Oleh: Eryanti Rahaleb (Mahasiswa Universitas Pattimura,FKIP Pendidikan Sejarah)
Di era milenial musuh kita bukan lagi penjajah dari kolonial Belanda. Perjuangan kita bukan lagi merebut kemerdekaan Indonesia. Musuh kita saat ini berasal dari internal Bangsa Indonesia yang kini jelmaannya tak terlihat secara nyata.
Seiring berkembangnya teknologi yang begitu pesat, semakin besar pula tantangan bagi pemuda untuk merawat semangat sumpah pemuda. Pemuda zaman dulu sibuk dengan gencatan senjata. Namun pemuda zaman sekarang sibuk dengan sosial medianya.
Pemuda yang dulu berteriak merebut kemerdekaan. Namun pemuda sekarang banyak yang sibuk berteriak mencari kesenangan. Pemuda yang dulu bersenjata bambu runcing melawan penjajah. Namun pemuda sekarang banyak yang sibuk bersenjata gadget meraih eksistensi diri.
Pemuda merupakan kekayaan suatu negara yang sangat berharga dan merupakan pondasi penting bagi tatanan kehidupan. Pemuda memiliki berbagai potensi dan dapat berkembang secara optimal dalam rentang waktu yang dimilikinya.
Tokoh-tokoh besar juga melanjutkan peran besar pemuda dalam bingkai sastra yang indah. Misalnya, dalam ucapan Bung Karno, “berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Jika kamu beri aku 1 pemuda, niscaya akan ku guncang dunia. Generasi milenial yang sangat erat dengan kemajuan teknologi, hakikatnya mempunyai potensi besar menjadi penggerak revolusi Bangsa.
Namun kemudahan teknologi membuat kaum milenial cenderung dimanjakan, sehingga semangat mereka tergerus oleh fasilitas yang ada. Semangat ikrar pemuda yang pernah menyatukan generasi muda dari seluruh tanah air, dapat menjadi model bagi para milenial untuk terus memanfaatkan potensi daerahnya, berkontribusi untuk kemajuan daerahnya masing-masing, dan memberikan dampak yang signifikan di Indonesia.
Interaksi sosial yang nyata berubah menjadi interaksi di dunia maya, dikhawatirkan akan mendorong generasi milenial menjadi apatis dan kehilangan kepekaan pada kondisi sosial masyarakat sekitarnya. Hal ini merupakan salah satu tantangan bagi generasi milenial dari pandangan sosial budaya.
Dari segi politik, generasi milenial mempunyai pengaruh besar dalam menentukan pemimpin bangsa beberapa tahun ke depan. Generasi milenial yang selalu up to date, mudah untuk mendapat akses informasi sehingga dapat membangun wawasan politik yang berkembang.
Di sisi lain, informasi yang disampaikan di media perlu dicari kebenaran referensinya sehingga tidak mudah terpengaruh berita hoaks, yang justru memprovokatori antara pihak satu dengan pihak yang lain. Maka generasi milenial perlu mengimbangi dengan literasi-literasi yang ada untuk dapat membangun perspektif dalam cara berpikirnya mengolah informasi di sosial media.
Dalam menghadapi berbagai tantangan dan permasalahan baru yang dihadapi kaum milenial, mereka harus terus menjaga semangat Sumpah Pemuda sebagai roh perjuangan, yang pernah diikrarkan oleh pemuda-pemudi Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928. Ketika itu mereka mengaku bertumpah darah satu, tanah air Indonesia, berbangsa satu, bangsa Indonesia dan menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Ikrar dan kata-kata para pemuda kala itu serupa mantra. Kata-mantra mewujud realita. Ia kemudian mampu mendorong segenap lapisan bangsa untuk bergerak, bersatu padu mewujudkan cita-cita, Indonesia merdeka. Dalam hal ini, pemuda sangat penting dalam negara dan kehidupan negara.
Pemuda Menjadi Aktor Persatuan Bangsa
Menjaga kemajemukan adat dan budaya, Indonesia merupakan negara yang kaya akan suku, bangsa, dan budaya. Budaya yang heterogen ini melahirkan bahasa-bahasa yang berbeda pula. Untuk itulah diciptakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, namun kita juga dituntut untuk melestarikan bahasa daerah agar tidak punah walaupun bahasa asing semakin menguasai negeri.
Menjunjung tinggi persatuan bangsa, pemuda memiliki tantangan agar tidak ada lagi perpecahan yang terjadi. Menjaga kedamaian dengan sikap saling menghargai dan menjunjung tinggi toleransi antar umat beragama, antar suku dan bangsa, maupun antar budaya.
Memang sangat disayangkan perkembangan teknologi yang semakin pesat dapat menyebabkan identitas semakin memudar. Padahal identitas adalah hal yang harus dimiliki oleh pemuda.
Era globalisasi ini bisa membuat identitas keIndonesiaan semakin hilang. Untuk itu pemuda Indonesia memiliki tantangan agar bangsa Indonesia tidak kehilangan identitasnya. Di era digital ini, pemuda diharapkan menjaga identitas ke-Indonesiaannya dalam menghadapi pergaulan bertaraf global dengan tidak hidup yang hanya mengikuti trend semata.
Suatu bangsa yang besar akan bertahan karena ada pemuda yang menggerakkan perubahan dan melakukan kegiatan positif untuk kemajuan bangsanya. Jangan sampai pemuda malah terjebak dalam kegiatan yang tidak produktif yang justru akan menghancurkan masa depannya.
Untuk itulah dalam menyambut Hari Sumpah Pemuda yang ke-93 ini sejatinya dijadikan bahan renungan bagi para pemuda dengan mengingat perjuangan pemuda Indonesia dahulu dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia ketika melawan penjajahan hingga nyawa yang menjadi taruhannya pun tidak mereka hiraukan.
Kita tidak melakukan perjuangan seperti yang mereka lakukan, kita hanya melanjutkan perjuangan mereka untuk membuat bangsa ini semakin maju, yang dimulai dari diri sendiri di diri pemuda Indonesia untuk Indonesia yang lebih baik lagi.
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi