Kutikata

Angka Syukur

KUTIKATA

Oleh: Eltom (Pemerhati Sosial)


Apapa tu seng ada yang jato dari langit” (=tidak ada suatu hal/berkat yang tiba-tiba jatuh dari langit). Semuanya butuh “karja banting tulang” (=kerja keras) sebab “lebe bae makang hasil karingat sandiri daripada dudu pangko kaki la maeng prenta” (=lebih baik makan dari hasil kerja daripada duduk-duduk dan memerintah).

Berkat tu bukang dudu nganga tangada muka ka langit la akang turung sama layar tonel” (=berkat itu datang bukan karena duduk memandang ke langit dan melihat berkat itu turun seperti layar di panggung drama). “Musti pameri kabong la batanang” (=harus membersihkan kebun dan menanaminya), “musti panggayo kokahu, konci rekeng pohong tangang palahatu” (=mesti mendayung perahu mencari ikan, bahkan sampai bahu-bahu pegal).

Itu yang harus dilakukan sambil “paleti Tuhan deng nanala” (=berdoa untuk Tuhan dengan sungguh-sungguh). “Jang sumbayang setenga-setenga, tagal itu akang sampe soldor sa” (=jangan ragu-ragu berdoa sebab doa seperti itu hanya sampai di flafon rumah).

Lalu coba nanaku babae, hari-hari nih apa yang kurang?” (=Coba perhatikan, apakah ada yang kurang dari berkat itu tiap hari). “Jang lia dari barang, tagal skang se brekeng kurang deng lebe” (=jangan lihat barangnya, karena itu bisa membuat kita menghitung kurang atau lebihnya). Sikap ini muncul karena yang kita pahami sebagai berkat adalah barang itu sendiri, “la konci rekeng barsungut takaruang” (=pada akhirnya selalu bersungut/mengeluh).

Baca Juga: Mama Pung Piara

Hari-hari ni, Antua su piara deng kasi napas hidop” (=Tuhan memelihara kita setiap hari dengan nafas kehidupan) jadi “angka syukur bukang tagal barang mar tagal itu” (=bersyukur bukan karena barang, melainkan nafas kehidupan itu).

Angka syukur” (=naikkan syukur/bersyukur) merupakan ajaran yang mengingatkan kita bahwa “Tuhan piara katong pung kahidopang” (=Tuhan yang memelijara hidup kita). Dan semua yang kita alami ini “tagal Antua pung bae” (=karena kebaikanNya).

Angka syukur” juga mengingatkan kita untuk selalu puas dengan apapun yang diterima, karena “dapa labe mau simpang di mana” (=mendapati berkat berkelebihan mau di simpan di mana), maksudnya untuk apa kita menimbun berkat bila kita memperolehnya secara berlebihan, sebab “kumpul labe jua busu” (=terlalu banyak yang dikumpulkan pun bisa membusuk) dan “tar guna” (=sia-sia).

Baca Juga: Jang Dengar!

Angka syukur” adalah ajaran untuk selalu yakin, besok masih ada berkat lagi. Sebab itu “biar deng kurang-kurang, jang lupa angka syukur” (=walau secukupnya, jangan lupa bersyukur).

Jumat, 7 Mei 2021
Pastori Jemaat GPM Bethania, Dana Kopra-Ambon

 


Penulis : Redaksi
Editor : Redaksi

Berita Serupa

Lihat Juga
Close
Back to top button