Jang Sono” (=tidur tetapi jangan terlelap). Istilah “tidor” dan “sono” sebenarnya menerangkan tentang kondisi tertidur. Namun “tidor” adalah kondisi tertidur tetapi tidak sampai terlelap, dan sering juga disebut “tidor-tidor ayam” (=tidur seperti tidur ayam), jadi “bisa kaget” (=mudah/cepat terbangun).

Sedangkan “sono” menerangkan keadaan tidur terlelap, sering disebut juga “tidor mati” atau “tidor sampe tar tau diri” (=pulas/terlelap, sampai “orang kas’ bangong jua tar kaget” (=dibangunkan pun tidak terbangun).

Karena itu “tidor mar jang sono” (=tidur tetapi jangan terlelap) merupakan ungkapan yang berarti tetap sadar, dan “tau slak” (=tahu setiap tanda/isyarat/waktu). Ini kondisi “jaga-jaga” supaya “seng tatinggal/talat“.

Tagal itu jang paleu” (=jangan acuh tak acuh), “jang pandang enteng” (=jangan anggap enteng), “jang pikir gampang” (=jangan anggap semuanya mudah).

Tidor mar jang sono”, “jadi apapa jadi katong tau” (=jadi kita mengetahui apa pun yang terjadi). “Bila perlu mau tidor tuh su taru samua skali” (=bila perlu ketika hendak tidur sudah siapkan segala sesuatu). Ini ungkapan yang juga bertujuan supaya “jaga-jaga” (=berjaga-jaga).

Kamis, 26 Agustus 2021
Pastori Ketua Sinode GPM Jln Kapitang Telukabessy-Ambon


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Berita Serupa

Back to top button