Kutikata

Ana Tarengke-rengke

KUTIKATA

Oleh: Elifas Tomix Maspaitella (Pemerhati Sosial)


Punya ana tarengke-rengke” (=memiliki banyak anak), “macang trap-trap sa” (=seperti terap-terap; ini istilah tentang jarak kelahiran/umur anak yang dekat), dan fakta ini dialami banyak pasangan suami istri. “Mau bagumana lai, kalu maitua su deng badang, sagu mantah su dudu goti, berkat toh” (=apa mau dikata, jika istri sudah mengandung, itu suatu berkat). Istilah “deng badang” (=mengandung), atau “sagu manta su dudu goti” (=pati sagu sudah mengendap di dasar goti; goti adalah wadah penampung pati sagu).

Semua orang ingin “pung ana” (=memiliki anak), dan konsep utama dari “pung ana” ialah “piara” (=memelihara) dan “jaga” (=menjaga).

Dalam konsep “piara“, setiap orang tua akan bekerja sungguh-sungguh untuk keperluan hidup sesehari rumah tangganya. Sebab itu sering terdengar nasehat, “ingatang, su deng rumah tangga, su deng anana tarengke-rengke, su tar bisa dudu-dudu tanding lai” (=ingat, sudah berumah tangga dan anak sudah banyak, tidak bisa duduk-duduk saja). “Pi karja sabarang-sabarang jua seng apapa supaya bini bisa biking tungku ba asap” (=bekerjalah apa saja, tentu yang baik, agar istri bisa memasak di dapur). “Lia tungku deng tampa bumbu tuh” (=perhatikanlah tungku api dan tempat bumbu masaknya).

Sedangkan konsep “jaga” mengandung makna perlindungan, melihat tumbuh-kembang anak, juga melindungi dari apa pun. Prinsipnya:

Satu: “Anana seng boleh saki” (=anak tidak boleh sakit). Nasehat ini intinya ialah orangtua harus memperhatikan benar kondisi anaknya agar mereka tetap sehat. “Dong saki-saki tuh jang sampe se salawar” (=mereka sakit, awas jangan sampai anda yg membawa sial). Pesan ini bertujuan mengingatkan orangtua untuk benar-benar menjaga anaknya, bahkan untuk itu harus “jaga kalakuang” (=menjaga perilakunya) agar “seng biking salah/hidop tar atorang deng rumah tangga” (=tidak berbuat yang salah/tidak menghormati rumahtangga sendiri). “Ana panas tuh bapa ada sala” (=anak sakit panas artinya bapaknya ada melakukan kesalahan), terlepas dari benar tidaknya, pesan ini menunjuk korelasi sikap orang tua dengan tumbuh kembang anak.

Dua: “Jang biking dong manangis” (=jangan membuat mereka menangis), juga harus menjaga suasana hati mereka. “Jang talalu pukul dong, eso lusa dong kabal rotang” (=jangan merotani anak, kelak mereka kebal terhadap rotan). “Panggel la bicara babae” (=panggil dan nasehatilah). “Jang biking dong manangis” juga mengandung makna orang tua tidak boleh membuat hati anak sedih. Jadi “kalu se seng bisa kasi yang dia minta, bicara babae, jang bajanji bodo-bodo” (=jika tidak bisa memenuhi keinginannya, bicarakan, jangan janji yang tidak bisa ditepati).

Tiga: “Dong seng boleh susah eso lusa ” (=mereka tidak boleh dibiarkan susah di kemudian hari). Dalam konsep “jaga” terkandung “hidop eso lusa” (=hidupnya ke masa depan), ada perspektif masa depan, “dong pung hari eso” (=masa depan mereka), dan “se jadi kuda kanyang lai, dong seng bole susa eso lusa” (=anda jadi budak sekali pun, mereka tidak boleh susah di masa depan). “Mau papalele bajual isi kabong ka iko-iko orang pameri dusung ka, eso lusa dong seng bole susa” (=mau papalele menjual hasil kebun atau membersihkan kebun orang, mereka tidak boleh susah kedepannya).

Ampa: “Skarang mangkali katong sangsara sadiki par dong pung hal-hal mar eso lusa orang tongka blakang su banya ni” (=sekarang mungkin kita susah sedikit tetapi esok-lusa ada banyak orang yang membantu hidup bersama). Ini menerangkan daya juang orangtua “par anana penghidopang eso lusa” (=bagi kehidupan anak kelak). “Dong tarangka sadiki lai, su tulung susah banya tu” (=mereka berkembang secara fisik saja sudah bisa menolong banyak hal).

Jadi dalam hal “piara” dan “jaga” terkandung pesan “ana tuh musti dapa hidop” (=anak harus mendapati berkat kehidupannya). “Jang pawela deng anana pung apapa paskali” (=jangan mengacuhkan apa pun keperluan anak). “Upaya sa, par ana sandiri saja mo” (=berupayalah, kan semuanya untuk anakmu sendiri).

Senin, 25 Juli 2021
Pastori Ketua Sinode GPM Jln Kapitang Telukabessy-Ambon


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Berita Serupa

Back to top button