Amboina

Adaptasi Petani Cengkih dan Pala di Lilibooi Terhadap Ancaman Perubahan Iklim

Oleh : Sam Usman Hatuina (jurnalis potretmaluku.id)


Dari kejauhan, seorang lelaki tua sedang menata ratusan anakan cengkih dan pala, di lokasi pembibitan yang berada di Negeri Lilibooi, Kecamatan Leihitu Barat, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku.

Beberapa kali dia berhenti sejenak demi menyeka keringat yang membasahi dahinya. Siang itu, Selasa 16 Juli 2024, di bawah terik matahari, namun terasa angin yang begitu sepoi menyapa dan membawa udara yang sejuk.

Tangan lelaki paruh baya itu terlihat sibuk dengan aktivitasnya. Ia merapikan tanah di dalam kantong plastik berisi tanaman cengkih. Tempat pembibitan seluas 6 x 4 meter itu berisi bibit cengkeh dan pala. Tempat pembibitan itu milik Moses Tulaseket.

Meski telah berusia 71 Tahun, lelaki yang akrab disapa Bote itu masih terus melakukan pembibitan cengkeh dan pala. Usaha itu dilakukan sudah sejak lama, kira-kira 3 Tahun. Bukan saja untuk ditanam sendiri, namun juga untuk dijual, dengan harga persatuan Rp.6000.

Dia menerangkan beberapa cara melakukan pembibitan, mulai dari memilih benih, memilih tanah yang baik sebagai media, persemaian, dan memilih lokasi yang strategis untuk mempermudah pengangkutan.

“Pembibitan ini kita bikin sendiri, tidak ada bantuan dari pemerintah. Pembibitan ini untuk ditanam di lokasi perkebunan. Tapi ada kalanya, kalau ada orang dari luar datang beli, kita jual,” ungkap Bote.

Dulu, hasil panen cengkih di Lilibooi sangat bagus, setiap tahun itu cengkih berbuah. Setiap musim panen, cengkih kering yang dihasilkan mencapai empat hingga lima karung. Tapi sekarang, dua sampai tiga tahun baru cengkih bisa kembali berbuah. Itu pun hasil yang didapat sedikit, hanya satu karung cengkih kering.

“Enam tahun lalu, hasil panen bisa dapat 125 kg sampai 150 kg. Tapi sekarang sudah menurun jauh, hanya sekitar 25 kg. Mungkin karena faktor cuaca, jadi hasilnya menurun jauh,” kata Bote.

Lokasi perkebunan cengkih milik Bote tidak terlalu jauh, jaraknya hanya sekitar 600 meter dari rumah tempat dia tinggal. Namun untuk ke lokasi tersebut, harus melewati tanjakan.

cengkih dan pala
Ribuan bibit ccegkih milik warga di Negeri Lilibooy Kecamatan Leihitu Barat. (Foto : potretmaluku.id/Hatuina Sam)

Di lokasi itu, ada puluhan tanaman cengkih dan juga pala. Sayangnya, dampak iklim yang memukul perkebunan di wilayah tersebut mengakibatkan cengkih dan pala sudah tidak lagi produktif. Sebagai upaya untuk agar cengkih dan palana tetap produktif, Bote kemudian melakkan peremajaan tanaman, dengan menanam tanaman baru menggantikan tanaman yang sudah tua dan sudah tidak produktif.

“Bukan cuma cengkih, tanaman pala juga alami hal yang sama. Banyak buah pala muda itu gugur karena musim hujan yang tinggi. Jadi sekarang kita hanya lakukan peremajaan, mengganti yang sudah tua dengan tanaman baru, dan terus melakukan perawatan,” jelasnya.

Agus Kakisina (48), salah satu warga Lilibooi lebih fokus pada usaha pembibitan untuk dijual. Sama halnya dengan Bote, Agus juga telah melakukan peremajaan terhadap tanaman cengkih di dusun perkebunannya.

Saat ini, Agus lebih fokus melakukan pembibitan cengkih dan Pala. Dia memiliki kurang lebih 4000 bibit. Usaha itu sudah dijalani lebih dari enam tahun di bawah binaan Dinas Pertanian Provinsi Maluku. Kini, Agus menggantungkan hidup pada usaha pembibitan, karena masa awal produksinya tanaman cengkih yang ia tanam akan memakan waktu yang cukup lama, yakni 5-7 Tahun.

“Awalnya saya tidak terlalu sibuk dengan usaha ini, tapi karena Dinas Pertanian sering lakukan sosialisasi, sehingga kita diarahkan untuk melakukan pembibitan. Sekarang saya berharap pada usaha ini,” ungkapnya.

Meski dibawah binaan, Agus tidak pernah mendapat bantuan dari pemerintah, baik berupa polybag, pupuk, maupun bahan dan juga alat lainnya. Kendati begitu, usaha pembibitannya telah memiliki sertifnikat.


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

1 2 3 4 5Next page

Berita Serupa

Back to top button