Oleh: Mohammad Haekal Rumaday (Mahasiswa UIN Alauddin, Makassar)
Namaku Mohammad Haekal Rumaday, biasa disapa Haekal. Kelahiran tahun 2004. Asal Maluku. Kuliahku di Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin, Makassar, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Jurusan Hubungan Internasional. Aku masuk perkuliahan 2022, saat ini semester 4.
Sudah bisa ditebak, usiaku 20 tahun. Namun, bukan hal mudah berada pada usia kepala dua ini. Pikiran overthinking, berlebihan mengganggu kreativitas. Hari-hari yang dijalani tak lagi produktif. Hanya bermain games, scroll, kemudian begadang hingga subuh. Lalu sesekali –ketika kesadaran muncul– merenung di kost sendiri.
Ada semacam gema suara terdengar mengingatkan. “Hei, katanya mau bermanfaat bagi orang lain. Kok sama diri sendiri saja susah. Bukankah begadang itu gak baik buat kesehatan. Lihat kau yang dulu dengan bentuk badan ideal. Apa hasilnya sekarang? Gemuk kagak, kurus iya. Bukankah kecanduan scroll dan main game itu dapat membuatmu terus bermalas-malasan di tempat tidur. Ah sial!”
Gema suara itu seperti beresonansi. Selalu pertanyaan yang sama muncul di benakku, “Sampai kapan begini terus?”
*
Pada suatu pagi di hari Jumat, 26 Juli 2024, seperti biasa, aku masih nyaman di tempat tidur. Tiba-tiba aku dibangunkan oleh Kak Rahman. Kulirik penunjuk waktu di handphone, pukul 10:23 wita. Kak Rahman minta ditemani, entah ke mana.
Tanpa protes, aku langsung bergegas ke kamar mandi membersihkan wajah sucupnya. Bukannya takut sama beliau atau alasan semacamnya, tapi selama tinggal di Makassar beliau adalah kakak sekaligus orang tuaku.
Btw beliau adalah founder Komunitas Anak Pelangi (K-Apel) sekaligus pengajar. Jika para pembaca kepo pada kegiatan beliau atau K-Apel, pembaca boleh cek di Google dan semua platform media. Informasi tentang beliau dan komunitasnya tersedia di sini.
Kembali ke ceritaku, setelah aku ready, kami langsung berangkat dari Jalan Daeng Tata III. Sepanjang perjalanan tidak ada yang menarik. Karena seperti biasa, hanya macet yang ditemui sepanjang perjalanan.
Setibanya di halaman Cafe Baca, aku mulai melirik. Dalam hati aku berkata, oh ternyata tujuan kami kali ini ke Cafe Baca. Lokasinya di Jalan Adiyaksa Nomor 2.
Kami langsung ke ruang Pak Rusdy Embas. Pak Rusdy ini adalah pengelola Cafe Baca. Beliau merupakan teman Kak Rahman. Makanya kami diperbolehkan ke ruangan beliau.
Tugasku seperti biasa mengantar berkas. Setelah menerima berkas dari Kak Rahman, aku bergegas menuju lokasi pengantaran berkas tersebut. Tidak lupa sebelum mengendarai sepeda motor, kupakai earphone untuk mendengar musik. Yah setidaknya itu dapat membuatku tak merasa bosan sepanjang perjalanan.
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi