Pelatihan Kader SAPA di Maluku Tengah: Langkah Proaktif Cegah Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak
potretmaluku.id – Kecamatan Salahutu di Kabupaten Maluku Tengah menjadi saksi penting, dalam langkah besar menuju pengentasan kekerasan terhadap perempuan dan anak, melalui program Pelatihan Kader SAPA (Sahabat Perempuan dan Peduli Anak), Selas (10/9/2024) dan Rabu (11/9/2024).
Pelatihan ini diadakan oleh Yayasan Lingkar Pemberdayaan Perempuan dan Anak (LAPPAN) Maluku, bekerja sama dengan Research of Community Mental Health Initiative (RoCMHI) serta dukungan penuh dari Sasakawa Peace Foundation (SPF) Jepang. Kegiatan ini juga mendapatkan dukungan dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat Negeri, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPMNP3A) Kabupaten Maluku Tengah.
Pada pelatihan yang diselenggarakan di Aula MTsN 1 Tulehu ini, perwakilan dari negeri-negeri di Kecamatan Salahutu hadir untuk mengikuti rangkaian kegiatan ini. Para peserta terdiri dari kader SAPA yang sebelumnya telah ditunjuk oleh setiap negeri, yaitu dari Negeri Suli, Tulehu, Tial, Tengah-Tengah, Waai, dan Liang.
Selain itu, hadir pula perwakilan dari RSUD Dr. Ishak Umarella, Polsek Salahutu, dan UPTD Provinsi Maluku. Kader SAPA dan perwakilan institusi lainnya yang hadir tidak hanya mendapatkan materi tentang kekerasan terhadap perempuan dan anak, tetapi juga dibekali dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan yang mendukung peran mereka dalam menangani kasus-kasus yang terjadi di masyarakat.
Kegiatan pelatihan ini dimulai dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan pembacaan doa, yang dipimpin oleh D. Herbawal, perwakilan dari Klasis Ambon Timur. Suasana resmi namun penuh semangat terasa sejak awal pelatihan, terutama dengan kata pengantar yang disampaikan oleh Baihajar Tualeka, Ketua Yayasan LAPPAN.
Dalam sambutannya, Bai menegaskan pentingnya peran kader SAPA di negeri-negeri setempat dalam mencegah dan menangani kasus kekerasan. Menurutnya, para kader ini diharapkan dapat bekerja secara proaktif dan maksimal demi menciptakan lingkungan yang aman bagi perempuan dan anak.
“Tujuan utama dari pelatihan ini adalah agar para kader SAPA memahami langkah-langkah yang harus diambil dalam penanganan kasus kekerasan, serta peran penting perempuan dalam memajukan negeri,” ujar Bai.
Hal ini sejalan dengan harapan Camat Salahutu, Neniwati, yang dalam sambutannya menyatakan kebanggaannya terhadap inisiatif ini. “Kami berharap kader SAPA bisa selalu aktif dan proaktif dalam mencegah kekerasan terhadap perempuan dan anak,” ungkapnya penuh harap.
Setelah sesi pembukaan, peserta pelatihan diajak untuk berkenalan satu sama lain dan berbagi harapan serta kekhawatiran mereka terkait pelatihan ini.
Aktivitas ini dilakukan sebagai langkah awal dalam membangun suasana yang kondusif dan terbuka bagi diskusi yang lebih mendalam. Harapan dan kekhawatiran yang diungkapkan peserta kemudian dijadikan acuan untuk menyusun kesepakatan bersama, yang berfungsi sebagai “kontrak belajar” selama pelatihan berlangsung.
Pada hari pertama, pelatihan difokuskan pada diskusi mengenai gender, Hak Asasi Manusia (HAM), dan berbagai isu terkait kekerasan.
Dalam sesi diskusi tentang gender, peserta diajak untuk membedakan antara kodrat yang tidak bisa diubah, seperti jenis kelamin, dengan konsep gender yang dibentuk oleh masyarakat.
Pemahaman ini penting dalam konteks penanganan kasus kekerasan, karena kekerasan berbasis gender sering kali berasal dari persepsi dan norma sosial yang salah mengenai peran laki-laki dan perempuan.
Diskusi berlanjut dengan topik HAM, di mana peserta merefleksikan pemahaman mereka tentang HAM serta pelanggaran yang sering terjadi di sekitar mereka.
Sebagian besar peserta telah memiliki pemahaman dasar tentang HAM dan mampu mengidentifikasi contoh-contoh pelanggaran yang mereka alami atau saksikan dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi