Oleh: Rido Kwalomine (Pendeta GPM dan Pemerhati Sosial)
November 2024 akan berlalu namun cerita istimewa di penghujung tahun ini terasa begitu luar biasa. Seorang Sherly Tjoanda, sosok yang memiliki trippel minority, terpilih dengan sangat meyakinkan pada Pilkada Maluku Utara pada tanggal 27 November kemarin.
Burhanuddin Muhtadi, Direktur Indikator Politik menyebutkan bahwa peristiwa meledaknya kapal Bela 72 di Bobong – Taliabu yang menewaskan sang pemilik, sekaligus Cagub Potensial Benny Laos, menjadi salah satu faktor penyebab kemenangan Sherly Tjoanda ~istri almarhum~ sebagai Gubernur Terpilih di Maluku Utara.
Hal ini mengingatkan saya pada kata-kata almarhum “Tak ada kemenangan tanpa pengorbanan” yang disampaikan saat bercengkerama di Labuha, pada suatu kesempatan di pertengahan September, sebelum beliau ditetapkan sebagai Calon Gubernur oleh KPUD Maluku Utara.
Setelah peristiwa Taliabu Kelabu, barulah saya sadari, ternyata Benny Laos telah bernubuat tentang akhir hidupnya dan tentang “Kemenangan” yang dimaksudkan.
Sedikit ke ranah sosiologis secara akedemik, dalam Kuadran N menurut Mashab Pasadena, setiap manusia memiliki 4 N dalam dirinya yaitu Nafsu, Nalar, Naluri dan Nurani.
Nafsu yang dipahami tidak dalam bentuk negatif karena setiap orang memiliki nafsu untuk berkuasa, untuk memiliki pengaruh yang tinggi, nafsu untuk memiliki kekayaan besar dan seterusnya.
Karena nafsu itulah, modal yang ada diberdayakan untuk menjadi Orang Nomor Satu di Maluku Utara. Secara Nalar, para calon yang hendak berkontestasi tentu membaca peluang dan modal diri (self capital) dalam arti; mengerti permasalahan Maluku Utara dan memberikan solusi dalam bentuk Visi, Misi dan Program Strategis.
Secara Naluri, setiap orang yang hendak berkuasa akan menggunakan modal sosial (social capital) yang dimilikinya untuk berebut pengaruh dan simpati publik. Maka menurut Putnam dalam Modal Sosialnya; Trust, Network dan Norm akan dimaksilkan oleh masing-masing Calon.
Hal yang paling inti atau “core” dalam kuadran N adalah Nurani. Nurani akan ibarat oase ditengah perlombaan berebut kekuasaan, kehendak untuk menguasai satu dengan yang lain, menjual dan membeli pengaruh dan sebagainya.
Nurani menjadi semacam “etik global” bagi Nafsu, Nalar dan Naluri dalam diri manusia. Tanpa Nurani, manusia akan liar dan tercabut dari akar kemanusiaannya. Itulah yang oleh Alex Liu, Danah Zohar dan Terakhir Anton Belle menyebutnya sebagai Spiritual Capital.
Menggunakan Kuadran N untuk membedah karakter pemilih Maluku Utara juga sangat menarik. Tentu sama dengan pemilih di daerah lain, pemilih di Maluku Utara memiliki Nafsu, Nalar, Naluri dan Nurani.
Secara Nafsu, Nalar dan Naluri, setiap pemilih memiliki kehendak untuk berada pada barisan atau gerbong yang berkuasa. Berebut pengaruh dilingkungannya sebagai cara menunjukkan eksistensinya.
Tapi untuk case Maluku Utara, nampaknya pemilih mampu mengendalikan nafsunya dan lebih mengutamakan Nalar, Naluri dan Nurani ketika konsolidasi Nalar, Naluri dan Nurani menemukan momentumnya saat tragedi Taliabu Kelabu.
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi