Oleh: Elifas Tomix Maspaitella (Pemerhati Sosial)
“Biking apapa tuh jang minta balas” (=melakukan suatu hal jangan minta pamrih). “Tagal kalu seng ada apapa boleh, mar jang ada apapa la dong babangke katong” (=karena jika tidak terjadi sesuatu pasti baik, tetapi jika terjadi suatu kondisi mereka akan menceritakan kita). “Labe-labe lai dong riwayat sagala rupa di katong badang” (=malah mereka bisa menuturkan asal segala sesuatu yang kita kenakan), “kata itu samua ambe dia pung ka dia yang kasih” (=bahwa semuanya milik/pemberiannya).
“Orangtotua pung hikmat tuh su ajar biking apapa tuh jang minta balas” (=hikmat orang tua itu mengajari bekerja tanpa pamrih). “Jang kata par orang biasa, par orang basar jua, jang ambe apapa paskali” (=jangankan kepada orang biasa/kecil, kepada pembesar pun jangan minta pamrih).
Selain itu agar “jang cari pujian” (=jangan untuk dipuji), “tagal mulu yang puji-puji angka sampe di langit tuh, mulu itu lai yang nanti kas’ jatuh sampe dalang abu” (=karena mulut yang memuji-mujimu setinggi langit itu, adalah juga mulut yang dapat menjatuhkanmu ke dalam debu). “Kalu se kuat sa dong puji, mar bagitu ilang daya dong carita se putus panggal” (=kalau anda kuat mereka memuji, saat anda lemah mereka melecehkanmu).
Selain itu agar “jang makang puji” (=jangan suka dipuji). “Dong puji-puji tuh pas ale menang satu dua kali” (=mereka memuji karena anda menang satu atau dua kali), “la kalu makang puji, la tar brekeng orang, maka gnap” (=dan jika ingin dipuji dan menganggap remeh orang lain, lengkaplah). “Bajalang kaki su tar inja tanah lai, la mata su tar nganga kiri kanang lai” (=berjalan laksana kaki tidak menginjak tanah dan mata sudah tidak melihat ke kiri dan kanan). Ungkapan ini menerangkan orang yang “sombong sampe su par bagumana tuh” (=sangat sombong).
Jadi, “biar se biking hal basar alam lai, biking sa, pulang tado-tado, la angka syukur sa” (=walau anda melakukan suatu hal yang besar, pulanglah dan berdoa/syukuri semuanya kepada Tuhan). “Ingatang, katong bisa bagitu tagal makang kasiang-kasiang di katong meja makang sandiri, tagal pake pakeang busu di badang. Bukang tagal makang makanang sadap ka stel deng baju moi” (=ingat, kita bisa melakukan semua itu karena makan dari makanan kita sendiri dan memakai baju milik kita sendiri, bukan dari makanan enak dan baju bagus).
“Sapa seng mau ale dong bisa lebe, mar jang deng orang pung barang” (=siapa yang tidak mau anda hidup berkecukupan, tetapi jangan dengan barang milik orang). “Inga satu nih lai, hidop deng yang katong pung sa, biar kasiang-kasiang mar orang seng babangke eso lusa” (=ingatlah satu hal ini, hiduplah dengan apa yang kita miliki, walau sederhana tetapi orang tidak akan mengungkit-ungkit apa yang kita ambil darinya).
Kamis, 5 Agustus 2021
Pastori Ketua Sinode GPM Jln Kapitang Telukabessy-Ambon
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi