Oleh: Elifas Tomix Maspaitella (Pemerhati Sosial)
“Iko batul katong nih seng gampang parcaya bagitu-bagitu sa” (=sebenarnya kami ini tidak terlalu mudah mempercayai sesuatu), “tagal katong musti lia dolo” (=karena kita harus lihat dulu buktinya). “Mar kalu orang itu dia bae, seng pernah stori abunawas, katong parcaya” (=tetapi jika seseorang itu dinilai baik, tidak pernah berbicara yang tidak masuk akal, kami percaya).
Itu terjadi lantaran “par katong nih, kalu ale cuma bicara la taru, katong sondor meku e” (=bagi kami, jika seseorang hanya sesumbar, kami tidak mempedulikannya), “jang kata se tuh anana kacupeng alus, deng pangkat lai mar katong sondor meku” (=jangankan anak kecil, yang berpangkat pun tidak kami hiraukan).
Rasa percaya itu muncul ketika “katong lia, ale tuh kalu bilang, biking” (=kami melihat, apa yang anda katakan, anda lakukan).
Reaksi dari rasa percaya itu diungkapkan dalam kata: “sungguh e” (=sungguh/benar adanya). Kata ini merupakan respon percaya yang biasa digunakan dalam lingkungan sesehari. Bila dalam lingkungan agama, ada pula kata yang lebih mendalam dari itu yakni: “behkan“. Kata ini bermakna: “sungguh benar” (=sangat benar), atau “sungguh itu adalah” (=sungguh pada Yang Itu) dan menunjuk pada rasa percaya kepada Tuhan, sebagai wujud iman.
Ungkapan rasa percaya bertujuan “biking biasa katong par jang laeng lampa-lampa laeng, ka laeng lemake-lemake laeng” (=membiasakan kita tidak saling menipu satu sama lainnya). Artinya kita ingin “hidop lurus” (=hidup dalam arti berperilaku yang lurus). Jadi kita “jaga nama” (=menjaga nama baik) supaya “jang tagal makang minong sa katong nama busu” (=jangan hanya karena hal sepele citra diri kita buruk).
Dan kepada kita, bila sudah menyatakan “sungguh e” atau “behkan” maka “musti hidop lurus sama deng manyao lai” (=harus hidup lurus seperti pernyataan itu) sehingga “jang manyao laeng biking laeng” (=jangan menyahut percaya tetapi yang dilakukan berbeda dari itu). Jadi “sungguh e” atau “behkan” itu lahir karena kita benar-benar yakin tentang “hal bae” (=hal baik).
Har’ Sadu, konci usbu, 26 Juni 2021
Pastori Ketua Sinode GPM Jln Kapitang Telukabessy-Ambon
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi