Kejadian didadak sebagai pembahas buku SYL II: Genius Culture Syahrul Yasin Limpo, sepuluh tahun silam itu, saya ingat betul.
Oleh: Rusdin Tompo (Penulis, Editor, dan Koordinator SATUPENA Provinsi Sulawesi Selatan)
“Kita sudah baca kan, bukunya?” Tanya Asdar Muis RMS, begitu melihat saya membuka-buka buku seukuran 10,5×16 cm yang belum lama diberikannya.
“Iye, baru sempat baca pengantar penyunting dan satu-dua tulisan,” kataku pada pria yang ada di depanku ini.
“Sebentar kita juga jadi pembicara na,” balasnya dalam logat Makassar.
Apa yang disampaikannya itu, saya tahu hanya spontan saja. Karena dalam undangan yang saya terima, sudah jelas tertera nama-nama pembahas bukunya.
Ada Aswar Hasan, pengamat komunikasi politik –juga mantan Ketua KPID Sulawesi Selatan dua periode– yang saat itu merupakan Ketua Komisi Informasi Sulawesi Selatan. Ada pula nama Muhammad Darwis, Sosiolog Universitas Hasanuddin, juga pernah jadi komisioner KPU Sulawesi Selatan.
Nama lain yang jadi pembicara, yakni Andi Unggul Attas, saat itu Presiden Direktur PT Semen Tonasa. Tentu saja, Asdar Muis RMS, berada dalam dereten pembicara hari itu.
Asdar Muis RMS merupakan editor buku-buku Syahrul Yasin Limpo (SYL). Pemain teater dan sastrawan yang punya acara “Kolom Udara Asdar Muis RMS” di Radio SCFM itu, orang yang saya kagumi. Dialah yang pertama kali menyebut saya penyair, saat saya menghadiri perayaan ulang tahun pernikahannya, di rumahnya yang pernah diliput Harian Kompas.
Kejadian didadak sebagai pembahas buku SYL II: Genius Culture Syahrul Yasin Limpo, sepuluh tahun silam itu, saya ingat betul. Kamis, 31 Oktober 2013, hari itu, saya sebenarnya meninggalkan Kantor KPID Sulawesi Selatan di Jalan Botolempangan No 48, dengan santai. Maklum, saya hanya akan hadir sebagai salah seorang tamu undangan. Jadi ya, cukup datang, duduk, dan menyimak bahasan para pembicara hehehe. Itu di pikiran saya.
Syahrul Yasin Limpo Way
Walau hari itu hujan membasahi Kota Makassar, saya sudah bulatkan niat menghadiri peluncuran dan diskusi buku Syahrul Yasin Limpo, yang diadakan di Makassar Golden Hotel, Jalan Pasar Ikan Nomor 52 –yang berada di kawasan ikonik Pantai Losari. Ini buku SYL Way kedua, terbit Oktober 2013. Sebelumnya, ada SYL Way: Kearifan Lokal Syahrul Yasin Limpo (terbit November 2012).
SYL merupakan singkatan dari nama Gubernur Sulawesi Selatan, dua periode itu (2008-2013 dan 2013-2018). Sebutan ini belakangan akrab di telinga masyarakat Sulawesi Selatan, terutama setelah SYL berpasangan dengan AAN (Agus Arifin Nu’mang, pada gelaran Pemilukada Sulawesi Selatan, tahun 2007 dan 2013. Kala itu, keduanya juga punya sebutan lain: Pak Kumis dan Si Kacamata.
Begitu saya menerima tawaran mendadak tersebut, tentu saja saya dituntut bisa membaca cepat buku SYL Way II itu. Saya lalu membuat poin-poin yang akan disampaikan, sebagai catatan kritis saya. Dan terutama mencari kalimat pembuka, bila tiba giliran saya berbicara.
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi