Pendapat

Badaruddin Amir dan Buku Apa dan Siapa Penyair Indonesia

PENDAPAT

Oleh: Rusdin Tompo (Penulis dan Koordinator Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA Provinsi Sulawesi Selatan)


Saya teramat jarang berinteraksi dengan Badaruddin Amir, yang telah mendedikasikan hidupnya pada jagat kepenulisan dan gerakan literasi. Sekalipun saya tahu, selain sebagai guru, dia merupakan penulis yang tekun.

Dia menulis di koran, Majalah Dunia Pendidikan, blog, dan berbagai platform digital. Karyanya berupa esai, puisi, cerpen, dan artikel kebudayaan menjadi bukti baktinya.

Dari sanalah saya sedikit mengenalnya. Belum lagi aktivitas lapangannya sebagai pustakawan dan penggerak komunitas sastra.

Komunikasi saya dengan Badaruddin Amir yang intensif hanya terjadi ketika beliau menghubungi saya melalui media sosial, terkait rencana penerbitan buku direktori penyair Indonesia. Kami berteman di Facebook (FB).

Pak Badar, melalui inbox Facebook (sekarang messenger), menyampaikan rencana pembuatan buku direktori penyair. Lelaki kelahiran Barru, 4 Mei 1962 itu, lalu meminta saya membuat bionarasi singkat.

Beliau, kala itu, dipercaya sebagai salah seorang kurator untuk Sulawesi Selatan. Kurator lain, adalah Goenawan Monoharto, penulis, fotografer, dan pemain teater.

Jadi, Pak Badar ini kurator (Barru) dan Pak Goen kurator (Makassar) yang melakukan identifikasi dan pemetaan nama-nama penyair yang akan diusulkan.

*

Saya bertemu Badaruddin Amir pertama kali secara langsung, ketika beliau menghadiri acara diskusi buku kumpulan puisi karya M Amir Jaya di Makkareso, Jalan Bau Mangga III, tahun 2016. Makkareso (Makassar Creative Society) merupakan komunitas yang saya didirikan bersama Dr Syahriar Tato dan Rahmat Soni Daeng Romo.

Sebagai tuan rumah, tentu kami berupaya menyambut semua tetamu dengan ramah. Di Makkareso, yang merupakan kediaman Pak Syahriar Tato itu, kami sempat bertegur sapa.

Sekilas, tangkapan mata saya bisa merekam dengan baik ciri dirinya: rambut uban pada bagian pucuknya dan berkacamata, sebagai tanda kegemaran membaca. Bukan cuma faktor “U” (usia).


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

1 2 3Next page

Berita Serupa

Back to top button