Komunitas Kaki Bajalang Akhirnya “Selesai”, Tapi Menduniakan Kei Harus Tetap Jalan Terus
That we’ve agreed to start, then we agree to finish it in the very best way.
We might find each of us taking care of our own business in the future, that we finally decided to END Kakibajalang.
SEBUAH film dokumenter karya anak-anak muda Kepulauan Kei di Provinsi Maluku, yang tergabung dalam komunitas Kaki Bajalang, baru saja diluncurkan pada Minggu (25/7/2021). Komunitas ini terbentuk sejak tahun 2016 lalu, oleh tujuh orang anak muda Kei yang punya visi misi sama.
Film dokumenter yang baru mereka luncurkan dan sampai Selasa (27/7/2021), dan sudah ditonton 2,657 kali ini, mengangkat kisah perjalanan komunitas sejak tahun 2016 hingga 2021, yang akhirnya mereka putuskan mengakhiri Kaki Bajalang. Judul film dokumenternya: SELESAI.
Film yang dimaksudkan sebagai penanda selesainya Komunitas Kaki Bajalang ini, sebagian besar isinya terstimoni para anggotanya. Suka duka sebelum dan saat bergabung dalam komunitas terbesar di Kepulauan Kei ini, mereka sampaikan dari hati yang paling dalam. Itu sebabnya, ada yang sampai suaranya bergetar menahan rasa haru, mengenang apa yang sudah didapat dari komunitas, yang sudah bak keluarga sendiri ini.
“Kami sama-sama memiliki tujuan untuk memperkenalkan pesona dan keindahan, yang dimiliki Kei lebih luas lagi dan tentunya ke banyak orang. Intinya menduniakan Kei. Kami bertujuh bertemu setelah Festival Meti Kei pada tahun 2016 lalu, dan kemudian kita pikir bahwa harus membentuk satu komunitas,” kenang Hafiedz Khaulani Uar, kepada potretmaluku.id, Selasa (27/07/2021).
Hafiedz menuturkan, semenjak awal terbentuknya Kaki Bajalang, kegiatan mereka yakni mengexplore pantai-pantai yang ada di Kei, kemudian membuat video dan konten untuk promosi pariwisata.
“Akhirnya kita coba untuk membuat trip secara profesional. Memang sebelumnya saya sudah sering menjadi guide pariwisata namun bersama Kaki Bajalang, kita buat lebih profesional, dan kita perbaiki serta melengkapi beberapa hal yang mungkin masih kurang,” tuturnya.
Seiring berjalannya waktu, dia bercerita bahwa Kaki Bajalang mendapatkan sebuah kesempatan untuk mengadakan kegiatan besar pada tahun 2017 lalu, yakni pengibaran bendera merah putih sepanjang 72 meter di Pantai Pasir Panjang.
“Tamu pertama kita pada trip itu di bulan Desember 2016, ada dua keluarga yang datang berlibur ke Kei. Dan dari situ mulai banyak tamu-tamu yang datang, namun sejak tahun lalu karena pandemi akhirnya memang kita berhentikan karena mengantisipasi adanya penularan COVID-19,” ungkapnya.
Hafiedz sebutkan, bahwa sejak tahun 2016 hingga saat ini banyak suka duka yang mereka lalui, terlebih karena Kaki Bajalang merupakan komunitas mandiri sehingga ketika ingin mengadakan kegiatan, dananya merupakan hasil patungan dari tiap anggota.
“Setiap akan mengadakan kegiatan pasti kita sakit kepala, karena terkadang sumber dana belum jelas. Sehingga ujung-ujungnya pasti patungan, namun terkadang ada uang dari hasil trip dan juga projek prewedding yang kita kerjakan,” ungkapnya.
Salah satu penghargaan yang paling berkesan menurut Hafiedz, ketika Kaki Bajalang menjadi juara pertama pada loma vlog di tahun 2020 yang diadakan oleh Membangun Negeri.
“Proses pembuatan video untuk lomba tersebut sangat berkesan. Selain kita menjadi pemenang pertama. Namun seluruh anggota terlibat dan banyak sekali cerita dan juga drama dalam pembuatannya,” tuturnya.
Sementara itu, Mirza Chalied, salah satu anggota Kaki Bajalang menambahkan, bahwa Kaki Bajalang tidak hanya sebuah komunitas. Namun sudah seperti keluarga, oleh sebab itu meskipun sudah “selesai”, namun dia mengaku mereka masih tetap berteman dan tetap berjalan bersama-sama.
“Sebenarnya tidak bubar juga, karena kita masih tetap berkomunikasi namun mungkin ada beberapa hal yang mulai kita kurangi. Sebab kita fokus pada kepentingan dan prioritas masing-masing,” jelasnya.
Dia bercerita bahwa film dokumenter dipilih sebagai karya sebelum komunitas Kaki Bajalang bubar, bertujuan agar sesama anggota bisa lebih saling terbuka sebab dari film tersebut banyak cerita-cerita yang akhirnya diketahui.
“Sebenarnya kita ingin tahu, secara persoalan dari tiap anggota mengenai komunitas itu sendiri apa? Sebab mungkin selama ini tidak pernah ada keterbukaan mengenai hal itu. Dan yang terpenting kita ingin orang-orang di daerah lain tahu bahwa kita anak-anak muda di Pulau Kei itu mampu dan bisa membuat sesuatu sendiri tanpa harus campur tangan dari orang luar,” ungkapnya.
Hafiedz menambahkan jika mereka ingin menunjukan ke orang-orang di Maluku bahwa anak-anak muda Kei itu mandiri, kita bisa melakukan sesuatu yang sedang trend saat ini tanpa bantuan dari luar.
“Selain itu saya juga ingin membutkikan bahwa tidak semua pemuda dan pemudi di Maluku itu, tujuannya untuk berkomunitas dan berorganisasi hanya untuk kepentingan politik. Saya ingin menunjukkan dan membuktikan bahwa ada anak-anak muda yang benar-benar tulus untuk peduli terhadap daerah,” tegasnya.
Lebih lanjut Mirza juga menjelaskan bahwa rencana pembuatan film dokumenter tersebut sudah mulai dipersiapkan sejak awal bulan Mei 2021 lalu, kemudian pembuatan konsep dan proses pembuatan dilakukan sejak Juni 2021.
“Sebenarnya sudah selesai sejak 19 Juni 2021, namun karena bersamaan dengan pertandingan Piala Euro dan juga ada PPKM maka akhirnya kita pilih di-launching pada 25 Juli lalu, sebab jika pada rencana awal maka mungkin akan tertutup dengan isu-isu lain. Sehingga kita pilih setelah lebaran Idul Adha baru kita posting,” jelasnya.
Dia sampaikan bahwa Kaki Bajalang akan selalu ada sejak tahun 2016 sampai selamanya, sebab bukan lagi sebuah komunitas namun sudah menjadi sebuah keluarga.
“Meskipun sudah selesai, kita tetap berjalan bersama dengan visi misi yang sama, nilai-nilai yang sudah kita tanam dari tahun 2016 tetap ada, sampai kapan pun. Mungkin aktivitasnya saja yang berkurang, mungkin juga akan ada mahakarya lainnya dan mungkin itu hanya akan terbatas, dan tidak bisa kita janjikan juga,” pungkasnya.(PM-03)
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi