Oleh: Thomas D. Huwae, M.Sn (Dosen Musik IAKN Ambon dan Praktisi Musik)
Musik tidak dapat dipisahkan dari orang Ambon, Maluku, karena telah menjadi bagian yang sudah melekat di dalam diri orang Ambon. Fakta ini ditandai dengan kemampuan yang dimiliki secara universal, yaitu kemampuan bernyanyi dan bermain musik.
Meski disadari bahwa umumnya masyarakat Ambon tidak menempuh pendidikan musik secara formal, tetapi mampu bermusik secara baik.
Hal ini dapat dibuktikan dengan kemampuan:
- Membunyikan harmony by felling. Harmony by feeling adalah harmoni “bage suara” (harmony by feeling) yang dihasilkan saat bernyanyi adalah harmoni vokal yang dibuat secara langsung dengan mengandalkan perasaan atau feeling. Hamroni suara (bage suara) yang dihasilkan dapat dibuat dengan tidak melewati fase-fase latihan atau persiapan-persiapan latihan sebelumnya.
- Pendengaran mutlak dan rasa serta insting terhadap pitch control;
- Timbre (warna vokal) yang beragam. Beberapa keunikan yang telah disebutkan menyebabkan musik telah menjadi bagian dari proses penjatidirian individu dan masyarakat.
Tidak hanya terbatas pada kemampuan bernyanyi, fakta berkesenian lain yang ditemukan dalam masyarakat Kota Ambon, adalah musik sangat dekat dengan aktivitas hidup, baik secara sosial maupun budaya. Misalnya, beragam kapata sebagai suatu pranata budaya, yang biasa diwujudkan dengan cara bernyanyi.
Ditemukan juga pada beberapa bentuk permainan anak-anak, seperti lemong nipis taguling-guling, leng kali leng, enggo lari, dimana terdapat pula cara bernyanyi sebagai media pemberi pesan dalam permainan tersebut. Sebab itu bermusik telah menjadi perilaku berbudaya masyarakat kota Ambon sebagai representasi orang Maluku.
Salah satu aspek penting dari pembangunan bidang kebudayaan di Kota Ambon sebagai kota musik dunia versi UNESCO, adalah bertolak dari Visi Kota Ambon: “Ambon Harmonis, Sejahtera dan Religius”, di mana secara ikonik, Ambon dikenal sebagai kota musik (City of Music), kota Ikan (City of Fish) dan kota Damai (City of peace).
Salah satu arah pembangunan yaitu menjadikan “musik sebagai sektor unggulan dan kuliner sebagai sektor pengikut berikutnya, yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat yang hidup dalam bingkai perdamaian”.
Berdasarkan pada arah pembangunan itu, maka musik atau bermusik tidak harus dilihat sebagai kecakapan bawaan dan hobi, tetapi suatu jenis kerja dan usaha profesional yang harus dipersiapkan sejak dini, secara matang dan komprehensif.
Bermusik tidak harus dilihat secara apa adanya (taken for granted), sebab sudah berhadapan dengan dinamika musik dan seni secara global.
Secara hipotetik dapat dikatakan bahwa menjadikan Ambon kota musik dunia, merupakan salah satu wujud kesadaran seni dan kebudayaan yang telah terbuka secara global.
Sebab itu ada dua konstrain berpikir yang mengendapan, yaitu: pertama, bahwa musik dan karya musik milik orang Ambon (musik tradisi) atau yang dihasilkan adalah warisan dunia. Beberapa bukti dapat diajukan antara lain, masih eksisnya Bing Leiwakabessy, legenda musik Hawaiian sampai ujung akhir hayatnya masih memainkan musik.
Ronny Loppies seorang komposer yang menghasilkan begitu banyak karya musik, bahkan juga sebagai Focal Point UNESCO, yang dipercayakan berbicara di berbagai negara yang termasuk dalam jaringan kota musik dunia.
Pencapaian luar biasa juga dicapai oleh Ronny Loppies di tahun ini adalah menjadi Regional Coordinator Asia And Pacific.
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi