Ketika telepon itu masuk, saya tak menyangka Bung Hendrik, yang pasti sibuk setelah pencoblosan, menyempatkan waktu untuk menghubungi saya. Perasaan terhormat bercampur kaget menyelimuti malam itu.
Apalagi malam-malam, di Ambon pasti lebih larut lagi, dapat telepon dari Gubernur Maluku terpilih, adalah sesuatu. Saya sadar diri bukan termasuk tim inti kesuksesan beliau melangkah ke pucuk pimpinan Maluku dalam lima tahun nanti.
Pesan Kolaborasi dan Sinergi
Percakapan kami dimulai dengan ucapan selamat dan doa saya untuk kepemimpinan beliau. Dengan nada rendah hati, Bung Hendrik membalas penuh optimisme. Ia bahkan mengajak saya untuk turut serta dalam upaya membangun Maluku.
“Maluku ini milik katong samua. Maju atau tidaknya, semua tergantung katong. Jadi, mari katong bersinergi dan berkolaborasi jua,” ucapnya. Kalimat itu langsung menggugah semangat saya.
Saya yakin, akan ada banyak generasi Maluku lain yang juga ditelpon oleh Bung Hendrik, setelah dipastikan sebagai pemenang Pilkada Maluku.
Apa yang dilakukan Bung Hendrik tentu saja selain menunjukan kerendahan hati, juga dapat menjadi titik tolak yang baik dalam memulai kepemimpinan.
Pendekatan Bung Hendrik jelas mencerminkan cara berpikir yang inklusif. Ia paham bahwa Maluku tak bisa dibangun dengan cara-cara lama yang eksklusif. Sebaliknya, partisipasi kolektif adalah kunci. Semua elemen masyarakat, dari elit hingga rakyat biasa, harus bergandengan tangan.
Jurus “kolaborasi dan sinergitas”yang ditunjukan oleh Bung Hendrik sekaligus mencerminkan kesadaran intelektual nya bahwa cara cara ekslusif, sikap seolah raja-raja kecil tidak bisa lagi diandalkan untuk membangun Maluku.
Sebaliknya, semua elit harus bisa legowo dan mulai bersikap inklusif. Membangun komunikasi, menghidupkan jaringan seluas-luasnya dan melibatkan orang sebanyak-banyaknya.
Partisipasi masif sudah tentu beban kerja ringan, produktivitas tinggi, dan akan berdampak.
Artinya, kalau memang semua sudah bisa menggabungkan jurusnya, maka bukan tidak mungkin, harapan dan impian agar Maluku bisa keluar dari problem kemiskinan akut, krisis ekonomi, serta ketertinggalan kualitas pendidikan bisa terealisasi secepatnya.
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi