Pengembangan Perguruan Tinggi Swasta di Maluku dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Paulo Freire
PENDAPAT
Oleh: Steve G. C. Gaspersz (Dosen Universitas Kristen Indonesia Maluku/UKIM)
Pada tanggal 1 September 2024, Universitas Kristen Indonesia Maluku (UKIM) memasuki usia ke-39 (1985-2024). Sebagai salah Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di bawah naungan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah XII Maluku dan Maluku Utara, kiprah UKIM telah cukup mumpuni dalam sinergitas bersama PTS-PTS lainnya di Indonesia Timur.
Tulisan kecil ini ingin memotret dinamika PTS (termasuk UKIM) dalam menjalani tapak-tapak sejarah pengembangannya sembari menggumuli visi-misi pembangunan masa depan bidang pendidikan di Indonesia secara umum dan di Maluku secara khusus. Lensa filsafat pendidikan Paulo Freire digunakan untuk memotret dinamika tersebut.
Pendidikan memiliki peran sentral dalam pengembangan masyarakat, terutama dalam konteks pembangunan di daerah-daerah terpencil dan terpinggirkan dengan kondisi geografis kepulauan seperti Maluku.
Perguruan tinggi swasta (PTS) memiliki tanggung jawab untuk menyediakan pendidikan yang tidak hanya bersifat akademis, tetapi juga berorientasi pada transformasi sosial. Dalam konteks ini, filsafat pendidikan Paulo Freire menawarkan pandangan yang relevan dan kritis untuk menganalisis serta merumuskan strategi pengembangan PTS di Maluku.
Dengan konsep pendidikan yang membebaskan, Freire menekankan pentingnya kesadaran kritis dan dialog dalam proses pendidikan, sehingga memungkinkan terjadinya perubahan sosial yang lebih adil dan inklusif.
Melalui analisis konteks lokal dan permasalahan yang dihadapi oleh PTS di Maluku, tulisan ini menawarkan refleksi mengenai bagaimana prinsip-prinsip pendidikan yang membebaskan dapat diterapkan dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan tinggi di wilayah ini.
Kerangka Filsafat Pendidikan Paulo Freire
Paulo Freire adalah seorang filsuf pendidikan asal Brazil yang terkenal dengan konsep pendidikan yang membebaskan (liberating education). Konsep ini menekankan pentingnya pendidikan yang mampu mengubah struktur sosial yang tidak adil dan memberdayakan individu melalui kesadaran kritis (critical consciousness).
Menurut Freire, pendidikan tidak boleh bersifat banking, yaitu guru hanya mentransfer pengetahuan kepada siswa yang pasif. Sebaliknya, pendidikan harus merupakan proses dialogis yang melaluinya siswa dan guru sama-sama terlibat dalam proses belajar dan berpikir kritis terhadap realitas sosial yang mereka hadapi.
- Pendidikan sebagai Praktik Kebebasan. Freire menekankan bahwa pendidikan harus menjadi alat untuk pembebasan, bukan penindasan. Pendidikan yang membebaskan adalah pendidikan yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, memungkinkan mereka untuk menyadari ketidakadilan di sekitar mereka dan mendorong mereka untuk bertindak demi perubahan sosial.
- Dialog dan Kesadaran Kritis. Freire menekankan pentingnya dialog dalam pendidikan. Melalui dialog, siswa tidak hanya menerima pengetahuan secara pasif, tetapi juga mengkritisinya, menghubungkannya dengan pengalaman mereka sendiri, dan mengembangkan pemahaman yang lebih dalam. Kesadaran kritis ini adalah kemampuan untuk memahami realitas sosial dengan cara yang lebih mendalam dan mampu mendorong tindakan yang bertujuan untuk mengubah realitas tersebut.
- Pengalaman sebagai Sumber Pengetahuan. Menurut Freire, pengalaman hidup siswa harus menjadi bagian integral dari proses pembelajaran. Pendidikan yang efektif adalah pendidikan yang relevan dengan konteks kehidupan siswa dan membantu mereka mengaitkan pengetahuan yang mereka pelajari di kelas dengan realitas sehari-hari.
Analisis Konteks dengan Filsafat Pendidikan Paulo Freire
Akses Pendidikan
Kondisi geografis kepulauan membuat akses fisik ke lembaga pendidikan menjadi sulit dan mahal. Dalam kerangka pendidikan yang membebaskan, Freire menekankan pentingnya akses pendidikan yang inklusif dan merata bagi semua lapisan masyarakat.
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi