Oleh : M. Suhfi Majid (warga Bogor, asal Ambon)
Senin, 2 Agustus 2021. Duka menyelimuti Seram Bagian Barat (SBB). Ratusan ribu mata sembab melepas kepergian sang pemimpin, Haji Muhamad Yasin Payapo, Bupati SBB. Bagi siapapun yang mendengar kabar wafatnya almarhum, duka dan sesak menyelimuti. Saya tak dapat datang melayat, memberikan penghormatan terakhir. Atau menghantarkan beliau ke tempat istirahat karena jarak dan pemberlakukan PPKM Level 4. Namun, seperti warga SBB yang mendapat kabar ini, tak kuasa menahan haru.
Menyapa pribadi dengan panggilan akrab, saya memanggil beliau Meme. Meme Yasin. Atau Meme Haji Yasin. Ibu saya juga mewanti itu ketika kami dilantik bersama pada 16 September 2014 sebagai anggota DPRD Propinsi Maluku. Saya ingat, beberapa hari setelah pelantikan, kami bertemu di kantor DPRD Karpan. Saling bersapa dan saling berpelukan hangat. “Alhamdulillah, bisa sama-sama di DPRD, Meme Haji”. Almarhum terbahak mendengar panggilan tersebut.
Bisa saja itu panggilan yang membuatnya tergelitik. Karena saat mengundang rapat di Komisi D DPRD Maluku ketika beliau menjadi Ketua LPMP, kami senantiasa bersapa dengan panggilan formal. Tidak pernah mendengar kata Meme. Hingga hari itu, beberapa waktu setelah pelantikan, almarhum mendengar kata Meme Haji. “Mama di Luhu yang bilang beta untuk sapa begitu”, jawab saya merespon tawa beliau. Seperti biasa, dengan suara lembut dan pelan beliau merespon. “Wera (=begitu) Pak Suhfi”. Tawa kami pecah.
Pemilu 2014 adalah sejarah. Untuk kali pertama, Negeri Luhu mengirimkan dua anak negerinya ke Karang Panjang. Saya dan beliau mewakili Dapil SBB, dari 5 kursi yang diperebutkan. Selama itu pula kami sering komunikasi dalam menjalani hari – hari di Karang Panjang.
‘Pertarungan’ saya dengan Almarhum bermula pada Pilkada 2017. Beliau maju sebagai calon Bupati dan Saya maju sebagai calon wakil Bupati. Saya rasakan betul suasana kebathinan yang terjadi dengan munculnya dua matahari di negeri. Dari satu negeri, Negeri Luhu. Pertarungan Pilkada merupakan panggung kontestasi untuk memilih pemimpin. Fakta empiris tak dapat dielakkan. Negeri Luhu, petuanan dan Sebagian masyarakat SBB berharap nakhodah SBB dibawah kepemimpinan beliau. Beliau memenangkan tarung pilkada tersebut. Beliau dilantik. Saya memberi ucapan selamat.
Sejak beliau memimpin SBB, kami jarang bertemu. Namun, itu tidak mengurangi makna silaturahim yang terbangun. Pada momen pernikahan di Negeri Asilulu, kami berdua semeja. Ketika anaknya menikah di kediaman beliau di Galunggung, saya hadir. Resepsi di Gedung Asari, saya dan isteri juga datang.
Saya ingat, Ketika saya dan isteri akan berangkat menunaikan ibadah haji pada 2017, dua anak beliau datang ke rumah. Melepas dan mendoakan kepergian kami. “Papa seng bisa datang, papa bilang katong dua datang”, Iqbal (anggota DPRD Maluku), putra beliau menyampaikan pesan waktu itu. Di Embarkasi Makasar saat akan terbang ke Jeddah, kami saling sapa akrab. Maka, wafatnya Meme Yasin, menjadi duka yang amat mendalam.
Banyak ungkap duka cita mengalir. Bendera setengah tiang berkibar sedih. Pertanda, sosok Meme Yasin dicintai oleh warga SBB. Meninggalnya beliau yang mendadak dan cepat, adalah takdir. Namun menjadi kabar yang amat menyesakkan. Ujung perjalanan hidup tak seorangpun yang dapat perkirakan. Ia adalah rahasia di genggaman-Nya.
Saya menelepon beberapa kerabat yang membersamai beliau di pagi Ahad (1/8) kemarin. Mereka menyaksikan, wafatnya Meme Yasin dalam keadaan tenang. Ini adalah wafat yang sempurna. Insa Allah husnul khotimah.
Ada banyak jejak pengabdian berserak di SBB yang menjadi tanda perubahan karena kuasa beliau. Jika didaftar, angkanya panjang dan berderet. Di publik, ekspektasi bagi pemimpin selalu dituntut sempurna. Namun tentu saja ada batas yang menyebabkan ekspektasi itu tak semuanya dapat terjawab. Namun, tak seorangpun yang membantah, jika ada perubahan – perubahan signifikan yang belia tinggalkan sebagai legacy/warisan kepada masyarakat dan Saka Mese.
Perginya Meme Yasin, Sang Pemimpin Saka Mese adalah duka Bersama. Tak henti doa terputus kepada beliau, semoga Allah angkat derajat beliau, memasukannya ke Syurga-Nya atas seluruh pengorbanan, pengabdian dan kebaikan beliau selama 4 (empat) tahun memahat karya. Ia akan terkenang tidak hanya dalam fikiran, tapi juga hati dan jiwa. (*)
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi