
Oleh: Elifas Tomix Maspaitella (Eltom) – Pemerhati Sosial
“Kalu mau anana dengar-dengarang, jang kas’ los, kalu labe lai loko deng pilang sa” (=bila ingin anak dengar-dengaran/penurut, jangan biarkan/manjakan, bila tidak bisa dibilang, rotani saja). Ungkapan ini lahir dari keinginan semua orangtua agar anaknya kelak “jadi anana bae-bae” (=menjadi anak yang baik dalam arti penurut), sebab itu “kalu su seng bisa ero, pilang saja” (=bila tidak bisa ditegur lagi, rotani saja).
Mungkin ini dinilai suatu bentuk kekerasan orangtua terhadap anak, tetapi “pukul bukang sama pukul musuh” (=memukuli anak tidak seperti memukuli musuh). Malah bila ada orangtua yang berlebihan dalam hal pukul-memukul anak, mereka pun dinasehati “jang talalu maeng deng pilang, eso lusa dong kabal la dong seng turut ale lai” (=bila kita selalu memukuli anak, mereka akan kebal terhadap rotan sehingga tidak lagi menuruti nasehat orangtuanya). Nasehat merupakan rotan yang ampuh untuk “didik anana” (=mendidik anak-anak). Dan bila ada orangtua mengabaikannya “ilang contoh” (=contoh yang baik hilang). Dan “kalu sampe itu jadi, se rao deng minya la ero lai su seng iko lai” (=bila itu terjadi, upaya apa pun tidak akan berhasil).
Artinya setiap orangtua diajari pula untuk “unju jalang bae” (=menunjuk jalan/teladan yang baik) kepada anak-anaknya. Setiap orangtua yang “unju jalang bae” menujukkan cinta kepada anaknya, dan mereka yakin satu hal yakni “sapa jua mau par anana hidop takaruang” (=siapa juga yang mau anaknya hidup tidak tertib). Itulah sebabnya mengapa di setiap rumah “makang tuh dudu di meja makang la makang sama-sama” (=makan di meja makan bersama-sama), sebab itu tempat yang baik “par kas’ nasehat anana” (=untuk menasehati anak-anak).
Juga mengapa orangtua “musti unju jalang bae par anana” (=menunjukkan jalan yang baik kepada anak-anak), karena “kalu bilang tarus-tarus, dia simpang di kapala” (=bila terus dinasehati, dia menyimpannya). Namun bila kita tidak menunjukkan “jalang bae” mereka akan mendengar tetapi “tar simpang di kapala” atau anak-anak kita akan sama dengan “talingang tacu, dengar talingang kiri kaluar talingang kanang” (=nasehat kita tidak diresapi oleh anak).
Jadi “bukang soal loko deng pilang” (=bukan soal memukuli mereka) tetapi “kas’ nasehat” (=menasehati) sambil “unju jalang bae” (=menjadikan diri teladan).
Kepada semua orangtua, “unju jalang bae”
Kepada semua anak “dengar-dengarang e”
Rabu, 2 Juni 2021
Dobo, Kepulauan Aru
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi