PendapatSosok

Hijrah Hatapayo Melintas Badai Reformasi 98

PENDAPAT

Jargon reformasi itu pun bergema di seluruh tanah air, dimana berembus dari Jakarta bak badai hingga ke Kota Ambon. Para mahasiswa di ibu kota Provinsi Maluku ini juga gamang dengan reformasi, untuk menurunkan pemerintahan kala itu. Mereka pun melakukan demonstrasi yang konsentrasinya di depan Komando Resort Militer (Korem) 174/Pattimura, yang bermarkas di Jl Diponegoro, berhadap-hadapan dengan para aparat keamanan yang bersiaga.

Demonstrasi itu menjadi kacau balau, aparat keamanan pun turun tangan banyak diantara para mahasiswa tersebut lari menyelamatkan diri mereka masing-masing diseputaran pertokoan, warung, kantor swasta/BUMN dan rumah-rumah warga yang berada di kawasan Jl. Said Perintah, Jl. A.M. Sangaji, Jl. Diponegoro, Jl. dr.Soetomo, Jl. Imam Bonjol, Jl. dr. Setabudi dan Jl. Jenderal Ahmad Yani.

Saya saat itu tengah menyelamatkan diri di dalam Kantor PT. Santos Petrilium perusahan minyak asal negeri kanguru Australia, yang mengelola minyak di Bula Seram Timur dari amukan para aparat keamanan tersebut. Kantor ini bersebelahan dengan Gereja Silo, dari dalam kantor ini saya menyaksikan demonstrasi mahasiswa yang sudah mulai kacau balau berhadapan dengan aparat keamanan, yang menghalau mahasiswa dengan represif.

Tak lama saya menyaksikan Hijrah dari sela-sela pintu terali besi perusahaan minyak itu.  Saat itu ia adalah Ketua DPD KNPI Kota Ambon. Nyalinya besar sekali, dimana berjalan sendirian mengenakan jas KNPI berwarna biru sambil mengibarkan bendera merah putih ke arah tugu Trikora dari Sekretariat DPD KNPI Provinsi Maluku di Jl. Said Perintah. Ia berhadapan dengan aparat keamanan yang berasal dari Seram Selatan sana.

Nampak ia gagah berani meskipun naas ia dihantam oleh sepatu lars dari beberapa aparat keamanan di Kawasan tugu Trikora, persisnya di zebra cross yang tak jauh dari Rumah Kopi Trikora saat ini. Sempat belum saya konfirmasi apa tindakannya tersebut, tapi diperkirakan ia hendak menghentikan tindakan aparat keamanan yang bertindak represif terhadap para mahasiswa tersebut.

Jika itu tindakannya, tentu itu suatu sikap patriot terhadap adik-adik mahasiswa dari kampus biru Unpatti, yang mendominasi demonstrasi di Kota Ambon saat itu. Akhirulkalam, sikapnya yang demikian mengingatkan pada qoutes Nelson Mandela, seorang revolusioner anti Apartheid yang pernah menjabat Presiden Afrika Selatan di tahun 1994-1999. Ia mengatakan bahwa, “pemimpin yang baik harus siap berkorban untuk memperjuangkan kebebasan rakyatnya”. Dan pengorbanan itu sudah dilakukan Hijrah Hatapayo.(*)

IKUTI BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS

SYL
Penulis.(Foto: Dok. Pribadi)

Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Previous page 1 2 3

Berita Serupa

Back to top button