Oleh: Maixen R Lesnussa (Peserta Lomba Cipta Puisi HUT ke-77 Provinsi Maluku)
Maluku tanah air beta, Maluku tampa beta potong pusa sebagai pusa dari suatu proses hidup ade deng kaka, yang harus baku jaga, karena jika salah jaga maka akan adanya jarak, sebagaimana jaga kayu jua bisa patah dari dahannya ketika ia sudah kering.
Semua kisah hidup bukan hanya pepatah tetapi suatu realita kehidupan ade deng kaka yang harus laeng sayang laeng, maka jang baku malawang kalau cuman par cari lawan lah mau sampe kapan mau jadi kawan.
Berkicaunya burung membanggunkan si pemburu untuk membunuh tampa harus menjinakan, seakan-akan hidop orang sudara itu jang baku injak karena setiap jejak pasti meningalkan bekas, yang tatempel di atas tanah.
Jika luka dapat ditambal untuk menambahkan dan menandakan suatu tanda tangan, par tetap wujudkan kebersamaan dengan bergandengan tangan, di saat sedang badendang maka seng perlu ada dendam par ciptakan kedengkian yang berakhir dengan kesedihan.
Baca Juga: Kisah dari Madras
Sedihnya kehidupan membuat sendi-sendi tulang terasa retak, dimana seni-seni kehidupan dihadirkan dengan suatu ratapan yang meratap di atas atap lalu babou macam asap, karena setiap orang pasti diasuh dari seorang pengasuh agar dapat mengasah apa yang seharusnya dialaskan menjadi alasan.
Alasan yang seng pasti bagaikan air yang jernih telah hilang kejerniaannya saat suatu kinerja seng mampu dibuktikan dalam pekerjaan bila polusi yang selalu popular dengan politik, bagaikan tikus yang menggali tanah untuk bersembunyi karena suatu posisi maka polisi yang harus mampu menemukan politikus.
Hati manikam seperti tertikam duri saat kemunafikan yang membungkam rakyat yang sedang merayap dengan harapan memiliki sayap untuk terbang mengempakan sayap saat sayatan-sayatan luka seng manjadi syarat untuk mencapai sasaran.
Baca Juga: Perut Arumbae
Tanah Maluku harus mampu bermekar seperti bunga matahari, menandakan di dalam dada ada dia yaitu: Maluku yang mengajak katong berkemas datang kamari dengan suatu tarian menari, jika semua hanyalah jeritan yang terikat oleh ikatan yang seng mampu taika, maka dengan mudah akan terpancing macam ikan lalu bakabas macam cacing, lalu mau barampas macam cicak.
Stop cakadidi lalu mandidi tampa sadar su dapa tindis, lah mau sampe kapan akan sampai pada kesenangan yang pasti, saat ketidakpastian untuk mengikarkan janji tapi seng mampu menjadi jimat, saat jam akan selalu berputar menunjukan waktu, Indonesia Timur dengan suatu tindakan yang keluar meninggalkan kekerasan dengan harapan kebersamaan dalam kedamaian.
Kalau katong mau damai, maka stop barmaeng hal yang aneh-aneh, tapi ini saatnya untuk angkat katong pung tanah Maluku par berjaya karena katong ini kaya dengan berbagai kekayaan tapi apa dayanya kalau katong seng berdaya lalu orang bilang kurang sumber daya manusia.
Baca Juga: Di Timur Air Mata
Manusia di tanah Maluku yang sampe kapan akan dimanusiakan menuju kesenjangan di antara belahan siang dan malam, senja itu akan hadir karena dalam pelosok Maluku, ada banyak sosok yang berdiri mencucurkan sejumlah air mata yang terjatuh menanti kesejahteraan.
Dimana kata sejahtera jika tampa kepentingan maka semua orang akan membuat setingan drama par balaga jadi ramah, padahal barampas lalu masyarakat hanya merasakan ampas-ampas yang hanya jatuh di atas tanah, jika datangnya kawanan semut lalu mengambil sambil membagikannya, tampa pake rumus bagi-bagi karena itu bagian mereka yang harus mereka rasakan.
Bagian-bagian kehidupan membutuhkan selimut untuk menyelimuti tubuh demi menjaga tunas muda generasi Maluku agar tidak dibungkam bagaikan bunga melati yang harus dijaga dengan hati dan selalu hati-hati dan dirawat dengan kasih, diberikan air untuk membasahi supaya seng mudah layu.
Baca Juga: Berlayar ke Maluku
Rayuan-rayuan yang datang berayun-ayun lalu barayu deng maraju, deng stop par balagu, jika sagu salempeng bisa patah dua maka jang hati mendua, par lia sudara yang hidop susah di saat suasana hati seng terasa bahagia dimana semuanya telah ditelan oleh waktu tampa menitipkan oleh-oleh untuk diperoleh saat telah diperbolehkan menjadi penolong.
Hadirnya malam menghilangkan siang saat bumi ini berputar pada setiap pusaran dan lingkaran, dimana ia setiap orang akan terus membalikan setiap tanggapan yang dianggap penting, demi memberikan suatu kehidupan yang baru bila saatnya katong tetap akan terus berpijak di atas tanah dan mengalirkan air dalam diri.
Tanah Maluku telah tercemar deng sampah yang dengan sembarangan tercium saat ciuman busuk menusuk sampai ke hidung, mengahalangi langit untuk melihat bumi dan menghalangi suatu harapan hidup, supaya hasrat hati tetap pasti supaya barasa asli di saat samua bangsa bataria karena katong bersukaria jika katong selalu baku lia tampa harus baku buang.
Baca Juga: Dari Merah Merona Loji Portugis Sampai Rumah Hari Minggu Belanda
Seng akan selamanya hujan menetes hanya untuk menghayutkan jika katong bisa mendayung maka telah terlukis suatu tulisan bahwa hujan menanggapi apa yang seng selamanya harus hanya dengan api jikalau pertumbuhan membutuhkan membutuhkan air untuk hidup.
Satu parau, pangayo toma maju melawan ombak saat obrolan membutuhkan cahaya obor untuk menyala tampa harus salah dan saling menyalahkan seakan-akan semua hanya cerita belaka jika katong membutuhkan kantong par simpang pisang biar akang sabuah tetapi jika perpisahan gandong maka akang bisa jadi bakal yang seng akan lapar.
Tifa totobuang babunyi maka jang basambunyi lah nanti baras sunyi, jika dengan dangsa mampu menemukan dambaan hati yang selalu merasa damai tampa ada dendam bahkan katong harus rubah cara pandang saat daun pandang itu wangi dengan aromanya.
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi