MusikPendapat

Slank, Bob Marley For Injustice

PENDAPAT

Oleh: Dr. M.J. Latuconsina (Pemerhati Sosial, Politik dan Ekonomi, tinggal di Ambon)


Masih teringat dalam memory kita, tatkala di tahun 1990an grup band Slank begitu populer, dengan genre musiknya rock dan blues. Mereka para anak muda era 1990-an sangat akrab dengan grup band ini. Pasalnya lagu-lagunya sesuai dengan konteks protes sosial kala itu.

Hal menarik dari grup band ini,  yakni gaya mereka yang khas, cool, cuek, slengean, tapi bersahabat. Sehingga  para anak muda era itu menyukai grub band ini, bahkan tidak sedikit yang meniru gaya mereka.

Tembang-tembang Slank yang populer saai itu, antara lain: Suit-Suit….He..He..(Gadis Sexy) (1990), Kampungan (1991), Piss (1993),  Generasi Biru (1994), Minoritas (1996), Lagi Sedih (1996), Tujuh (1997), Mata Hati Reformasi (1998), 999+09 (1999).

Dalam awal perjalanan karier grub band ini, setelah berulang kali ditolak, akhirnya pada tahun 1990 demonya diterima dan mulai rekaman debut album Suit-Suit….He..He..(Gadis Sexy).

Album yang menampilkan tembang Memang dan Maafkan itu meledak di pasaran sehingga mereka diganjar BASF Award, untuk kategori pendatang baru terbaik.

Album itu juga seakan menampar industri musik Indonesia yang kala itu masih gencarnya lagu melayu seperti tembang Issabella milik Search. Musik padu-padan rock and roll blues a la Slank akhirnya dekat dengan anak muda di Indonesia.

Di tengah popularitas Slank itu, mereka dirundung masalah, dimana ada diantara mereka yang tak hanya menyukai minuman alkohol, namun mereka juga menyukai narkoba yakni, ganja dan heroin.

Kesukaan personil grup band ini pada ganja, lantas membuat anak-anak muda kala itu, menyamakannya dengan  Robert Nesta Marley (1945-1981), yang populer disapa Bob Marley, seorang penyanyi reggae berkebangsaan Jamaika.

Pasalnya, semasa karirnya Bob Marley doyan mengisap ganja. Bahkan  dalam banyak foto dan rekaman, dia nampak menjepit segulung ganja di antara jemari tangannya.

slank
Group Slank saat Ulang Tahun ke-38.(Foto: Slank.com)

***

Saat masih kuliah di tahun 1995 dulu, saya menyukai grup band Slank. Hal ini dikarenakan, tembang-tembanya sesuai dengan konteks protes sosial saat itu.

Sejumlah kasetnya pun saya hunting, dan diputar berulang-ulang kali, pada tape compo yang saat itu masih kebanyakan digunakan, untuk memutar kaset.

Tak hanya grup band Slank yang saya sukai, tapi saya juga menyukai Bob Marley dengan tembang-tembang reggaenya. Bahkan  baju kaos yang bergambar Bob Marley, yang dihiasi daun ganja saya sempat mengenakannya.

Lagu-lagu Bob Marley

Era 1995 merupakan era para mahasiswa, yang anti rezim otoritarian. Tak hanya buku-buku yang memiliki konten perlawanan yang bernuansa Islam seperti pemikiran: Imam Khomeni, Ali Syariati, dan Hassan al-Banna,  Marxisme,  Sosialisme seperti pemikiran ; Marx, Engels, Che Guavera, Fidel Casto, dan Mao Tse Tung digandrungi para mahasiswa.

Tapi juga musik yang bernuansa perlawanan, sangat disukai para mahasiswa. Salah satunya, saya menyukai tembang-tembang Bob Marley, yang bernuansa perlawanan terhadap ketidakadilan (injustice).

Tembang-tembangnya itu, antara lain ;

  1. Get Up, Stand Up

Dengan liriknya, “Get up, stand up, stand up for your rights”, lagu ini menjadi semacam manifesto perlawanan Bob Marley. Lagu yang diciptakan bersama oleh Bob Marley dan Peter Tosh pada tahun 1973 ini merupakan seruan perlawanan.

Sejatinya, lagu ini bukan hanya panggilan bagi rakyat kulit hitam untuk melawan rasisme, tetapi juga seruan kepada rakyat tertindas di mana saja untuk bangkit merebut hak-haknya.

2. Redemption Song

Lagu “Redemption Song” adalah salah satu masterpiece Bob Marley jelang tutup usia. Lagu ini dibuat tahun 1980, sedangkan Bob meninggal dunia tahun 1981.

Sebagian lirik lagu ini diambil dari pidato Bapak pembebasan Afrika, Marcus Garvey: “Emancipate yourselves from mental slavery/ None but ourselves can free our mind.”  Itu seruan Garvey untuk rakyat Afrika, agar mereka membebaskan diri dari segala bentuk belenggu perbudakan.

Tidak hanya secara fisik, tetapi juga mentalitas. Lagu ini sarat perlawanan. Sampai-sampai Bono, vokalis U2, mengaku sering membawakan lagu ini saat bertemu dengan politikus, Perdana Menteri atau Presiden. “Lagu ini mengingatkan bahwa setiap perjuangan kebebasan membutuhkan pengorbanan,” kata Bono.

3. War

Lagu “War” muncul di album Rastaman Vibration tahun 1976. Lagu-lagu ini benar-benar filosofis dan politis. Tidak hanya itu, lagu ini terang-terangan menembak langsung diskriminasi rasial, kolonialisme dan imperialisme.

Sebagian lirik lagu ini diambil dari pidato pemimpin Ethiopia, Haile Selassie, di Sidang Umum PBB tahun 1963. Saat itu Haile Selassie mengutuk agresi Italia terhadap negerinya. Dalam banyak hal, Bob memang mengagumi pemimpin Ethiopia itu.

Bait pertama langsung melabrak superioritas ras, yang membuat dunia terbagi antara bangsa superior dan bangsa inferior. Lagu ini juga mengutuk rezim-rezim boneka yang memperbudak sebangsanya di Angola dan Mozambik–keduanya di bawah penjajahan Portugis.

4. Africa Unite

Bob Marley sangat dipengaruhi Garvey. Termasuk visi Garvey tentang persatuan Afrika melawan rasialisme, kolonialisme dan imperialisme. Garvey selalu berseru: “Afrika untuk Afrika”. Di lagu “Africa Unite”, yang muncul di album Survival tahun 1979, Bob terang-terang menyokong Pan-Afrikanisme.

Bob menyakini, pembebasan penuh rakyat Afrika hanya mungkin kalau seluruh benua Afrika terbebaskan dari kaum babylon (penindas). Di tahun yang sama, dia membuat lagu berjudul Zimbabwe.

Lagu ini merupakan dukungan terhadap perjuangan rakyat rakyat Zimbabwe, yang dipimpin Robert Mugabe, melawan rezim rasialis Rhodesian.

Bob Marley 1
Bob Marley saat live konser di Dalymount Park, 6 July 1980.(Foto: wikipedia/Eddie Mallin)

5. Them Belly Full (But We Hungry)

Ini lagu yang mengutuk ketimpangan dan kemiskinan. “Perut mereka penuh, sementara kami lapar. Massa yang lapar adalah massa yang marah,” demikian lirik lagu itu.

Di lagu ini juga ada sindiran: “Forget your troubles and dance!” Seolah-olah Bob mau bilang, dansa adalah jalan pintas untuk melarikan diri dari persoalan kemiskinan.

Tentu tidak sepenuh benar. Tetapi banyak orang miskin mencoba melupakan penderitaan yang melilit tubuhnya sesaat dengan mencari hiburan.

6. Revolution

Lagu ini lahir di tengah situasi politik Jamaika yang memanas akibat antara Partai Rakyat Nasional (PNP) yang nasionalis-progressif versus Partai Buruh Jamaika (JLP) yang konservatif. PNP dipimpin Michael Manley.

