Oleh : DR. M.J. Latuconsina, S.IP, MA (Dosen Fisip Unpatti Ambon)
Film Air Mata di Ujung Sajadah, yang disutradarai Key Mangunsong boleh dikata merupakan salah satu film fenomenal di tahun 2023 ini, dimana mengundang banyak perhatian warga masyarakat di tanah air, untuk berbondong-bondong mendatangi bioskop guna menontonnya.
Film yang diproduksi Beehave Pictures tersebut berhasil meraup 1.027.198 penonton. Suatu jumlah penonton banyak, yang nyaris sama banyaknya dengan jumlah penonton pada film Ketika Berhenti di Sini dan film Buya Hamka. Jumlah penonton kedua film itu masing-masing 1,6 juta dan 1,2 juta.
Di balik kesuksesan itu terdapat jari terampil dan buah pikiran dari Titien Wattimena, salah seorang putri berdarah Ambon, yang lahir di Kota Anging Mamiri Makassar, Sulawesi Selatan pada 8 Juni 1976 lampau.
Ia yang menuliskan skenario film yang lagi buming ini, dan menyebabkan air mata para penontonnya, yang rata rata ibu rumah tangga, dan para gadis itu bercucuran membasahi pipi mereka, lantaran larut menontonnya. Bukan tiba-tiba Tinut nama lain dari putri Ambon hebat ini menjadi penulis naskah film.
Wattimena eksperd dalam menuliskan skenario film. Pasalnya pendidikan tingginya berhubungan erat dengan dunia perfilmman, dimana Tinut kuliah pada Fakultas Film dan Televisi, Institut Kesenian Jakarta (IKJ).
Tinut mengawali karier sebagai asisten sutradara untuk video klip, iklan televisi, dan profil video. Kariernya sebagai penulis skenario adalah lewat film Mengejar Matahari arahan Rudi Soedjarwo.
Dalam film tersebut ia juga terlibat sebagai asisten sutradara. Skenario yang ia tulis untuk film tersebut berhasil membuatnya dinominasikan pada Festival Film Indonesia 2004.
Tahun selanjutnya, ia kembali dinominasikan sebagai Penulis Skenario Terbaik dalam Festival Film Indonesia 2005 untuk film Tentang Dia, dan meraih Piala Vidia di Festival Film Indonesia 2006 untuk film televisi Sebatas Aku Mampu.
Film Laskar Pelangi merupakan film terakhirnya sebagai asisten sutradara. Meraih penghargaan Skenario Terbaik dalam Bali International Film Festival 2008, untuk film Love, di mana dalam film tersebut Titien juga merangkap sebagai Sutradara Pendamping.
Sebagai Sutradara Pendamping juga dalam film Minggu Pagi di Victoria Park dan kembali dinominasikan sebagai Skenario Terbaik di film yang sama pada Festival Film Indonesia 2010.
Melalui film berjudul Belkibolang di mana Titien juga merangkap sebagai produser bersama Meiske Taurisia dan Sidi Saleh, Titien berkesempatan membawa film tersebut ke berbagai festival film internasional, di antaranya: International Film Festival Rotterdam 2011, Hongkong Film Festival 2011, Udine Far East Film Festival 2011, dan Jeonju Film Festival 2011.
Titien kembali dinominasikan sebagai Skenario Terbaik di Festival Film Indonesia 2011 melalui film berjudul “?” (dibaca Tanda Tanya) yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo.
Atas keberhasilan putri berdarah Ambon kelahiran kota daeng Makassar itu, ia pun di ganjar Award :
Piala Citra untuk Cerita Asli Terbaik
2013 Sang Pialang, Piala Citra untuk Skenario Adaptasi Terbaik
2018 Aruna dan Lidahnya.
Wattimena tak akan berhenti saja dengan menggarap skenario film Air Mata di Ujung Sajadah besutan sutradara Key Mangunsong ini, dipastikan ia akan tetap sukses dalam menggarap skenario film-film terbaik, yang populer di tengah-tengah warga masyarakat di tanah air pada waktu yang akang datang, dengan reting penonton yang banyak.(Kumparan, Wikipedia, 2023).(*)
IKUTI BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi