PendapatPendidikan & Kesehatan

Mahasiswa “Pekerja Bangunan”

PENDAPAT

Oleh: Stevin Melay (Ketua Program Studi Pendidikan Biologi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Univeritas Pattimura)


Pagi tadi Beta melakukan kegiatan olah raga rutin dengan rute rumah dan seputaran Jembatan Merah Putih. Enam ribu langkah merupakan target yang harus dicapai. Beta berjalan sambil sesekali berlari kecil dengan mengatur pernapasan agar terlihat seperti atlit andalan Nasional yang lagi dikirim mengikuti Olimpiade Tokyo.

Ketika berjarak kurang lebih 100 meter untuk tiba di ujung jembatan arah Poka Rumah Tiga, beta berpapasan dengan tiga orang Laki-laki Kabaresi dari Bumi Nusa ini. Salah satu dari mereka masih terhitung sepupu beta dari garis keturunan mama. Namanya Berthy Pelmelay (Menggunakan Tas Cokelat). Sedangkan laki-laki berbadan mungil berkaos olah raga benaran namanya Johan Suripaty dari Negeri Kaibobo dan satunya lagi namanya Febri Sapiah asal Negeri Kamarian.

Sebagai kakak, ketika bertemu adiknya, wajib menanyakan kabar dan tujuan kemana dia. Berthy menjawab kalau mereka mau ke lokasi pembangunan Kantor Polda Maluku di bilangan Tantui untuk bekerja.

Mendengar jawab Berthy, beta lalu melanjutkan olah raga dan merekapun melanjutkan perjalanan. Setelah kami berjarak kurang lebih 30 meter, tiba-tiba rasa penasaran muncul di kepala, dan secara spontan beta membalikan badan dan berteriak Berthy….. Sontak dia juga membalikkan badannya dan menjawab, “ya kaka.” Dengan melambaikan tangan, beta memintanya ke arah beta. Berthy kemudian berlari kecil menemui beta untuk menanyakan maksud memanggilnya.

Tujuan beta memanggil Berthy untuk mengetahui apa benar jawabannya tadi, soal mereka menjadi pekerja di bangunan Polda yang baru. Guna menjawab rasa penasaran, beta memutuskan untuk berbalik arah dan berjalan bersama mereka sambil mendengar jawaban-jawaban mereka dari beberapa pertanyaan yang beta ajukan. Mulai dari menanyakan nama kedua sahabat Berthy, asal dan juga aktivitas perkuliahan mereka. Kebetulan Johan dan Febri adalah sahabat kuliahnya Berthy di Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Penjaskesrek) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidika (FKIP) Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon.

Mereka bertiga seangkatan masuk kuliah di tahun 2017. Karena persahabatan itulah mengantarkan mereka bertiga berada di satu pemondokan alias sekamar bersama, di daerah Zipur, kawasan Rumah Tiga, dengan harga kosannya Rp.425 ribu per bulannya.

Kata Berthy, “kaka katong sudah tiga hari bekerja di proyek Polda Maluku. Ada satu kaka yang bawa alat berat di sana, dan dia ajak katong bekerja dengan upah Rp.125 ribu per hari. Katong tiga pung bagian itu biking selokan atau sistem drainasenya”.

Ketika beta tanya kerja berapa lama nanti Ade? Jawabnya, “mungkin lebih dari 10 hari kaka”. Beta lalu bertanya seputar kondisi terkahir studi mereka. Berthy saat ini lagi menunggu jadwal seminar proposalnya. Kalau Johan sementara merampungkan penulisan skripsinya, sedangkan Febri baru mau menyusun rancangan proposal untuk diajukan persetujuan dari Program Studi.

Melihat semangat mereka, beta jadi sangat terharu. Apalagi ketika beta mengajak mereka foto bersama dan secara spontan Febri mengatakan, “katong foto bagini lalu tiba-tiba foto deng nama muncul untuk dapat beasiswa apa bagitu, oh pung senang apa jua”.

Sontak beta menanyakan emang kalian tidak dapat Beasiswa? Febri lalu menjawab, “Pak beta dolo nama ada, tapi entah mengapa digantikan. Sehingga selama kuliah beta seng pernah dapat.” Johan dan Berthy juga menjawab mereka tidak mendapat beasiswa. Oh Tuhan, begitu apesnya nasib kalian tidak bisa menikmati fasilitas yang negara sudah siapkan.

Sekitar 20 menit kami berjalan dan tak terasa sudah tiba di ujung JMP. Beta lalu memberi semangat buat Berthy, Johan dan Febri untuk menikmati pekerjaan mereka, dan juga harus konsen ke studi biar cepat selesai.

Sebelum berpisah beta menitipkan ke adik Berthy Rp.30 ribu, yang kebetulan beta bawa untuk membeli minuman namun tidak sempat. Beta bilang buat mereka bertiga, “jangan marah kaka tadi cuman bawa Rp30 ribu. Jadi ini pakai beli air mineral untuk minum selama bekerja.” Dengan mengucapkan terima kasih kami berempat lalu berpisah.

Jujur, Beta bangga par dong tiga sekali e. Lebih khusus buat beta pung ade laki-laki Berthy yang luar biasa semangatnya. Biar kaka-kaka pegawai deng pung kelapa, cokelat sama cengkeh banyak lai, mar tetap cari jalan untuk memenuhi kebutuhannya dengan menjadi pekerja kasar.

Kaka berdoa semoga dong tiga diberikan kesehatan dan keselamatan selama bekerja sebagai “PEKERJA BANGUNAN”. Jangan lupa syukuri apapun yang dilakukan dan didapatkan, “Karena kesuksesan itu bukan milik orang2 kaya dan pintar saja, tapi milik orang-orang yang mau melangkah dan bekerja keras”.

Sekian dan terima kasih,-

 


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Berita Serupa

Back to top button