Partai ini menjanjikan redistribusi kekayaan dan mengangkat derajat ekonomi dan martabat kelas sosial paling bawah. Tetapi upaya PNP dihadang  JLP di bawah pimpinan Edward Seaga, yang dibelakagnya adalah AS dan CIA.

Meski tidak mendukung langsung, tetapi Bob bersimpati pada perjuangan PNP. Dia turut menyanyi di konser musik yang dihelat PNP. Lagu “Revolution” adalah ekspresi kemarahan Bob atas situasi itu. Dia terang-terangan menyerukan revolusi sebagai jalan keluar atas berbagai persoalan yang melilit rakyat Jamaika.

7. Crazy Baldhead

Lagu ini merupakan ungkapan kemarahan Bob Marley terhadap merajalelalanya kekerasan berbau rasial yang dilakukan oleh kelompok Skinhead dan fasis.Lagu ini juga berisi sindiran:  “Anda membangun penjara, kami membangun sekolah/ sekolah cuci otakmu membodohi kami/ kebencian adalah hadiahmu atas cinta kami.

8. I Shot The Sheriff

Lagu “I shot the Sheriff” dibuat tahun 1973. Tetapi ada dua versi tentang maksud lagu ini. Versi pertama bilang, lagu ini merupakan bentuk protes Bob terhadap perlakuan yang diterima kulit hitam setiap berhadapan dengan polisi.

Sementara versi kedua disampaikan oleh bekas pacar Bob Marley, Esther Anderson, yang menyebut lagu ini soal penentangan Bob terhadap kebijakan kontrol populasi. Menurutnya, kata “Sheriff” sebetulnya adalah kata ganti “dokter”.

9. Burning and Looting

Lagu ini bicara tentang kemarahan rakyat yang berujung pada kerusuhan. Ada pembakaran dan penjarahan. Bob sangat tahu kerusuhan bukan sesuatu yang spontan. Dia selalu punya akar sosial-ekonomi.

Namun, dia menyayangkan biaya sosial yang harus ditanggung akibat kerusuhan massa. Seperti dalam lirik lagu ini: We gonna be burning and a-looting tonight; (To survive, yeah!)/ Burning and a-looting tonight; (Save your baby lives).

Mungkin lagu ini pas untuk mereflesikan sejumlah kasus kerusuhan di Amerika Serikat baru-baru ini, yang didorong oleh ketidakadilan ekonomi dan diskriminasi rasial.

10. Buffalo Soldier

Lagu ini berkisah tentang orang-orang Afrika yang diculik di kampung halamannya, diangkut ke Amerika, dan dipaksa ikut berperang bersama Amerika. Bob menyebut perang mereka sebagai “perang untuk bertahan hidup.

Orang-orang Afrika ini dipakai dalam “Perang Indian” tahun 1866. Ini adalah perang kolonialis Eropa untuk menumpas habis masyarakat asli benua Amerika, yakni orang Indian. Itu perang yang tragis bagi orang Afrika. Sebab, mereka dipaksa memerangi bangsa yang hampir senasib dengan bangsa mereka.

Akhirulkalam, Slank dan Bob Marley hanyalah suatu memory, akan napak tilas masa lalu saya, yang penuh dengan idealisme, saat masa-masa pergerakan mahasiswa dahulu.

Tentu sudah lekang oleh waktu, namun untuk sebuah idealisme perjuangan mahasiswa kala itu, masih ada ‘buku dan musik’ yang sedikit melenceng dari Soe Hok Gie ‘buku, pesta, dan cinta’, yang menjadi indikator pemikiran guna melakukan “pemberontakan” secara diam terhadap rezim otoritarian.

Dimana tak perlu seagresif kawan-kawan yang lain saat itu, dengan melakukan demonstrasi hingga melakukan mogok makan sebagai bentuk perlawanan terbuka mereka terhadap rezim corrupt saat itu.(Sudrajad Risang, 2015, Danu Mahesa, 2016/M.J. Latuconsina).


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Berita Serupa

Back to top button