Bukan tiba-tiba Bang Hatta tampil begitu saja dalam gelanggang politik di Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) dan Provinsi Maluku, tapi ia benar-benar berpengalaman, dengan bergerak sebagai pengusaha bidang jasa, ekonomi-perbankan, dengan kebanyakan menempati posisi sebagai leader.
Sambil bergelut dalam bidang tersebut, ia juga tampil sebagai aktifis partai politik, pada beberapa partai politik sebelumnya sejak era Reformasi di tahun 1999 lampau. Hingga ia menuai sukses menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Maluku dari Partai Gerindra di Daerah Pemilihan (Dapil) SBB melalui hasil Pemilu 2019 lalu.
*
Adinda Andi tetangga saya, namun agak jauh kediamannya, dimana bersebelahan kompleks dengan kompleks saya. Dahulu kita sering sebut Kampung Tengah, Jalan Abdullah Soulisa, Kelurahan Ampera.
Kita sebut Kampung Tengah karna kompleks kediaman adinda Andi menjadi border antara Kampung Kodok, dan Apui. Tak banyak saya berinteraksi dengannya dahulu, lantaran kediaman kita agak berjauhan.
Tapi keluarga adinda Andi sangat familiar, dimana di Masohi kita mengenal kedua omnya yakni, Ameng dan Kim Fui. Mereka sejak dahulu dikenal sebagai pengusaha dan memiliki toko, namanya Toko Liang.
Omnya Kim Fui dahulu miliki club bola namanya, Andry, yang biasa bertanding meramaikan Hari Ulang Tahun (HUT) Kabupaten Maluku Tengah, mewakili Kelurahan Ampera. Club Andry cukup disegani pada zamannya lantaran seringkali menjadi finalis event bola lokal tersebut.
Dahulu jika saya dan Bang Hatta bersama kawan-kawan sekompleks hendak pergi mandi di Pelabuhan Ina Marina, Apui. Biasanya kami melewati tepian pantai sebelum dibangun talud pada era Bupati Maluku Tengah Sugiarto, yang tidak jauh dari rumah adinda Andi.
Usai mandi di Pelabuhan Ina Marina, kami tak lagi melewati pantai untuk sampai di kompleks kami. Tapi melewati jalan di samping Pos Polisi baru belok kiri. Hanya beberapa meter dari situ melewati depan kediamannya adinda Andi di Jalan Abdullah Soulisa.
Kakek adinda Andi dari pihak ibunya adalah keturunan Cina, yang sebelumnya menetap di Makassar, Sulawesi Selatan. Kakeknya tersebut, yang memiliki andil besar dalam pembangunan fisik awal Masohi.
Kakeknya yang memboyong para pekerja Bugis, Makassar dan Toraja langsung dari Makassar, dan Kei dari Ambon, untuk membangun perumahan pegawai dan perkantoran di Masohi. Sisa-sisa dari pekerja bangunan asal Bugis dan Makassar itu, masih kita temukan di belakang kediaman mereka.
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi