Oleh: Ronny Loppies (Direktur Ambon Music Office dan Focal Point of Ambon UNESCO City of Music)
Di hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-78. Ada catatan singkat yang penting untuk dibunyikan dari Ambon City of Music. Dalam konteks global sebagai UNESCO City of Music dan memberi peran kepada berbagai masalah urban perkotaan salah satunya adalah perubahan iklim (climate change).
Menurut UNEP (Program Lingkungan PBB), kota-kota merupakan kontributor utama perubahan iklim, karena aktivitas perkotaan merupakan sumber utama emisi gas rumah kaca. Perkiraan menunjukkan bahwa kota-kota bertanggung jawab atas 75 persen emisi CO2 global, dengan transportasi dan bangunan sebagai salah satu kontributor terbesar.
Ancaman kehilangan biodiversitas global dan perubahan iklim, keputusan gaya hidup kita menempatkan planet ini dalam risiko. Kita memerlukan tindakan yang ditargetkan dengan kurat.
Saat ini, populasi dunia telah mencapai 8 miliar dan menurut perkiraan, akan ada 9,7 miliar orang di Bumi pada tahun 2050. Bisakah dunia memberi makan 10 miliar orang ketika pertanian sudah menjadi kontributor signifikan terhadap perubahan iklim? Hal ini akan menjadi tanggung jawab bersama kita untuk merawat planet kita.
Masa depan kita sekarang bergantung pada perilaku kita dan bagaimana kita memilih untuk hidup, bekerja, dan bermain sebagai konsumen global – bagaimana kita mengelola rumah kita, makanan yang kita konsumsi, bagaimana kita bergerak, bagaimana kita bersantai, apa yang kita beli, dan bagaimana kita merawat planet kita.
Saat ini kita mengkonsumsi lebih banyak sumber daya daripada sebelumnya, melebihi kapasitas planet untuk regenerasi. Sementara itu, limbah dan polusi bertambah, dan kesenjangan antara kaya dan miskin semakin melebar. Kesehatan, pendidikan, kesetaraan, dan pemberdayaan semuanya terpengaruh secara negatif.
Sebagai kota-kota kreatif UNESCO, proses/strategi adaptasi dan mitigasi perkotaan, metode pemanfaatan sumber energi terbarukan, teknik produksi yang lebih bersih, regulasi atau insentif, konsumsi dan produksi yang berkelanjutan, pengelolaan limbah plastik dan makanan, dll untuk membatasi emisi karbon serta strategi/proyek untuk mencapai peralihan menuju masyarakat rendah karbon dan akhirnya netral karbon terus digaungkan.
Dimanakah peran musik dalam perubahan iklim?. Beberapa pertanyaan dan pernyataan di bawah ini akan mendorong upaya musik dan konsep City of Music dalam keberlanjutan kota dan bumi di masa depan.
- Jadikan musik sebagai pendorong perubahan
- Bagaimana kegiatan musik dapat berkontribusi pada perlindungan lingkungan kita?
- Bagaimana sektor musik dapat lebih ramah lingkungan?
- Bagaimana musik dapat membantu meningkatkan kesadaran akan perlunya tindakan iklim secara umum?
- Bagaimana musik dapat membantu kita mengatasi krisis iklim?
- Segera mengaitkan musik dan aksi iklim
- Bagaimana mengurangi dampak iklim pada industri musik?
Tanggal 9-10 November 2023 pada Daegu Global Forum 2023 di Daegu Republik Korea, penulis akan membicarakan bagaimana posisi Ambon sebagai City of Music dalam konteks perubahan iklim global.
Tujuan utamanya adalah meningkatkan kesadaran tentang urgensi krisis iklim, penyebab utamanya, dampak buruknya saat ini, dan kerusakan tak terbalik yang akan terjadi jika pemanasan melebihi 1,5°C karena keberlanjutan manusia dalam batas-batas planet bergantung pada tindakan yang kita ambil dalam tujuh tahun mendatang. Ini adalah dekade yang menentukan untuk mewujudkannya.
IPCC telah memperingatkan bahwa sangat mungkin pemanasan akan melebihi 1,5°C selama abad ke-21. Untuk tetap dalam batas 1,5°C, emisi harus dikurangi setidaknya 43% pada tahun 2030 dibandingkan dengan level tahun 2019, dan setidaknya 60% pada tahun 2035.
Kita harus bertindak sekarang untuk melindungi masyarakat yang rentan terhadap iklim, sambil juga mengambil tindakan menuju masa depan yang lebih bersih, lebih sehat, dan lebih makmur.
Kita harus bertindak sekarang sebelum terlambat dan planet kita rusak dengan tidak dapat diperbaiki. Semua kota kreatif UNESCO di dunia bersepakat untuk bergabung dalam upaya ini.
Bersama-sama, kita dapat mengatasinya walaupun ada perbedaan. Tidak ada yang bisa melakukannya sendirian, tetapi bersama-sama kita bisa melakukannya. Dengan kekuatan penyatuan manusia dan budaya untuk mempersatukan, kita dapat menemukan solusi global. Karena kita adalah bagian dari solusi iklim. Merdeka…(*)
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi