
Edukasi Pelanggan: Roti Asam Nggak Berarti Basi
Tantangan lain yang unik: mengedukasi pembeli soal sourdough. Di Indonesia, lidah banyak orang masih terbiasa sama roti lembut yang manis. Country bread sourdough rasanya lebih asam (hasil fermentasi alami) dan teksturnya padat.
“Ada yang sampai buang roti saya karena dikira basi,” kata Friska sambil tertawa getir. Di situlah pentingnya edukasi: menjelaskan manfaatnya untuk kesehatan, kenapa prosesnya lama, dan apa bedanya dengan roti biasa.
Buat Friska, Kunyah Gembira bukan cuma bisnis. Ini adalah cerita tentang kebahagiaan yang lahir dari hal-hal sederhana. Setiap gigitan roti atau kue adalah wujud cinta dan semangat yang ia bagi. Dia juga percaya makanan yang sehat nggak harus membosankan.
Misinya jelas: semakin banyak orang punya akses ke roti dan kue enak yang tetap aman untuk tubuh. Karena, seperti kata pepatah, “kita adalah apa yang kita makan.”
Kalau kamu pikir bikin roti itu cuma soal mencampur tepung, air, dan garam, tunggu dulu. Di Ambon, bahan pendukung seperti krim keju, biji-bijian, tepung gandum, atau cokelat dari kakao asli susah banget dicari.
Friska sering harus pesan dari luar kota, bahkan luar pulau. Ongkirnya? Jangan tanya. Tapi selama itu demi kualitas, dia rela. “Meskipun membengkak di biaya kirim, selama itu memenuhi kebutuhan roti, saya akan upayakan,” ujarnya.
Mimpi: Toko Roti Kecil dan Warga Gembira
Sekarang, Kunyah Gembira berjalan dengan sistem pre-order. Produksi hanya sesuai kapasitas yang bisa ditangani Friska sendiri. Dia nggak mengejar kuantitas, tapi kualitas.

Tapi tentu ada mimpi yang ingin dia wujudkan: membuka toko roti kecil. Bukan toko besar dengan mesin industri, tapi ruang hangat di mana para “warga gembira” (sapaan untuk pelanggan Kunyah Gembira) bisa datang, beli langsung, dan ngobrol sambil mencium aroma roti yang baru matang.
Ada satu aspek lagi yang bikin Kunyah Gembira beda: komitmen less waste. Karena latar belakang Friska di organisasi lingkungan, ia berusaha keras menghindari kemasan plastik sekali pakai. Semua produk dikemas seminimal mungkin dengan bahan yang ramah lingkungan.
“Memang susah, tapi at least we try,” katanya. Karena buat dia, makanan enak nggak boleh meninggalkan jejak sampah yang membebani bumi.(Tiara)
IKUTI BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi




