Oleh: Elifas Tomix Maspaitella (Pemerhati Sosial)
“Mangente sadiki/mangente sudara/mangente orangtatua/mangente negri” (=kembali/datang untuk melihat keadaan saudara/orangtua/negri).
Kata ini tidak bisa berdiri sendiri. Harus dilengkapi dengan keterangan orang/tempat. Karena “yang mangente tuh cuma katong pung orang” (=yang melakukan tindakan datang/kembali itu hanya orang kita), artinya “ana darah daging” (=darah daging kita), karena itu “ade/kaka gandong-gandong” (=adik/kakak kandung) atau “ana negri sandiri” (=anak negeri kita) jadi ada “hubungan darah” (=hubungan sedarah).
Kata “mangente” dapat diparalelkan dengan “datang lia” (=datang melihat), karena itu “jang lama-lama di sana” (=jangan lama di sana) atau “bale muka” (=melihat) dalam arti “seng bisa lupa” (=tidak bisa melupakan) baik orangtua, saudara maupun negeri.
Bila ada orang lain yang “mangente” atau “datang lia” mereka “su anggap katong pung sudah, bukang orang lai” (=sudah dianggap bagian dari hidup kita, bukan orang lain). Jadi ada kedekatan yang menyatu antara kita dengan mereka meskipun tidak sedarah atau senegeri.
Mereka itu, “katong su tarima maso” (=telah kita terima masuk menjadi bagian dari kita), dan bukan baru pernah datang, tetapi “sabang waktu su ada di sini” (=setiap waktu sudah (pernah) ada di sini), tagal itu “su bukang orang par katong lai” (=bukan orang asing lagi bagi kita).
Jadi tiap kali “mangente” pasti ada “bawa apapa” (=membawa sesuatu). Jika tidak pun “sio tuang e, seng apapa asal ale ada saja jua la bisa mangente” (=sio kesayangan kami, yang penting anda ada saja dan bisa datang melihat keadaan kami). Itu memberi sukacita yang lebih.
Dan jika saat orang tersebut “mangente” dan ada suatu keadaan tertentu, misalnya “mama ada deng saki banya” (=mama sedang sakit) dan “mama hati sanang, la bae” (=mama bersukacita dan sembuh), itu “berkat maso sepe-sepe paskali” (=berkat masuk secara beruntun).
Setiap “mangente” itu melahirkan “bakudapa” (=perjumpaan) dan “tiap bakudapa” itu berbuahkan “berkat sepe-sepe” (=berkat beruntun).
“La kalu ale bale, pi ka tampa karja kumbali, jang lama-lama” (=dan jika anda kembali ke tempat kerja lagi, jangan berlama-lama di sana), “mangente mama papa deng sudara-sudara lai e” (=datanglah dan lihat keadaan mama, papa dan saudara-saudara ya). Ini yang “biking seng bisa lupa” (=membuat tidak bisa/pernah lupa).
Jumat, 23 Juli 2021
Pastori Ketua Sinode GPM Jln Kapitang Telukabessy-Ambon
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi