Oleh: Elifas Tomix Maspaitella (Pemerhati Sosial)
Kita sering kedapatan lemah, apalagi “kalu ada deng masalah ka deng sakitang” (=bila ada masalah atau suatu penyakit/sakit). “Pokonya kalu su bagitu, pikirang kalalerang paskali” (=pokoknya dalam keadaan itu pikirannya kesana kemari). “Inging kal’ boleh akang capat abis/capat bae” (=inginnya kalau boleh cepat selesai/sembuh). “Pokonya upaya sagala rupa” (=pokoknya segala upaya ditempuh).
Jadi jika ada yang “datang tawar diri, sio e, pung sanang apa lai” (=datang dan menawarkan diri untuk membantu, sukacitanya luar biasa). “Apalai macang sakitang lama yang taong makang taong tar bae-bae” (=apalagi ada dengan sakit menahun tidak kunjung sembuh), sukacita itu “su tar bisa bilang lai” (=tidak terkatakan).
“Konci dari samua tuh ada dua” (=kunci dari semua itu ada dua).
Satu: “upaya deng sungguh” (=berusaha dengan sungguh) “tagal seng bisa dudu harap apa datang” (=tidak bisa hanya duduk mengharapkan apa yang datang). “Nimat Tuhan datanglah, mar katong musti unju ada upaya” (=karunia dari Tuhan pasti datang tetapi harus ada upaya). “Musti ada keinginan dar’ dalang, itu tanda ale seng ilang harap” (=harus ada keinginan dari dalam sebagai tanda anda tidak hilang pengharapan). “Kalu seng, brarti ale kalah dari masalah” (=jika tidak berarti anda kalah oleh masalahmu). “Jang rasa diri kacil ka rasa beban tuh akang barat, upaya sadiki” (=jangan menganggap diri kita tidak mampu atau beban itu berat, berusahalah).
Dua: “kas’ kuat hati” (=kuatkan hatimu). Dalam upaya tadi, “musti kas’ kuat hati” (=harus kuatkan hati). “Kas’ kuat hati” ini adalah dorongan hati dari dalam sebagai tanda “samangat bagus/seng putus harap” (=semangat bagus/tidak hilang pengharapan). “Itu iman tuh sudah” (=itu yang disebut iman).
Jadi dalam apa yang diupayakan, “kas’ kuat hati” itu tanda “siap tarima nimat apalah dari yang El-hak” (=siap menerima segala pemberian Tuhan), “mar kalu Antua su biking tuh tau bae sa” (=tetapi jika Ia telah melakukannya tentu itu baik). Jadi musti “kas’ kuat hati“, sebab sekaligus mengajari kita “tau angka syukur” (=mengucap syukur), “seng pasapua deng keadaan” (=tidak berleha dengan keadaan yang terjadi).
Jadi “mau tarima apapa yang bae tuh jua musti kas’ kuat hati” (=bila hendak menerima sesuatu yang baik/pemulihan, harus juga menguatkan hati) karena “akang seng datang bagitu-bagitu sa” (=hal itu tidak datang dengan sendirinya), “akang jadi jua bukang par bagitu-bagitu sa” (=terjadinya pun bukan untuk hal yang biasa saja), “akang datang tagal katong su upaya lama” (=itu terjadi karena kita sudah lama berupaya) dan “akang jadi supaya katong parcaya par yang El-hak” (=terjadi agar kita percaya kepada Dia yang berhak memberi dari kuasaNya).
“Kas’ kuat hati! kalu Antua mau ale bae par oras nih, bae” (=kuatkan hatimu! Jika Tuhan mau anda sembuh/pulih hari ini, sembuh/pulih).
Kamis, 22 Juli 2021
Pastori Ketua Sinode GPM Jln Kapitang Telukabessy-Ambon
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi