Telusur Sejarah

Prasasti Ciaruteun dan Pasiran Muara, Jejak Tinggalan Leluhur Sunda Abad Kelima*)

CATATAN PERJALANAN

Yang menarik lagi adalah, apa yang selama ini dianggap sebagai sulur (pilin) buah atau sayuran dalam Prasasti Ciaruteun, ternyata oleh Jayaswal itu dibaca sebagai sebuah nama dan merupakan bentuk dari kaligrafi Pallawa untuk nama Raja Tarumanegara, yaitu Sri Purnnavarmah alias Sri Purnawarman. Sedangkan bentuk laba-laba menurutnya adalah samudhrika lakshana alias tanda kewenangan atau kekuasaan.

Menurutnya juga, Prasasti Ciaruteun ini merupakan tanda sraddha (after-death memorial) alias upacara mengenang kewafatan Raja Purnawarman yang biasanya dilakukan 12 tahun setelah masa kewafatannya. Ini diperkuat oleh bunyi Prasasti Jambu yang menyebutkan kata-kata “yah pura Tarumayam namna Sri Purnnavarmma”.

Ini mirip dengan sraddha untuk Ratu Sri Tribuwana Tunggadewi yang dilakukan oleh Hayam Wuruk setelah 12 tahun kewafatannya. Begitu juga Prabu Siliwangi yang juga dibuat upacara sraddha setelah 12 tahun kewafatannya oleh putranya, Prabu Surawisesa Jayengrana yaitu pada 1533. Prasasti Batutulis di Bogor menjadi bukti tinggalan sejarah peristiwa sraddha tersebut.

Prasasti Ciaruteun

Prasasti Dan Sejarah Masa Kini

Tidak selamanya prasasti yang ditemukan terkait dengan tanda kebesaran atau batas wilayah. Namun, ada juga prasasti yang ternyata hanya merupakan bukti bahwa di tempat tersebut pernah dilakukan upacara sraddha. Meski demikian, tempat itu kemudian menjadi daerah yang ditinggali. Bahkan, berkembang menjadi suatu pemukiman yang cukup padat.

Meskipun dalam prasasti tidak secara lengkap menyebutkan sesuatu peristiwa sejarah tertentu. Namun dengan menyebut nama seseorang atau nama suatu tempat atau kerajaan, itu cukup sebagai penanda, bahwa lokasi dimana prasasti itu berada pernah menjadi tempat upacara sraddha. Konsekuensinya, pastilah tempat itu memiliki kedudukan tersendiri bagi pihak yang melaksanakannya.

Bahkan, untuk di beberapa upacara sraddha tertentu, lokasi yang dipilih adalah ibukota kerajaan sendiri. Atau, suatu lokasi lain yang kedudukannya dianggap sakral oleh penguasa kerajaan setelahnya. Ini terjadi dengan upacara sraddha yang biasanya dilaksanakan oleh raja-raja Majapahit.

Terkait hal ini, Brumund lagi-lagi berspekulasi, bahwa dulunya kawasan Pasirmuhara itu ditempati oleh penduduk. Namun karena faktor tertentu – seperti gempa bumi, gunung meletus atau peperangan – merek kemudian meninggalkan lokasi itu. Lokasi yang lama ditinggalkan kemudian berubah menjadi hutan lebat.

Prasasti Ciaruteun

“Op den landtong, tusschen twee rivieren daarvoor zeer goed gelegen, moet in vroegeren tijd eene belangrijke dorpsbevolking hebben zamen gewoond, later verdwenen, verhuisd of verjaagd, toen de omtrek weêr woest en verlaten werd, en zich allengkens ‘met een diet bosch overdekte’.”

Dari upacara sraddha tersebut di atas, dipastikan bahwa yang membuat Prasasti Ciaruteun, Prasasti Kebon Kopi dan Prasasti Pasirmuhara adalah penerus dari Raja Purnawarman. Bila Purnawarman meninggal pada 434 Masehi, maka upacara sraddha dilakukan 12 tahun setelahnya dan pembuatan prasasti itu diperkirakan pada 446 Masehi.

Raja Tarumanegara pengganti Purnawarman itu tidak lain adalah Sri Maharaja Wisnuwarman Iswaradigwijaya Tunggal Jagatpati alias Sang Puramdarasitah yang memerintah selama 21 tahun (434-455). Hingga tahun 669 Masehi, Kerajaan Tarumanegara masih berdiri. Silih berganti raja-raja Tarumanegara memerintah selama 306 tahun lamanya (363-669). Bisa dipastikan, suatu kerajaan yang berdiri cukup lama itu melambangkan bahwa kondisinya terbilang relatif sejahtera.[*]


Catatan:
*) Tulisan ini berasal dari Catatan Perjalanan yang dilakukan pada Minggu, 31 Maret 2024 ke kawasan yang dulunya masuk ke dalam Land Koeripan dan kemudian masuk ke dalam Land Panyawungan (Leuwiliang).
**) Penulis merupakan Direktur dan Pengulik pada Pusat Kajian Manuskrip Islam dan Filologi (The Centre for the Study of the Islamic Manuscripts and Philology) Ambon, Maluku.

IKUTI BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS

 


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Previous page 1 2 3 4

Berita Serupa

Back to top button