Selama Ini Takut Jarum Suntik, Ibu Guru Nurlaila Akhirnya Lega Setelah Disuntik Vaksin Covid-19
AMBON – Nurlaila baru saja tiba di rumah, sepulang mengajar. Saat hendak melepas sepatu, tiba-tiba bunyi pesan WhatsApp masuk di telepon selulernya. Dia lantas menghempaskan pantat pada kursi yang ada di teras. Sambil mencopot kaos kasi dengan tangan kiri, dia membuka pesan yang masuk. Tiba-tiba dadanya berdegup kencang.
Dalam rangka pelaksanaan Program Vaksinasi Covid-19 oleh Dinas Kesehatan Kota Ambon, bekerja sama dengan Kantor Kementerian Agama Kota Ambon, maka dengan ini diwajibkan kepada seluruh Kepala, Guru dan JFU pada Madrasah Aliyah Negeri/Swasta dan Madrasah Tsanawiyah Negeri/Swasta di lingkungan Kantor Kementerian Agama Kota Ambon untuk mengikuti Program Vaksinasi Covid-19 dimaksud, sebagaimana jadwal tersebut di bawah ini.
“Akhirnya saya harus divaksin juga,” batin Nurlaila. Dia lantas melepas masker yang dikenakan, lalu mencopot tali pengikatnya, kemudian membuangnya ke tong sampah yang ada di teras rumah. Sebelum melangkah masuk ke dalam rumah, guru pada salah satu madrasah di Ambon ini, menyempatkan mencuci tangan menggunakan sabun pada keran air di pojok teras.
Mengenakan masker, mencuci tangan dengan sabun pada air mengalir memang sudah menjadi gaya hidup baru di keluarga Nurlaila, sejak pandemi melanda tanah air, terutama di Kota Ambon. Termasuk menjaga jarak dan menjauhi kerumunan, jika mereka terpaksa keluar rumah.
Namun soal vaksin, kepada potretmaluku.id di Lapangan Merdeka Ambon, Selasa (25/5/2021) lalu, ibu tiga anak ini mengaku terus terang kalau dirinya takut akan jarum suntik. Jika jatuh sakit, dia lebih memilih minum obat kapsul atau tablet, biar pun pahit rasanya.
Selain soal takut suntik, dia juga mengaku agak trauma mendengar cerita-cerita, terutama yang dituturkan rekan-rekannya, atau yang beredar lewat pesan singkat WA, soal warga yang meninggal setelah divaksin. Termasuk misalnya ada Komandan Brimob yang sempat viral diberitakan wafat karena vaksin.
“Belakangan saya dapat informasi dari media online, bahwa sampai hari ini belum ada yang meninggal dunia karena program vaksinasi, tapi yang namanya manusia pasti ada rasa takut juga,” tuturnya.
Malam itu, setelah menerima WhatsApp dan meneruskannya kepada rekan-rekannya sesama guru, sesuai permintaan kepala sekolah, Nurlaila lantas mengontak beberapa kolega dekatnya. Hanya sekadar untuk meredakan perasaan takut yang dia rasakan. Lalu saling berjanji waktu bertemu di depan areal Gong Perdamaian Dunia, untuk sama-sama menuju Tribun Lapangan Merdeka yang merupakan lokasi vaksinasi.
Tidak seperti biasanya, malam itu Nurlaila tidur dengan perasaan tidak menentu. Dini hari saat dia bangun lalu salat Subuh bersama sang suami, perasaan mulai agak tenang. Nurlaila meyakinkan dirinya sendiri, bahwa vaksinasi akan dijalaninya dengan aman dan lancar.
Pagi itu, Selasa (25/5/2021), bersama rekan-rekannya sesama guru, mereka sudah mendaftar dan diberi nomor antrian. Meski sesuai informasi, penyuntikan vaksin akan dimulai jam 09.00 WIT, namun sudah banyak yang antri.
Beberapa teman Nuraila yang sudah datang lebih awal, ada yang sudah di posisi Meja Pertama, yang dilayani petugas untuk melakukan pendaftaran dan verifikasi data. Ada satu dua temannya yang sudah berada pada Meja Kedua, tempat petugas kesehatan melakukan anamnesa untuk melihat kondisi kesehatan dan mengidentifikasi kondisi penyerta (komorbid) serta melakukan pemeriksaan fisik sederhana. Termasuk pemeriksaan meliputi suhu tubuh dan tekanan darah.
“Tadi ada beberapa teman cuma sampai di Meja Kedua. Mereka ini bawa surat keterangan dari dokter yang menginformasikan bahwa mereka punya riwayat penyakit, yang tidak memungkinan untuk divaksinasi,” ungkap Nurlaila, terkait beberapa teman gurunya yang tidak jadi divaksin.
Saat gilirannya tiba, Nurlaila mengaku agak deg-degan saat berada di Meja Ketiga, untuk menerima suntikan vaksin. Tapi sampai selesai suntikan vaksin selesai, dia justru tidak merasakan masuknya jarum suntik. Dia lantas diminta istirahat selama 15 menit, untuk melihat reaksi pasca suntikan. Setelah lewat waktu menunggu, dia lantas pulang ke rumah, bersamaan dengan hujan yang mulai mengguyur Kota Ambon.
Hingga malam menjelang tidur, Nurlaila tidak merasakan efek pasca suntikan. Ketika akan beranjak tidur, tiba-tiba pesan singkat muncul di aplikasi WhatsApp-nya. Salah satu rekan gurunya, dengan usia yang lebih muda mengabarkan, bahwa dia sedang mengalami demam lumayan tinggi.
“Saya membesarkan hati teman itu. Seperti kata dokter saat divaksin hari itu, bahwa secara umum, efek samping yang timbul dapat beragam. Namun secara umumnya ringan dan bersifat sementara. Efek samping ringan itu kata dokter termasuk demam. Jadi saya sarankan dia untuk dibawa tidur saja, besok paginya pasti normal lagi,” kisah Nurlaila, saat dihubungi potretmaluku.id, melalui saluran telepon Minggu (30/5/2021).
Menurut dia, rekannya gurunya itu juga mengaku sempat kehujanan saat pulang dari Lapangan Merdeka. “Entah demamnya itu ada kaitan dengan efek vaksin atau kehujanan, yang penting saya sarankan dia, supaya dibawa tidur saja, pasti besoknya normal kembali. Dan memang benar, besoknya kondisi tubuhnya dia normal kembai,” bebernya.
Nurlaila sendiri mengaku sudah lebih tenang setelah disuntik vaksin. Dia tinggal menuggu suntikan vaksin tahap kedua sesuai jadwalnya nanti. Meski sudah divaksin, namun dia dan keluarganya akan tetap menjalankan protokol kesehatan. Apalagi Kota Ambon yang tadinya sudah masuk ke zona kuning atau kategori rendah dalam peta penyebaran virus corona, kini kembali lagi ke zona orange atau kategori sedang penyebaran Covid-19. Ini lantaran tingginya jumlah kasus terkonfirmasi dalam beberapa waktu terakhir selepas Lebaran Idul Fitri kemarin.
Program vaksinasi massal yang diikuti Nurlaila dan rekan-rekannya ini, sudah digelar sejak Rabu (19/5/2021) di Tribun Lapangan Merdeka, Kota Ambon. Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon, menargetkan khusus ke kelompok prioritas seperti lansia, petugas pelayanan publik, guru, PNS, pelaku usaha, hingga para sopir angkot dan taksi online.
SENIN TERAKHIR VAKSIN GRATIS
Wali Kota Ambon, Richard Louhenapessy, kepada wartawan, Jumat (28/5/2021), meminta masyarakat untuk dapat memanfaatkan kesempatan vaksinasi gratis tersebut, yang akan berakhir Senin (31/5/2021). Sebab, selanjutnya, Pemkot Ambon akan mulai memberlakukan tarif pembayaran.
Richard menuturkan, ke depan pihaknya akan menerapkan pembayaran vaksinasi. Ini dilaksanakan sesuai Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor HK 01/07/Menkes 4643/2021 tentang penetapan besaran harga pembelian vaksin produksi sinopharm melalui penunjukan biofarma dalam pelaksanaan pengadaan vaksin Covid 19, dan tarif maksimal pelayanan untuk pelaksanaan vaksinasi Gotong Royong.
“Bagi perusahan dan pelaku usaha setelah tanggal 31 Mei nanti, jika ingin divaksin maka harus membayar Rp.800 ribu. Itu tertuang dalam Surat Edaran Keputusan Menteri Kesehatan. Sejak digelar Rabu (19/5/2021) hingga Jumat (28/5/2021), tercatat sebanyak 41.674 orang sudah divaksinasi. Mereka merupakan kelompok prioritas,” pungkas Richard.
Kepada wartawan di Ambon, Minggu (30/5/2021), Kepala Dinas Kesehatan Kota Ambon, Wendy Pelupessy mengaku menjelang penutupan vaksinasi massal di Kota Ambon besok, pihaknya telah menargetkan warga bisa datang sebanyak-banyaknya untuk disuntik vaksin tahap pertama maupun tahap kedua.
“Target kita di vaksinasi massal tahap dua sebanyak 72.000 orang. Tapi baru 40 ribuan yang datang vaksin. Intinya kita bukan soal berapa banyak jumlahnya saja, tapi yang kita kejar adalah terbentuknya herd immunity, sehingga resiko penularan sangat kecil,” terangnya.(PM-05)
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi