Telusur Sejarah

Perayaan 40 Tahun Pemerintahan Ratu Wilhelmina (1898-1938), Babo Jadi Kota Modern di Belantara Papua*)

Catatan Perjalanan (Bagian 1)

Mengenal Topografi dan Demografi Babo pada 1935

Semua perkembangan yang terjadi di Babo pada tahun 1935 itu, tentu saja tidak lepas dari peran Dr. A.H. Colijn dan dua orang temannya yang dikenal sebagai ahli geologi dan perminyakan. Temuan mereka akan sumber cadangan minyak dan emas di Tanah Papua, mendorong mereka menempatkan pangkalannya di Babo. Pertimbangannya, Sungai Kasira yang besar dan berada di tengah-tengah antara Jef Lio, Kasim, Wasian, Klamono dan Wisselmeren adalah lokasi strategis.

Sejak saat itu, ratusan bahkan ribuan orang dari luar Papua pun didatangkan ke Babo. Mereka terdiri dari orang kulit putih (Belanda), China, Jawa, Ambon, Manado, Batak dan Dayak. Secara khusus, Dr. Colijn memang membawa beberapa orang Dayak untuk membantu tim survei mereka di Tanah Papua. Oleh sebab itu tidak mengherankan bila saat perayaan 40 tahun pemerintahan Ratu Wilhelmina, aneka suku bangsa berjubel di Babo.

Baca JugaKunjungi Lokus Perang Wamsisil di Saparua, Menguak Sosok Misterius Pattimura

Sedangkan orang asli Papua, yang berasal dari suku-suku sekitar, baru belakangan bergabung dalam proyek NNGPM tersebut. Perubahan tradisi dari mengayau menjadi pekerja, telah merubah pola hidup suku-suku asli Papua. Selama berbulan-bulan, mereka membantu “tuan merah” (sebutan untuk Belanda di Babo). Pekerjaan kasar mulai dari menarik pepohonan di sungai dan membawa barang-barang proyek adalah tugas mereka.

Secara bertahap terjadi perubahan yang cepat terhadap suku-suku asli Papua ini. Sekarang, mereka mulai mengenal mata uang. Dengan mata uang itu, mereka berbelanja di kios-kios yang ada di Babo. Mereka heran, benda mungil yang mereka pegang, dapat ditukar atau dibelanjakan dengan barang-barang yang kadang baru pertama mereka lihat seumur hidup. Untuk diketahui, pada saat itu, di Babo telah ada pasar atau kios.

Di beberapa lokasi yang terbilang dataran tinggi atau bukit, dibangun perumahan dan perkantoran untuk pengurus dan pekerja NNGPM. Bagi tenaga kuli pribumi, lokasinya terpisah dengan lokasi perumahan pekerja asing. Begitu juga untuk orang-orang yang masih bujang, berbeda lokasinya. Sebuah rumah sakit didirikan di dekat komplek perumahan pekerja asing tersebut, lokasinya di dekat landasan udara (aviation ground).

Baca Juga: Hikayat Tanah Hitu dan Kewafatan Mihirjiguna

Lokasi pemerintahan juga dipisahkan dengan lokasi proyek NNGPM. Sebagaimana halnya di tempat lainnya, Belanda biasanya membangun pusat pemerintahan secara terpusat atau dalam satu kawasan. Oleh sebab itu, tidak mengherankan pula bila di Babo juga dibuat seperti itu. Rumah sekaligus kantor pejabat pemerintah (een bestuurkantoor), rumah obat (een polikliniek) dan rumah mantri (mantriwoning), rumah kepala polisi (hoofd van politie woning) selalu berada dalam satu kawasan.

Media Hiburan Penduduk Babo Tahun 1935

Selain perayaan dan festival tahunan, saat itu di Babo juga ada hiburan mingguan. Sebuah bioskop memutar film tiap minggu sekali. Dalam peta yang dibuat oleh intelijen Amerika, bioskop itu disebut sebagai gedung club house.

Dengan adanya listrik yang stabil, Babo menjadi kota di tengah belantara Papua yang dapat menikmati hiburan setiap minggu. Stasiun radio juga sudah tersambung dengan Batavia (Jakarta) dan Ambon.

Baca JugaMengenal Negara Curacao Unikameral, Tempat Asal Suami Kopral Costavina “Cosje” Ayal

Untuk hiburan lainnya, beberapa surat kabar sudah masuk dan menjadi bacaan penduduk Babo. Salah satunya adalah surat kabar mingguan berbahasa Jawa, yaitu Panjebar Semangat yang diterbitkan di Bubutan, Surabaya tiap hari Sabtu (weekblad basa Jawa adhedhasar kebangsan diwetokake saben Dina Sabtoe). Surat kabar ini banyak dibaca oleh pekerja proyek NNGPM di Babo yang berasal dari Jawa.

Biasanya surat kabar ini memuat ucapan dan tali kasih antara pekerja proyek di Babo untuk keluarga mereka di Jawa, khususnya Surabaya. Dengan adanya kapal motor yang rutin melayani pelayaran dari Jawa, Makassar, Ambon dan Babo, maka sirkulasi surat kabar ini nyaris tiba tepat waktu. Ataupun bila terlambat, hanya satu minggu saja setelah terbit.

Ucapan selamat hari Raya, merupakan salah satu yang biasa dimuat dalam surat kabar Panjebar Semangat. Sesuai namanya, surat kabar ini memang seolah menjadi penyebar semangat bagi orang-orang yang berbeda atau dipisahkan oleh lokasi yang berjauhan. Contohnya, antara anggota keluarga yang di Babo dengan keluarga yang di Surabaya.

ezgif.com gif maker 2022 11 15T232032.332
Salah satu masjid di Boba saat ini.(Foto: Dok. Penulis)

Bagi mereka yang beragama Islam, hidup di Babo tidak akan merasa kesulitan. Sebab, saat itu, banyak suku-suku asli Papua yang sudah beragama Islam di Babo dan sekitarnya. Sebut saja marga Fimbay, Manuama dan Fiawe. Apalagi, banyak juga keturunan Arab asal Ambon yang telah menetap di Babo, seperti Alkatiri. Keberadaan masjid juga sudah ada, termasuk gereja dengan pastorinya.

Misalnya Sutardji, karyawan NNGPM asal Surabaya yang ditempatkan di Wasian, Babo itu menyampaikan ucapan selamat hari raya. “Ngaturaken sadaja kalepatan ing dinten Ariadi. Lan njoewoen goeng ing pangaksama.” (Menyampaikan semua permohonan maaf atas kesalahan pada Hari Raya ini. Dan mohon dimaafkan).

Begitu juga Soebardi, menyampaikan ucapan yang sama. Untuk ucapan Soebardi, tidak dituliskan lagi dalam surat kabar itu melainkan disingkat dengan Pf. Pr. 1 Syawal 1867. Itu artinya bahwa jenis dan bentuk ucapan yang ingin disampaikan melalui Panjebar Semangat itu sama dengan ucapan sebelumnya dari Sutardji.
Sedangkan untuk orang asing (Eropa), selain ada golf, badminton juga hoki. Bahkan, kaum perempuan Eropa memiliki hobi baru menjadi botanis amatiran. Diantar penduduk lokal, mereka mencari anggrek hutan yang indah dan menarik hati. Banyak tanaman endemik di Babo, termasuk buah merah dan tanaman lain yang langka.[]


Catatan:
*) Selesai ditulis di Arfai, Manokwari (Papua Barat) pada Kamis, 10 November 2022 pkl. 04:24 WIT menjelang Shubuh.
**) Penulis merupakan Ikon Prestasi Pancasila 2021 Katagori Sosial Enterpreneur dan Kemanusiaan yang juga Pembina Nasional Forum Mahasiswa Studi Agama-Agama se-Indonesia (FORMASAAI). Domisili di Manokwari, Papua Barat.

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Previous page 1 2

Berita Serupa

Back to top button