Ambon Dolo-dolo

Pesawat DC-9 Garuda Woyla Dibajak di Thailand, Ambon Geger

AMBON DOLO-DOLO

Penulis: Rusdin Tompo (warga Makassar kelahiran Ambon)


Saat pesawat DC-9 Garuda Woyla dibajak, pada bulan Maret 1981, amper samua pimpinan ABRI, lagi berada di Kota Ambon. Para pimpinan ABRI itu, baru mulai adakan rapat kerja. Antara lain, waktu itu, ada Menteri Hankam/Panglima ABRI, Jenderal TNI M Jusuf, deng Menteri Perhuhungan, Marsekal Rusmin Nuryadin.

Dalam buku berjudul “Operasi Woyla” (Wiwoho, 2016) diceritakan bahwa Letjen TNI LB Moerdani, Asisten Intelijen Departemen Pertahanan dan Keamanan (Dephankam) yang kasi keterangan pers. Antua bilang, “Saya diinstruksikan oleh Menhankam untuk memberitahukan bahwa hari ini, tanggal 28 Maret 1981, jam 10.10 WIB, terjadi pembajakan pesawat DC-9 Garuda dalam penerbangan antara Palembang dan Medan. Pesawat saat ini berada di pelabuhan udara internasional Penang, Malaysia. Kapten pilotnya adalah Herman Rante. Soal ini sekarang diambil alih oleh Departemen Hankam.”

Pesawat DC-9 Garuda itu lagi dalam perjalanan dari Pelabuhan Udara Talangbetutu, Palembang, ke Bandara Polonia, Medan. Pesawat dengan nomor penerbangan GA 206 itu, merupakan jenis McDonnell Douglas. Saat kejadian, pesawat sementara bawa 48 penumpang deng 5 awak. Pilotnya Kapten Herman Rante, deng Kopilot, Hedhy Djuwantoro.

Herman Rante lahir di Palopo, Sulawesi Selatan, 12 Februari 1943. Antua anak sulung dari pasangan Simon Rante deng Yosephine Maga Ruba. Orangtuanya merantau ka Ambon. Makanya dia skola dari SD sampe SMA di Ambon. Dorang tinggal di Batu Gantung. Rumahnya, kalo dari arah jambatang Batu Gantung, ada di sabala kiri, sebelum tikungan ka Kudamati. Rumahnya itu seng jauh dari Gereja Rehoboth.

Bagaimana beta tau antua pung rumah? Ya karna antua pung Mama itu basudara deng Tanta Ugi. Tanta Ugi ini, Om Tutu pung istri. Om Tutu itu, beta pung Mama pung kaka atau beta pung Om (paman). Dong tinggal juga di Air Putri, tapi sadiki agak jauh dari katong pung rumah. Jadi boleh dibilang, ta iko katong pung keluarga.

Waktu kejadian, tahun 1981, beta masih dudu di kalas 6 SD. Beta inga, sempat ka rumah keluarga Rante di Batu Gantung itu. Saat suasana duka, orang bakumpul pake baju hitam.

Peristiwa dramatis pembajakan pesawat DC-9 Garuda ini orang salalu inga. Bukan saja karna terkait terorisme. Tapi juga karna Operasi Woyla untuk bebaskan sandera dinilai berhasil. Bagitu juga keberanian Herman Rante untuk mengirim pesan bahwa pesawatnya dibajak.

Being hijacked… being hijacked (dibajak… dibajak).”

Itu pesan yang diterima Kapten A Sapari, pilot pesawat Garuda F-28. Pesan ini antua tarima bagitu terjadi kontak komunikasi lewat frekuensi radio. Pesawatnya berada pada ketinggian 25.000 kaki, dalam perjalanan dari Pekanbaru. Sementara Herman Rante pung pesawat terbang pada ketinggian 24.000.

Para pilot ini memang biasa bertegur sapa kalo di udara. Sapari takajou. Dia langsung hubungi menara pengawas bandara Kemayoran. Bagitu sampe di Kemayoran, Jakarta, antua juga kasi tau kantor Garuda (Tempo, 4-7 April 1981).


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

1 2 3Next page

Berita Serupa

Back to top button