Pendapat

Orang Maluku Keturunan Mestizo

PENDAPAT

Dimana sebagian dari mereka kemudian menetap dan beranak pinak di daerah berjuluk seribu pulau ini. Rata-rata bangsa/suku bangsa dari Asia timur, Asia barat, dan Nusantara tersebut berlatarbelakang ras Asiatic Mongoloid, Kaukasoid, Veddoid, Kaukasoid-Indic, dan ras Melanesia.

Dalam dinamikanya terjadi akulturasi ras-ras tersebut, yang diikuti pula dengan akulturasi kebudayaan. Hal ini dilihat dari warna kulit orang-orang Maluku, dimana tidak semuanya didominasi warna kulit berciri khas orang-orang ras Melanesia yang coklat tua nyaris hitam. Namun ada warna kulit berciri khas` Asiatic Mongoloid (Tionghoa), Kaukasoid (Eropa), Veddoid (India Selatan), Kaukasoid-Indic (Pakistan, India, Bangladesh, Sri Lanka).

Begitu pula terjadi akulturasi kebudayaan dari berbagai ras ini di Maluku. Hal ini bisa dilihat dalam tarian : Catreji, Lenso (Portugis), Samrah (Arab), dan Dansa Waltz (Belanda), Dalam kosa kata bahasa orang Maluku juga banyak mengadopsi kosa kata dari suku bangsa/bangsa tersebut ; kepeng (Cina), kadera (Portugis), badang (Arab), prei (belanda), dan coklat (Spanyol).

Juga dapat dilihat pada fam orang-orang di Maluku, bisa diketahui asal-usul mereka, diantaranya dari Asia Timur, Asia Barat dan Eropa Barat : Tan (Cina), Alkatiri (Arab), de Fretes (Portugis), Alfons (Spanyol), Van Capelle (Belanda).

Sedangkan dari Nusantara : Padang (Minangkabau), Karo-karo (Batak), Palembang (Palembang), Semarang (Jawa), Madura (Madura), Banjar (Banjar), Bahy (Timor), Gosal (Minahasa), Wajo (Bugis), Daeng Rani (Makassar), Mandati (Buton), Lestaluhu (Ternate), dan Ozok (Papua).

Tidak hanya sebatas alkulturasi ras, dan kebudayaan saja. Tapi nama desa/kelurahan dan kecamatan di Maluku banyak mengunakan nama asal mereka, seperti di Ambon : Air Mata Cina (Cina), Opleidings School Maritiem/OSM (Belanda), Mardika (India Selatan,Nepal), dan beberapa tempat lain di Ambon.

Relevan dengan itu, Fricean Tutuarima (2018), dalam penggalan konklusi disertasinya : ”Etnisitas Maluku dan Identitas Kebangsaan Indonesia: Kajian Narasi Psikokultural Politik Identitas Dalam Perspektif PKn,” menyoroti sisi mestizo orang Maluku.

Bersamaan dengan itu Maluku menjadi wilayah kontestasi berbagai suku bangsa yang ada di dunia sebagai imbas dari jalur perdagangan rempah. Pada konteks ini terjadi perjumpaan berbagai suku bangsa yang ada di dunia sehingga dalam perkembangannya, etnisitas Maluku itu mestizo dalam arti mengalami percampuran tetapi yang menguatkan adalah orang Maluku mengalami sebuah kerangka kultural yang khas yang terikat secara teritori dan diterima sebagai nilai bersama. Etnis Maluku menganggap dirinya sebagai suatu suku, suatu budaya tersendiri yang dibentuk dari warisan leluhur tetapi juga menjadi akulturasi dari Eropa, Arab dan Cina.

Dengan demikian, narasi dalam artikel ini, tidak-lah mengada-ngada, yang mengarah pada subyektifitas sepihak. Pasalnya dalam fakta empirik orang Maluku adalah mestizo, yang secara akademik telah terbukti melalui karya disertasi, yang merupakan suatu novelty (kebaharuan). Dimana hingga saat ini belum ada penelitian terbaru di Perguruan Tinggi (PT) di tanah air, yang kemudian memfalsifikasi (mengugurkan) teori dari karya ilmiah itu dalam perspektif post positivisme., yang merupakan aspek penting dari ilmu pengetahuan dan filsafat ilmu pengetahuan.(*)

IKUTI BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Previous page 1 2

Berita Serupa

Back to top button