Kutikata

Biking Diri Tau-tau

KUTIKATA

Oleh: Elifas Tomix Maspaitella (Eltom) – Pemerhati Sosial


Jang biking diri tau-tau, tagal cuma satu yang Mahatau” (=jangan berlaku seakan-akan anda mengetahui segalanya, karena hanya satu yang Mahatau). Ungkapan itu adalah pengajaran bahwa manusia ini hanyalah makhluk, dan Tuhan adalah Pencipta. “Katong cuma tau sajingkal, jang biking diri macang tau depa-depa” (=pengetahuan kita hanya sejengkal, jangan bertindak seolah-olah panjangnya sedepa orang dewasa).

Apalai tagal biking diri tau-tau lalu mau tingkai bodo-bodo” (=apalagi karena bertindak seakan-akan tau semuanya lalu bertindak macam-macam). “Mau cuma yang sanang-sanang sa, tar mau susah sadiki” (=hanya mau menerima kesenangan, bukan kesusahan) dan “kalu susah la biking diri macang Antua su tar batul” (=bila ada kesusahan sedikit, menganggap Tuhan tidak adil). “La biking diri macang bisa ator Antua Iko suka” (=lalu bertindak seakan bisa mengatur Tuhan sesuka hati kita). Kelakuan seperti ini sering diumpamakan “dadu tar dengar bandar” (=mata dadu tidak lagi menuruti kehendak bandarnya).

Ingatang, talalu biking diri lai tuh tarbae” (=ingatlah! Terlalu banyak maunya itu tidak baik). “Jang sangka ujang turung tuh tar ada yang ator” (=jangan mengira hujan turun tanpa ada yang mengaturnya). “La jang kira kata siang deng malang tuh jadi bagitu-bagitu sa” (=jangan mengira, siang dan malam itu terjadi begitu saja). “Gigi manganta sa ale balisah” (=sakit gigi saja membuat anda belisah), jadi jangan “biking diri tau-tau“.

Ungkapan “biking diri tau-tau” juga merupakan gambaran dari orang-orang yang “hidop caparuni” (=hidupnya tidak tertib). Suka “batingkah, babengkeng, rasa ini seng paskah itu seng paslah,” (=beringkah, suka merajuk, merasa segala sesuatu tidak pas). Ternyata bukan berarti dia bisa melakukan semuanya, melainkan “pas suruh biking apapa, tar satu lai yang jadi” (=ketika diminta melakukan suatu hal, tidak ada yang jadi).

Karena itu, kata larangannya ialah “jang biking diri tau-tau” (=jangan bertindak seakan anda mengetahui segalanya) “kalu sono sa tar tau kata bisa bangong ka seng” (=jika tidur, anda tidak tahu bisa bangun atau tidak).

Ini ajaran tentang “jang topu dada” (=jangan tepuk dada sendiri/sombong), dan “jang talalu labe” (=jangan terlalu berlebihan), sebab “katong samua pung batas mampu ada” (=kita semua memiliki keterbatasan masing-masing).

Ingatang, jang biking diri tau-tau!” (=Ingatlah! Jangan bertindak seakan-akan tahu segalanya).

Jang talalu labe lai” (=jangan terlalu berlebihan).

Antua ada nganga la tunggu slak sa” (=Tuhan ada lihat dan menanti waktunya saja).

Angka muka nganga langit, la inga hari, tempo apa ale jadi” (=tengadah wajah ke langit, dan ingat kapan anda lahir), “yang itu sa se seng ator kong kau ator langit basar raya itu” (=yang itu saja anda tidak mengaturnya apalagi langit besar itu).

Har’ Ahad, 20 Juni 2021, amper jam kebaktian
Pastori I Jemaat GPM Porto, Klasis Pp. Lease, Saparua

 


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Berita Serupa

Lihat Juga
Close
Back to top button