Ambon Dolo-doloAmboina

Melukis untuk Cari Uang Deng Dapa Nama

AMBON DOLO-DOLO

Penulis: Rusdin Tompo (warga Makassar kelahiran Ambon)


Saat beta masih suka melukis, beta jalani aktivitas melukis itu dalam tiga aspek. Pertama, melukis untuk menyalurkan hobi, mengekspresikan ide dan kreativitas. Melukis saja, sesuai imajinasi yang ada, sesuai apa yang mau dilukis.

Kedua, melukis untuk cari uang. Artinya, kalau orang pake beta pung jasa sebagai pelukis, dong bayar beta. Ketiga, melukis sebagai bentuk beta pung sumbangsih bagi masyarakat, sebagai tanggung jawab sosial, deng sebagai kontribusi warga kepada negara.

Kegiatan yang ketiga ini seng selalu dibayar. Tapi beta dapa nama. Ada reputasi. Lagi pula, seng samua orang punya akses deng dapa kesempatan bagus itu. Jadi kesempatan itu beta ambel sebagai cara untuk berbuat sesuatu pada masyarakat, pada negara, melalui apa yang beta bisa kasi: melukis.

Sebagai Juara I Lomba Lukis Poster Pembangunan dalam rangka HUT Kotamadya Ambon ke-411 Tahun 1986, beta diminta berpartisipasi pada Pameran Pembangunan dan Hapsak Pancasila Tahun 1986. Hapsak Pancasila itu akronim dari Hari Kesaktian Pancasila, yang diperingati setiap tanggal 1 Oktober.

Bentuk partisipasinya sebagai pelukis poster. Posternya lumayan basar. Mungkin ukuran 10 tripleks atau lebih lai. Beta su agak lupa. Poster atau baliho itu ada di sisi kanan pintu maso lokasi pameran. Pameran ini dong biking di kawasan yang skarang jadi Pasar Mardika, Ambon. Pameran diadakan dari tanggal 29 September sampe 6 Oktober 1986.

Beta melukis poster di lokasi, on the spot. Di tenga matahari tare. Karena ukurannya basar, beta lukis akang beberapa hari. Syukur jua, sesekali anging sibu-sibu batiup dar pante, biking badang sajo. Kawasan itu, memang area tabuka yang sangat luas.

Poster atau baliho itu, selain berisi pesan-pesan pembangunan, juga ada gambar wajah Wali Kotamadya Ambon Decky Wattimena. Lukisan jadi tepat waktu, sebelum pameran. Pembukaan selubung lukisan itu kemudian jadi penanda Pameran Pembangunan dan Hapsak Pancasila Tahun 1986 tingkat Kotamadya Ambon itu dibuka secara resmi.

Atas beta pung partisipasi itu pemerintah kasih penghargaan. Wali Kotamadya KDH Tkt II Ambon JD Wattimena, yang waktu itu juga merupakan Ketua Umum Panitia Pameran Pembangunan dan Hapsak Pancasila Tahun 1986 Kotamadya Daerah Tingkat II Ambon, yang tanda tangani penghargaan itu.

Beta juga ada dapa surat penghargaan dari Kantor Departemen Penerangan (Deppen) Kotamadya Ambon. Surat penghargaan itu ditandatangani Kepala Kantor Deppen Kotamadya Ambon, S. Laimera. Inti suratnya, pemerintah mengucapkan terima kasih karena beta su berpartisipasi dalam pameran yang berlangsung dengan baik.

Carita ini beta inga dengan baik. Salah satu catatan manis saat beta masih di Ambon. Kayaknya saat itu beta su klas 3 di SMA Negeri 2 Ambon.

Salah satu yang juga berkesan adalah waktu beta dapa orderan menggambar dinding rumah Om Amir Nas, salah satu bos di pasar daging. Antua minta beta lukis kaligrafi Alquran di rumahnya di Batu Merah Atas. Dinding yang dilukis itu antara ruang tamu deng ruang tenga. Dindingnya lumayan lebar.

Beta lalu bikin lukisan gaya abstrak atau mungkin juga lukisan dekoratif. Seng talalu inga lai. Tapi lukisan itu pake cat mahal. Cat merek ICI, kalo seng salah.

Tertarik pake cat itu karena pengaruh iklan. Bintang iklan cat ini dolo itu pelukis Amri Yahya. Amri Yahya selalu muncul di acara Mana Suka Siaran Niaga TVRI. Pelukis kelahiran Palembang 1939 ini ,merupakan pelukis batik kontemporer terkenal. Prof Dr (HC) H Amri Yahya wafat di Yogyakarta, tahun 2004, pada usia 65 tahun.

Beta lukis di rumah Om Amir Nas itu ada beberapa hari. Kalau lagi istirahat melukis, beta suka dudu di muka rumahnya melihat jauh ka bawah. Lia Kota Ambon dari atas ketinggian.

Hari-hari itu beta jadi melankolis karena su ada rencana mau kasi tinggal Ambon. Ujian penamatan SMA su selesai. Beta su biking rencana mau pi ka Yogyakarta atau ka Bali, hidup sebagai seniman. Suasana seperti ini, biking ide menulis puisi muncul.

Salah satu puisi yang lahir di sini adalah puisi berjudul “Perpisahan”, bertarikh Ambon, 17 April 1987. Puisi ini beta kasi maso dalam buku Mantra Cinta, diterbitkan Liblitera Institue, tahun 2016.

Gambar selesai, beta dibayar cukup mahal untuk ukuran kala itu: Rp250 ribu. Beberapa kaleng sisa cat beta bawa pulang. Antua memang izinkan untuk beta ambel akang.

Bagitu sampe di rumah, beta dapa kabar bahwa beta lulus PMDK (Penelusuran Minat dan Kemampuan). Artinya, beta lulus perguruan tinggi tanpa tes Sipenmaru (Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru). Kabar itu disampaikan Kak Ima (Halimah Mustafa), beta pung sepupu yang jadi Tata Usaha di SMA Negeri 2 Ambon

Beta lulus maso Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar, yang merupakan pilihan kedua. Pilihan pertama itu Fakultas Hukum Universitas Pattimura (Unpatti), Ambon. Lulus PMDK ini, ikut mengubah beta pung perjalanan hidup selanjutnya.

Setelah urusan skola su selesai, su tamat, beta kasi tinggal Ambon, naik kapal PELNI, KM Rinjani, deng honor dari hasil melukis itu. Tujuannya, melanjutkan kuliah di Fakultas Hukum Unhas, di Makassar.

Jadi di tahun 1987 itu, untuk pertama kalinya, beta akan injakkan kaki deng lia tanah asal kedua orang tua, Makassar.(*)


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Berita Serupa

Back to top button