Kutikata

Jang Talingang Tipis Talalu

KUTIKATA

Oleh: Elifas Tomix Maspaitella (Pemerhati Sosial)


Seng samua orang tuh salah” (=tidak semua orang bersalah), “jadi jang dengar stengah-stengah” (=jadi jangan mendengar informasi yang tidak utuh), “deng jang mau dapa hasut” (=jangan mau dihasut).

Di dunya nih banya orang tar suka dia pung sudara sandiri” (=di dunia ini banyak orang yang tidak senang/benci dengan saudaranya sendiri), “lalu tusu mulu sasabarang” (=lalu memberi informasi yang salah), “supaya sudara tuh dapa susah” (=agar saudara itu susah).

Lalu kalu tuan-tuan dosi dong tuh tarima mantah-mantah, tar brapa lama smua orang dapa loko” (=dan jika para pembesar itu percaya begitu saja, semua orang bisa ditangkap). “Yang bagini-bagini nih yang dunya mau kaco” (=cara seperti ini yang membuat kekacauan).

Kalu ada tar sanang sa’orang, la tusu mulu sasabarang, mo orang dapa loko tar brenti” (=jika tidak suka seseorang, lalu melaporkan hal yang tidak benar, maka banyak orang ditangkap).

Jadi yang tar boleh katong biking tuh” (=jadi yang tidak boleh kita lakukan itu:)

Satu: “jang suka tusu mulu sasabarang” (=jangan suka memfitnah/melaporkan hal yang tidak benar). Jika anda “piara kalakuang ini” (=berperilaku seperti ini) itu sama saja “ale suka cari hal dengan semua orang” (=anda suka cari masalah dengan semua orang).

Dua: “jang talingang tipis” (=jangan telinga tipis). Ini ungkapan yang menerangkan ada orang yang tidak menyaring informasi, lalu langsung percaya. Malah tidak konsisten karena “sapa yang bisi-bisi laste, itu yang dia dengar” (=siapa yang terakhir membisiki, itu yang didengar).

Tiga: “jang asal loko, tagal seng samua tuh salah” (=jangan main tangkap, karena tidak semua orang salah). “Coba skali-skali dengar dong lai” (=sesekali, dengarlah juga apa kata mereka).

Ampa: “kalu batul, jang takotang” (=jika anda benar, jangan takut). Sebab “yang panaku tuh kalu memang ada salah” (=si penakut itu ada karena dia bersalah), “mar kalu ale batul, mau takotang apa?” (=tetapi jika anda benar, apa yang mau ditakuti?).

Lima: “jang dudu dengar orang kewel tar maso akal” (=jangan mendengar orang yang suka bicara tak karuan). “Itu tuh story sampe mulu babusa lai mar sondor saleter lai yang batul” (=orang itu, biar bicara sampai mulut berbusa pun tidak satu pun yang benar). “Pung jago bakarang e” (=orang itu sangat hebat mengarang cerita), “mar lima puluh sen tabala dua lai, jang taru parcaya paskali” (=tetapi sekeping uang dibagi dua pun, jangan pernah memercayainya).

Anam: “katong biking bae, tetap ada yang tar suka” (=kita melakukan hal yang baik pun tetap ada orang yang tidak menyukainya). Tetapi “biking sa” (=lakukanlah) karena “akang seng jatuh tanah” (=kebaikanmu itu tidak sia-sia). “Kalu ada yang tar sanang, itu dia pung hal” (=bila ada yang tidak suka, itu urusannya), “mar ale, jang stop biking bae” (=tetapi anda, jangan berhenti melakukan hal yang baik). “Biking sa, nanti jua dia palasi” (=lakukanlah saja, nanti juga orang itu bertobat/menyesal) “su basangaka sabarang” (=sudah berburuk sangka).

Rabu, 14 Juli 2021
Pastori Ketua Sinode GPM Jln Kapitang Telukabessy-Ambon


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Berita Serupa

Lihat Juga
Close
Back to top button