Oleh: Elifas Tomix Maspaitella (Eltom) – Pemerhati Sosial
Ini nasehat tentang “bicara batul” (=bicara jujur) dan “seng boleh tipu-tapa” (=berbohong).
“Tipu-tapa” ini bukan sekedar berbohong. “Ini su lebe lai” (=ini sudah lebih); artinya sifat itu sudah “manempel di badang” (=sudah menjadi karakter), dan orang itu suka dengan “tipu-tapa” tersebut, seperti “pake baju busu” (=mengenakan pakaian yang berbau busuk), “tar meku deng sa orang lai” (=tidak mempedulikan siapa pun). “Mau orangtotua ka anana, dia lampa-lampa dong samua” (=entah orang tua atau anak, semuanya ditipu olehnya).
“Kalakuang tipu tapa tuh tar guna” (=perilaku suka menipu itu tidak ada gunanya), “cuma par biking ilang hormat” (=hanya membuat kehormatan diri hilang), “tagal jang kata bicara, lia muka sa orang su tar parcaya” (=karena jangankan dia berbicara, orang melihat wajahnya saja sudah tidak dipercaya).
Orang-orang seperti itu, hanya akan “biking rusak nama mata rumah” (=membuat nama keluarga menjadi jelek). Kepada mereka yang suka “tipu tapa“, “loko pi tinggal ewang biru-biru la bicara deng toi ka kasturi” (=sebaiknya tinggal di hutan biar bicara dengan burung kakaktua atau nuri ~ ungkapan ini berarti karena mereka tidak saling mengerti bahasa masing-masing).
“Piara manusia bagitu tuh biking hati lalah” (=hidup dengan orang yang suka menipu membuat lelah hati). Ungkapan ini lahir dari kenyataan bahwa “su ajar ulang-ulang mar tar ubah kalakuang” (=sudah berulang kali dinasehati tetapi tidak berubah sifatnya). Jadi banyak orangtuanya “hati lalah” (=lelah hati) bila ada orang yang “bahati” (=mengeluhkan) dengan sifat seperti itu.
Orang-orang yang suka “tipu tapa” sering diidentikkan dengan “ayang kokotek tar batalor” (=ayam berkotek tetapi tidak bertelur) atau “ayang manggarang talor sombong” (=ayam mengerami telur kosong). Jadi “stori tar guna” (=bicarakan hal yang tidak berguna.
Kepada mereka seperti ini dianjurkan “stop deng kalakuang tipu tapa tar guna tuh” (=berhentilah menipu yang tiada gunanya), “jang sampe pas oras la tar kuat manyao” (=jangan sampai saatnya tidak sanggup pertanggungjawabkan). “Jadi kalu tar ada apapa, jang biking apapa, tagal kalu su jadi apapa baru tar tau mau biking apa” (=bila tidak ada masalah, jangan pancing timbulnya masalah, sebab nanti ketika terjadi masalah, tidak tahu mau lakukan apa pun).
Minggu, 30 Mei 2021
Pastori Jemaat GPM Erersin, Kelas Aru Selatan
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi