LingkunganMaluku

Krisis Iklim di Pulau Haruku: Pohon Emas Kini Berbuah Cemas

Cengkih tak lagi rutin berbuah sejak 2019. Petani bingung–menerka cuaca yang terus berubah-ubah akibat krisis iklim.

potretmaluku.id – Cliff Kissya tampak ngos-ngosan saat melalui jalan menanjak. Pria berbadan gempal ini terpaksa beristirahat sejenak.

Dari perbukitan tempat ia berdiri itu, terlihat hamparan tegakan pohon cengkih–dahan dan daun tampak mengering. Sepintas lalu seakan tak terawat. Itu perkebunan miliknya di Negeri Haruku, Kecamatan Pulau Haruku, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku.

“Daun dan dahan yang mengering itu, dipengaruhi cuaca berubah tak menentu. Sejak 2019 cengkih sudah jarang berbuah lagi,” ungkap Cliff kepada potretmaluku.id, Selasa (2/4/2024).

“Bisa dibilang kita gagal panen lah.”

Cliff mengeluhkan intensitas musim kemarau yang panjang. Kemudian cuaca yang sudah sulit diterka. Kadang hujan lebih banyak ketimbang kemarau, maupun sebaliknya.

Semenjak saat itu, lelaki 50 tahun ini mencari sumber pendapatan baru. Dia memanfaatkan pekarangan samping rumahnya, membudidayakan bibit cengkeh dan pala. Cengkih yang disemai khusus yaitu varieties zanzibar dan tuni.

Anakan Myristica fragrans dan Syzygium aromaticum, nama latin dua rempah tersebut, dipasarkan hingga ke wilayah lain di Maluku. Hasil penjualannya disisakan sebagian untuk membayar uang semester kuliah anaknya.

“Awalnya sempat susah sekali saat cengkih jarang berbuah,” ujarnya.

krisis iklim
Petani cengkih Negeri Haruku, Cliff Kissya.(Foto: M.J. Barends/potretmaluku.id)

Beda lagi cerita Pieter Lappy. Dia kini fokus bertani pisang dan menanam pala. Pasalnya, dari 100 pohon cengkih miliknya, 60 di antaranya, daun dan dahannya kering. Dia memang masih sering ke kebun, sekadar membersihkan lahan, namun tak rutin lagi memanen.

“Sudah tidak panen lagi, pohon cengkih hampir kering semuanya. Makanya saat ini saya fokus tanam pisang dan menjadi juri mudi speedboat,” ujarnya, Rabu (3/4/2024).

Pieter mengaku, sebelum terdampak krisis iklim, cengkih mentah saat sekali panen mencapai 50 karung. Kini keluar berbuah pun sedikit sekali.

“Tidak banyak, kebanyakan gugur. Hasil panen juga merosot tajam, sekarang sekali panen hanya 5 karung,” ujarnya.

Pieter tak menafikan cengkeh bagi mereka adalah ‘pohon emas’. Hidup di pulau kecil, sumber pendapatan yang besar cuman dari hasil panen cengkih. Harapan itu pun kian sirna.

Gugur Sebelum Berbuah

Suara Hetharia Adolof meninggi. Saat menjelaskan soal cengkih di kebunnnya yang terus berguguran. Memanfaatkan jari telunjuk, lelaki 65 tahun ini, menunjukkan panjang tunas cengkeh yang gugur sebelum mengeluarkan bunga.

“Kalau hujan terus menerus, yah tunas cengkeh sepanjang setengah sentimeter akan patah dari gagang. Kemudian gugur sendiri,” ungkapnya.


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

1 2 3 4Next page

Berita Serupa

Back to top button