Oleh: Saadiah Uluputty (Anggota DPR RI Dapil Maluku)
Diminta untuk hadir dalam tema “Menjadi Inspirasi”, selalu saya tolak karena merasa malu menceritakannya. Bukan karena tidak mau membagi pengalaman, tapi sering merasa tidak pantas dan masih banyak kekurangan. Walau saya tahu bahwa dari cerita itu bisa jadi oase inspirasi kecil bagi orang lain.
Sebagai seorang perempuan yang memikul beban menjadi politisi dan menjadi anggota DPR RI tidaklah mudah. Dari latar belakang berpendidikan teknik dengan ilmu pastinya, lalu terjun ke dunia politik dengan ilmu sosial yang kadang pragmatis, menjadi tantangan dan pembelajaran panjang untuk menyesuaikan diri.
Yang paling berat bagi saya kala itu adalah menyiapkan mental untuk menjalani beberapa fungsi di ranah domestik dan publik. Dengan kodrat sebagai perempuan itu yang “berat” untuk dipikul.
Sebagai isteri dan sebagai ibu 6 anak, tentulah tidak mudah menjalaninya. Keputusan keluar rumah ketika anak menangis, anak sakit atau persoalan rumah yang harus diselesaikan. Melintasi medan Maluku yang beribu pulau saat reses, pengawasan, atau kampanye dan pilkada dengan menggendong anak kecil karena masih penyapihan. Apalagi menjadi anggota DPR di usia produktif lagi-lagi tidaklah mudah.
Ketika ditanya soal minat maju dan berada di dunia politik saya jadi tersenyum dan mencoba mereview masa-masa itu. Karena saya tidak menyatakan diri untuk maju dan memilih jalan politik. Jadi itu bukan pilihan tapi mengemban amanah. Kenapa? Karena dipilih oleh partai yang kami gagas bersama dalam pendiriannya.
Pada saat pendiriannya kami bersama-sama berkomitmen menjadikan politik sebagai ladang dakwah. Ini mungkin kilas baliknya dan saya menyebutnya ini yang menggerakan jiwa dan semangat kami dan lebih khusus saya sendiri, untuk berada di sini dalam nuansa kehidupan berpolitik yang penuh tantangan dan aktualisasi kiprah saya di tengah masyarakat.
Sebagai wakil rakyat yang mendapatkan amanah rakyat saya berupaya menjaga keinsyafan dan kesadaran saya, bahwa dukungan suara rakyat yang diperoleh dari pemilu bukan semata-mata angka-angka perhitungan KPU. Akan tetapi lebih dari itu, ini adalah amanah. Amanah masyarakat yang memilih dan Takdir Allah yang meridhoi. suara tersebut adalah bentuk keyakinan, harapan, dan keinginan rakyat akan hadirnya perubahan dan perbaikan. “Dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
Jika keberadaan di politik ini karena pilihan pekerjaan, mungkin hari ini saya sudah memutuskan untuk pergi dari dunia ini. Pernah kakak perempuan datang ke rumah menginap 2 hari lalu melihat saya melayani masyarakat yang datang, beliau bilang ” kayanya saya tidak mampu”.
Saya sampaikan ke beliau, ikhlas saja dalam bekerja, dalam melayani biar semua terasa ringan. Layani masyarakat dengan rasa cinta supaya kita juga dicintai. Cinta yang lahir dari hati. Tentu cinta yang luas. Seluas samudera kehidupan.
Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi