Direktur MBO: Music Tourism Tepat Diterapkan di Kota Ambon

potretmaluku.id – Direktur Moluccas Bamboowind Orchestra (MBO) Maynart Raynolds Nathaniel Alfons menilai, hal yang paling tepat untuk diterapkan di Ambon terkait pariwisata, adalah wisata berbasis music atau Music Tourism.
“Hal ini sejalan dengan Kota Ambon yang sudah ditetapkan sebagai Kota Musik Dunia versi UNESCO,” ujar lelaki yang akrab disapa Rence ini, sesaat setelah Sound of Green (SoG) yang berlokasi di kampungnya, Dusun Tuni, Kecamatan Urimesing, Kota Ambon, mendapatkan penghargaan peringkat ketiga kategori atraksi budaya pada ajang Anugerah Pesona Indonesia (API) Award 2021, di Stable Berkuda Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan, Selasa malam (30/11/2021).
MBO asal Dusun Tuni, yang mengusung SoG ini, disebut Rence, terbentuk sejak tahun 2006 dengan tujuan untuk mempertahankan dan mengembangkan musik tradisional suling bambu di Kota Ambon.
“Dengan adanya suling bambu, beberapa tahun lalu pernah diadakan pertunjukan nasional atau musik intenasional yang dilakukan oleh MBO mengandeng DeltaDua Perform Kraut di 8 kota di Belanda (2011),” ungkap Rence.
Selanjutnya, kata Rence, MBO berkolaborasi dengan Glenn Fredly untuk pementasan Beta Maluku di taman Ismail Marzuki Jakarta (2011). Kemudian tampil di Jakarta Convention Centre pada acara Natal Nasional (2011), serta tampil di Hotel Ritzz Carlton Kuningan dengan tajuk Sound of The East yang difasilitasi oleh Kamenterian Pariwisata RI (2012).
Menurut Rence, Kota Ambon dalam mempromosikan objek wisata memang sangat sulit, karena harus bersaing dengan Bali atau Raja Ampat yang sudah lebih dikenal wisatawan-wisatawan baik mancanegara maupun lokal.
Oleh karena itu, tambah dia, pembuatan suling ini adalah bagaimana pihaknya mengembangkan music tourims di Kota Ambon.
“Jadi hal ini sejalan dengan kultur orang Ambon yang hobi bermusik, sehingga ketika kita mengembangkan music tourims, maka kita juga dapat mempertahankan tradisi bermusik, dan menjadi ruang kreatif bagi musik-musik lokal untuk bisa hidup dari bermusik,” tutur Rence.
Dirinya berharap, Pemerintah Kota Ambon, dalam hal ini Dinas Pariwisata Kota Ambon harus mampu berkolaborasi dengan semua stakholder untuk mengembangkan pariwisata di kota ini.
Pada kesempatan yang sama, Asisten III Administrasi Umum Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon Rulien Evrien Purmiasa mengatakan, dengan penganugerahan penghargaan yang diterima oleh Kota Ambon ini, bisa membantu menjadi solusi untuk isu-isu yang lain, misalnya SoG berkaitan lansung dengan lingkungan.
“SoG ini berkaitan lansung dengan lingkungan. Bagaimana kita melestarikan bambu sebagai dasar suling yang harus terus dilestarikan, baik sisi bambu dan musiknya,” ujarnya.
Selain itu, kata Rulien, kebutuhan dilakukan peremajaaan bambu, dipelihara dan direboisasi. Jika hal itu dilakukan, maka kita sudah menjaga lingkungan.
“Semoga generasi masa kini di Kota Ambon, bisa menjadi generasi yang mencintai lingkungan. Tidak hanya ketergantungan pada gadget, tetapi generasi yang bisa menyatu dengan alam dan lingkungan,” pungkasnya.
Sebelumnya, terkait program Sound of Green ini, kepada potretmaluku.id, Direktur Ambon Music Office (AMO) Ronny Loppies mengatakan eksploitasi tanaman bambu secara kontinyu untuk bahan baku pembuatan suling di Ambon, terutama di Dusun Tuni, jika tidak dikelola dengan baik akan berdampak hilangnya hutan bambu.
Menurut Ronny, jika hutan bambu hilang, maka hilang pula musik bambu sebagai musik tradisi yang menjadi andalan Dusun Tuni, maupun desa-desa sekitarnya di Kota Ambon.
Berangkat dari keresahan hilangnya hutan bambu, AMO lantas membuat Sound of Green (SoG) menjadi ikon penting saat ini, yang beraksentuasi kepada kolaborasi antara musik dan lingkungan, serta dampaknya terhadap sektor-sektor lain.
“’Sound of Green is the sustainability environmental based on music’. Musik menjadi lokomotif utama untuk menggerakkan gerbong-gerbong lain atau sektor-sektor lain, terutama lingkungan,” kata jebolan S2 Penginderaan Jauh Kehutanan pada salah satu kampus di Jerman ini.(*/TIA)
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi