Oleh: Nasri Soulisa (Peserta Lomba Cipta Puisi HUT ke-77 Provinsi Maluku)
Bangga, Beta, telah ada..
Bersama syair-syair indah yang dirangkai sejak kala..
Yah..sejak kala, kapan Indonesia teriak merdeka..
Saat hiruk pikuknya Nusantara dijajah..
“Beta,” telah berseliwerang di dalam naskah..
Telah bergaung sana – sini ditanah Java..
Indonesia tanah air Beta.
Pusaka abadi nan jaya.
Indonesia sejak dulu kala.
Tetap di puja-puja bangsa.
Baca Juga: Kisah dari Madras
Di sana tempat lahir Beta.
Dibuai dibesarkan bunda.
Tempat berlindung di hari tua.
Tempat akhir menutup mata.”
Bangga, “Beta,” telah ada..
Dari Melayu hingga resmi sebagai Bahasa Indonesia..
“Beta,” telah ada dalam pemikiran tokoh – tokoh Nusantara..
Ismail Marzuki telah menetapkan “Beta,” dalam lirik – lirik Indonesia pusaka..
Chairil Anwar juga menghiasi “Beta,” dalam syair puisinya “Cerita Buat Dien Tamaela”..
Baca Juga: Rumah Beta Maluku
Bangga, “Beta,” telah ada..
“Beta,” bukan hanya cerita dalam Nusantara..
Namun telah terukir dalam kamus dunia..
Kamus garapan Wiliam Marsden, seorang linguis dan perintis studi mengenai Indonesia..
“Malayan and English and English and Malayan.”
“Beta,” adalah identitas negeri raja – raja..
“Beta,” adalah identitas dari bumi cengkeh dan pala..
“Beta,” adalah identitas orang basudara..
Ale rasa Beta rasa..
“Beta,” bangga. Karena “Beta,” Maluku.
Ambon, 25 Juli 2022
Nasri Soulisa, lahir di Negeri Lima, Pulau Ambon, pada 17 November 2002. Saat ini berstatus mahasiswa Program Studi Jurnalistik Islam, Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon.
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi