PendapatSosok

Hatta – Andi, Militansi Anak Muda Masohi di Front Barat-Tengah

PENDAPAT

Sedangkan para pekerja Toraja sedikit diantaranya mendiami Kampung Kodok. Pekerja asal Bugis, Makassar itu awalnya para tukang bangunan, yang kemudian bertransformasi menjadi nelayan.

Berikutnya, dari Toraja tetap dengan profesi mereka sebagai tukang kayu. Sementara asal Kei eks pekerja kakeknya tersebut, yang kini mendiami kompleks Batas Kota. Kompleks mereka berhadapan dengan Detasemen Polisi Militer (Denpom) XVI/2 Masohi di Jalan Abdullah Soulisa.

Adinda Andi pada suatu kesempatan pernah mengisahkan kontribusi kakeknya dalam pembangunan fisik awal Masohi tersebut kepada saya.

Ia katakan dalam dialeg bahasa Malayu setempat: “beta pung tete itu bawa datang orang Bugis, Makassar deng Toraja ke Masohi, untuk bangun perumahan deng kantor, karna tenaga kurang waktu su seng memungkinkan untuk ke Makassar, par ambil orang Bugis, Makassar deng Toraja lai, maka beta pung tete ambe orang Kei di Ambon untuk bawa ke Masohi par bangun perumahan deng kantor.”

Andinda Andi bukan sosok asing di Maluku Tengah. Ia sering terlibat di kegiatan anak muda yang hobi balap motor, dengan menggelar event road race. Kemudian aktif sebagai Ketua Granat suatu perkumpulan anti narkoba di Maluku Tengah.

Jauh sebelumnya ia aktif sebagai Ketua Majelis Taklim di SMAN 9 Manado, dimana memiliki relasi pertemanan dekat dengan kaders-kaders PKS di bumi nyiur melambai itu.

Talenta berorganisasi ini, yang membawanya tampil dalam panggung politik melalui Partai Gerindra, dari Dapil Maluku Tengah. Ia pun sukses meraih kursi DPRD Provinsi Maluku sebanyak 3 kali, melalui hasil Pemilu 2014, 2019 dan Pemilu 2024.

*

Terlepas dari itu, ada kebanggaan tersendiri terhadap sosok bang Hatta dan adinda Andi. Mereka adalah dua figur anak muda Masohi, yang telah menunjukkan militansi mereka, dalam arena kontestasi politik melalui Pilkada langsung di fron barat yakni, di Kabupaten SBB, dan di front tengah yakni, di Kabupaten Malteng.

Bersama pasangan calon wakil bupati (cabub) dan partai politik pengusung, telah bertarung dengan gigih pada semua lini, untuk merebut simpati para pemilih agar dapat memenangkan pesta demokrasi lokal dikedua daerah tersebut.

Meskipun hasil perolehan suara dari kedua figur ini belum memuaskan, dimana masing-masing berada di runner up peroleh suara. Tapi mereka telah menunjukkan kemampuan mereka masing-masing di dua front pertempuran yang berbeda, dengan dinamika politik yang memiliki tantangan yang tidak muda pula.

Pasalnya mengahadapi rezim lokal yang hegemonik, oligarkis dan pemilih yang cenderung mengarah kepada preferensi politik yang sektarian, serta dugaan adanya tekanan-tekanan ”keras” dari para elite setempat melalui mobilisasi para ASN, untuk memengkan pasangan calon (paslon) tertentu.(*)

IKUTI BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Previous page 1 2 3

Berita Serupa

Back to top button